#11

137K 13.7K 3.2K
                                    

Sejak kecil, Sebastian tidak pernah suka pergi piknik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kecil, Sebastian tidak pernah suka pergi piknik. Dibandingkan beraktivitas di bawah sinar matahari, Sebastian lebih memilih berbaring seharian di kamarnya ditemani lagu-lagu lama dari Evanescence atau suara khas milik Hayley Williams. Itu berlaku untuk seluruh anggota keluarga intinya, kecuali Mami. Berbeda dengan suami dan kedua anaknya, Mami sangat suka menghabiskan banyak waktu menyatu dengan alam. Sebastian ingat saat dia dan Sergio masih lebih muda, Mami kerap mengajak keluarga mereka pergi ke tempat wisata alam. Tapi seiring dengan waktu yang berlalu dan anak-anaknya yang kian mendewasa, Mami kelihatannya sudah menyerah dalam usahanya membuat ketiga laki-laki dalam keluarga kecilnya menyukai kegiatan outdoor.

Lamunan Sebastian terpecah ketika dia melihat Suri di kejauhan, berlari menuju ke arahnya sambil memegang setangkai dandelion yang entah dipetik gadis itu dimana. Angin menghempasnya, membuat rambutnya menari-nari dan serbuk dandelion di tangannya turut melayang hingga hanya menyisakan tangkai yang botak. Suri tersenyum lebar ketika tiba di dekatnya, tidak perlu merasa khawatir bagian lutut celananya akan kotor terkena rumput karena keberadaan selimut bermotif stripes yang menjadi alas duduk mereka.

"Nggak capek apa duduk melulu dari tadi?" Suri bertanya, membuat Sebastian mendengus.

"Harusnya gue yang nanya, nggak capek apa lari melulu dari tadi?"

Suri cemberut, lalu matanya memandang pada langit biru yang membentang di atas mereka. "Hari ini cuacanya cerah. Langitnya biru."

"Kalau langitnya jingga, berarti udah petang namanya."

"Kamu nggak seru, deh."

"Kan udah gue bilang, gue nggak suka piknik."

"Kenapa nggak makan?" Suri bertanya ketika perhatiannya tersita oleh bekal makanan mereka yang masih utuh. Dia sempat berpikir Sebastian akan mengambil satu-dua gigit roti isi saat tadi dia sibuk bergerak kesana-kemari untuk menyapa beberapa makhluk tak kasat mata yang kelihatannya rama—dan memang, ada diantara mereka yang balik menyapanya—tapi ternyata dugaannya salah. Bekal mereka masih tergeletak rapi di atas alas duduk, terlihat jelas belum tesentuh sama sekali.

"Karena dari tadi lo sibuk lari-larian."

"Apa hubungannya?"

"Gimana gue bisa makan sendirian?" Sebastian justru balik bertanya, lantas tangannya terulur menarik lengan Suri hingga gadis itu tersungkur ke depan, membuatnya nyaris jatuh tepat di pangkuan Sebastian. "Mending lo duduk yang tenang disini, deh."

Suri mengerjapkan matanya, hampir balik mengomel pada Sebastian jika saja aroma parfum cowok itu tidak membuatnya terdistraksi. Sebastian berbau seperti shower gel, tembakau dan embun. Perpaduan yang tidak normal, mengingat cowok itu sudah cukup lama berada di bawah sinar matahari. Tanpa sadar, Suri menghela napas panjang seolah berusaha menyimpan sebanyak-banyaknya wangi itu ke dalam indra penciumannya.

"Aku boleh tanya sesuatu nggak?" Suri tiba-tiba berujar saat mereka sama-sama mengunyah setangkup roti isi yang dibuatkan oleh Mami.

"Tumben pake minta izin. Biasanya langsung nyerocos kayak knalpot bajaj yang rusak." Sebastian menyahut dengan gaya tidak peduli.

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang