Suri merasa seperti tengah berenang dalam sesuatu yang kering ketika Zoei menariknya pergi. Lucu sekali. Dia melayang tinggi, meninggalkan tubuh mortalnya yang kini terbaring dalam rengkuhan Sebastian. Ada rasa takut sempat menghinggap, teriring ribuan pertanyaan. Akankah dia bisa kembali? Atau diam-diam Zoei membohonginya? Bagaimana jika kini nyawanya telah benar-benar tercabut dan dia sedang dalam perjalanan menuju akhirat?
"Aku tidak akan membohongimu. Saat aku bilang aku akan membelamu, aku berkata jujur. Kamu tau, aku mungkin iblis, tapi aku tidak akan mengingkari janji dan prinsip yang kupunya."
Seperti mengerti kemana pikiran Suri bermuara, Zoei berujar tiba-tiba. Mereka masih terus bergerak. Lebih cepat dari peluru, seperti dorongan energi yang Zoei miliki lebih besar dari energi yang mendorong roket yang pernah dibuat manusia. Suri baru tahu langit itu tercipta dengan berlapis-lapis. Semuanya tampak kian mengecil, hingga kemudian Kota Jakarta hanya berupa titik hitam samar, seperti noda diantara bentangan jahitan kain perca.
"Apa disana ramai?"
"Dimana?"
"Di... tempat itu..." Suri meneruskan dengan terputus-putus, tidak berhasil menemukan padanan kata yang tepat untuk menggambarkan tempat yang disebut-sebut Zoei sebagai tempat dimana Suri akan diadili karena tindakannya turut campur dalam urusan makhluk immortal.
"Sepanjang waktu, Sang Pencipta telah menciptakan banyak makhluk. Iblis. Malaikat. Jiwa yang tertanam dalam tubuh mortal—mencakup di dalamnya manusia, hewan dan tumbuhan."
"Tumbuhan juga punya jiwa?"
Mendengar pertanyaan Suri, senyum Zoei tertarik. "Tumbuhan adalah makhluk paling hidup yang pernah tercipta. Kamu mau tahu kenapa?"
"Kenapa?"
"Karena tumbuhan hidup tanpa merugikan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan justru menjadi sumber utama dalam kehidupan itu sendiri. Tumbuhan selalu berada di bagian terbawah rantai makanan. Tumbuhan tak pernah bersuara. Namun mereka menjalani semuanya dengan penuh rasa terima."
"Waw."
"Kenapa dengan 'waw'?" Kening Zoei berkerut.
"Jadi merasa bersalah karena dulu suka metikin bunga kambojanya Ayah sampai pohonnya botak. Abis itu yang disalahin ama Ayah malah Abang Chandra. Muehehe."
Zoei berdecak. "Kamu itu memang tidak pernah bisa serius, ya?"
"Kan kamu udah serius. Kalau aku serius juga, nanti malah jadi dua rius."
"Aku tidak mengerti."
"Kaku banget sih kamu. Makanya sekali-kali gaul. Abis selesai sidang ini, kamu bisa kok sering-sering main ke rumah. Nanti aku ajakin ke Pondok Indah Mall atau kemana kek gitu. Wati aja suka diam-diam nongkrong di bioskop. Kayak dulu tuh, pas Breaking Dawn Part 2 booming, Wati sampai nginap di bioskop soalnya nggak mau rebutan tempat sama setan-setan lainnya, terutama yang tergabung dalam barisan pembela Edward Cullen."
"Oh, film tentang vampir dan manusia itu?"
"Kamu tau juga?"
"Dulu Lucifer sempat jadi penggemar berat film vampir dan manusia itu. Bahkan saking benar-benar jadi penggemar setia, Lucifer sempat memohon pada Sang Pencipta untuk menciptakan makhluk-makhluk seperti vampir."
"Terus apa kata Sang Pencipta?"
"Permohonan Lucifer langsung ditolak." Zoei berujar. "Setelahnya, Lucifer berhenti bicara dengan Sang Pencipta selama tiga bulan berturut-turut. Dia juga bersumpah dia akan memasukkan seratus ribu orang lebih banyak dari yang seharusnya ke neraka."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR
FantasyBook One - Noir [Completed] Book Two - Noir : Tale of Black and White [Completed]