#06

189K 15.5K 3.5K
                                    

Sesaat setelah cowok itu menyebutkan namanya, Siena dibuat tercengang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesaat setelah cowok itu menyebutkan namanya, Siena dibuat tercengang. Bukan karena penampilannya atau bagaimana sorot matanya bisa terlihat begitu mempesona, melainkan karena namanya. Sebaris nama itu terdengar seperti nama yang diimpor dari salah satu karakter cerita dongeng. Bukan dalam artian yang buruk. Nama cowok itu terkesan ethereal karena terlalu indah dan jauh lebih pantas berada dalam bait-bait puisi karya penyair ternama.

Ah tidak juga, Siena berpikir. Kenyataannya, nama itu sangat wajar tersemat pada sosok serupa dirinya. Meskipun diam-diam Siena menangkap kesan playboy yang lumayan kental dari cara cowok itu menatap yang sedikit-banyak mengingatkannya pada Chandra.

"Wait... Nala... Anarki?" suara Suri adalah apa yang memecah keheningan diantara mereka beberapa saat kemudian. Berbeda dengan Siena yang terlihat takjub, Suri justru tampak geli. Wajah gadis itu memerah karena mati-matian menahan tawa. "Seriusan... nama om tuh Nala Anarki? Kayak nama apa, ya? Hng... tapi Anarki bagus juga. Nanti kalau aku sama Tian piara pudel bareng kayak para pasangan kekinian, mau aku namain Nala Anarki aja, ah."

Kening Nala kontan berkerut. "Om?" Lalu mata cowok itu terbeliak lebih lebar. "Pudel? Anjing pudel maksud kamu?"

"Suri, lo benar-benar nggak sopan!" Siena berseru sambil melotot pada temannya. "Ng... maafin temen saya ya... Kak Nala..."

Nala berdecak. Dia tidak sepenuhnya terlihat tidak senang, namun juga ekspresi wajahnya jauh dari kata geli. "Nggak apa-apa."

"Bukan salah aku juga, kan ya?" Suri terkekeh. "Soalnya kelihatannya dia udah om-om. Tapi bukan berarti jelek, kok. Om ganteng. Seriusan. Dua rius malah. Hehehe."

Siena benar-benar ingin menepuk dahinya keras-keras sekarang. Pipinya kembali dijalari oleh semburat merah muda. Kemudian dia tersadar akan sesuatu; tentang smoothie milik Nala yang tumpah dan bagaimana tumpahan minuman itu membuat bajunya basah. Dengan ragu-ragu dan penuh rasa bersalah, Siena menghela napas sebelum mulai bicara.

"Soal baju kakak—"

"Nala. Bukan kakak."

"Tapi... tapi kakak kan lebih tua?"

"Bukan berarti saya kakak kamu."

Siena langsung dibuat bungkam, sementara Suri justru tertawa keras-keras.

"Ih, jangan jutek-jutek dong, Om. Nanti kalau temanku naksir sama om gimana? Abang aku bisa kalang-kabut, soalnya kalau saingan sama yang bentukannya kayak om, dia bakal langsung kalah telak. Hehehe."

Nala mulai berpikir jika kesehatan mental gadis yang kini sibuk tertawa-tawa di depannya harus dipertanyakan.

"Oke-oke." Siena menyela sebelum obrolan mereka melenceng jauh dari konteks yang sebenarnya. "Soal baju... em... kamu, gimana kalau saya beliin baju yang baru? Soalnya baju kamu basah banget setelah kena tumpahan smoothies gara-gara tabrakan sama saya."

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang