#18

126K 13.2K 3.7K
                                    

"Kalau saja bukan karena kamu, aku tidak akan harus lembur selama berhari-hari seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau saja bukan karena kamu, aku tidak akan harus lembur selama berhari-hari seperti ini." Nael baru saja melangkahkan kakinya masuk ke ruang arsip milik para undertaker ketika suara jengkel milik Sombre menyambutnya. Lelaki itu sontak mengangkat salah satu alis, tidak mengerti kenapa Sombre masih tidak bisa berhenti menyalahkannya. Lebih tidak paham lagi saat Zoei yang berada di ruangan itu juga tampak seperti menatapnya dengan pandangan menghakimi. Bukan apa-apa, tapi bukankah Zoei adalah pendukung nomor satu keputusan Nael untuk menyelamatkan Suri di persidangan tempo hari?

"Teruskan saja. Teruskan. Salahkan aku sepuasmu. Memang hanya kalian suci sementara aku penuh dosa."

"Aduh, tolong ya, yang harusnya kesal itu aku dan Zoei yang diutus oleh Mammon untuk membantuku disini. Yah, meskipun aku jelas tau kalau Mammon mengirim salah satu putranya hanya agar dia terbebas dari kewajiban membantuku mendata semua arsip jiwa-jiwa yang sudah hilang. Dan lagi, jangan pakai istilah itu. Kamu adalah Nael alias Noir. Bukan Karin Novilda."

"Karin Novilda? Siapa dia?"

"Pengikut Lucifer nomor satu? Atau pengikut Asmodeus?"

"Dia jelas bukan pengikutku. Jangan hancurkan kehormatanku dengan membawa-bawa nama makhluk mortal itu."

Perhatian mereka tertoleh pada arah yang sama hanya untuk mendapati Lucifer melangkah masuk dari sana. Sejenak, ketiganya dibikin ternganga. Bukan karena raut wajah bengis Lucifer yang tampak sombong seperti biasa, namun karena pakaian makhluk mortal yang membalut tubuhnya. Kemeja batik warna ungu terang itu terlihat kontras dengan warna kulit Lucifer yang sepucat tembok, sekilas tampilannya mengingatkan Sombre pada pakaian manusia yang dikenakan oleh Nael sepulang mereka dari hotel.

"Pa—pakaian apa itu?" Zoei tergagap, menunjuk pada baju Lucifer sambil mengerjapkan matanya tidak percaya.

"O—ow, sudah kubilang kan, tidak ada yang bisa menolak kultur manusia. Kemeja batik itu terlihat keren, Lucy! Warnanya cocok untukmu!" Sombre mengacungkan jempol, sejenak melupakan tumpukan berkas yang berada di depannya.

"Ini—ini adalah sebuah kesalahan." Lucifer mendengus, lalu menjentikkan jarinya dan dalam sekejap, pakaian ungu terang itu lenyap terganti oleh setelan kelam yang biasa dikenakan oleh para iblis. Dalam hati, Lucifer tidak berhenti merutuki kebodohannya sendiri. Buat apa dia susah-susah menyihir sesosok Serpent yang memergokinya belanja pakaian di Tanah Abang menjadi seekor kecoak siang tadi kalau pada akhirnya dia tetap ketahuan membela baju manusia itu.

"Dasar sok jual mahal." Sombre mencibir. "Tapi apa kepentinganmu datang kesini? Bukannya kamu sudah memutuskan untuk mengirim salah satu anakmu buat membantuku mengurusi lembar-lembar keparat ini? Sialan, Blanc. Aku tidak mengerti. Kalau dia mau membuat huru-hara, kenapa harus di departemenku?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menghambat pekerjaanmu. Semakin lama selesai, semakin baik. Kamu jadi tidak punya waktu bermain-main dengan dunia mortal."

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang