#29

106K 12.1K 3.6K
                                    

"Itu dia."

Hilangnya sosok Suri dan Blanc seolah mereka baru saja dihisap oleh udara kosong menyisakan keheningan selama beberapa saat hingga suara pertama yang bermula dari bisikan samar Sombre terdengar. Ucapannya seperti memaksa ketiga kakak laki-laki Suri dan Sebastian yang sempat tercekat tanpa kata untuk tersadar. Pekikan pertama datang dari Chandra yang akhirnya berseru setelah menyadari jika sosok adik bungsunya benar-benar lenyap tanpa jejak.

"Suri lenyap!"

"Hah, beneran?!" Calvin mengerjap sambil mengucek-ucek matanya. "Jadi apa yang kita lihat tadi itu beneran?"

Cetta menarik napas, menatap pada dua kakak laki-lakinya dengan wajah horor. "Suri nggak diculik sama ranger biru, kan?"

"Kadang lo tuh bisa bego banget ya." Chandra membalas gemas sembari melotot pada Cetta. "Ranger biru itu cowok dan ranger biru itu nggak seputih kue mochi."

"Gue juga tau kalau ranger biru nggak seputih kue mochi!" Cetta mendelik kesal, lantas melirik pada Calvin yang melongo seperti bingung mencerna arti dari serentetan peristiwa maha aneh yang baru saja terjadi di depan matanya. "Tapi ranger biru juga nggak sehitam—"

"—nggak sehitam gue maksud lo?!" Calvin jadi sewot.

"Ehehe. Tumben peka."

Perdebatan tiga bersaudara itu terus berlanjut, membuat ketiga iblis yang berada di dekat mereka juga Sebastian saling berpendapat sebelum akhirnya keempatnya kompak mendengus. Bisa dibilang, situasi ini adalah situasi darurat. Bagaimana bisa tiga cowok itu justru berdebat tentang kecap manis, ranger biru dan Jagoan Neon setelah menyaksikan adik mereka hilang begitu saja seperti asap yang diguyur hujan?

"Oke sip, sudah waktunya kita menghentikan ini!" Chandra mendadak berseru, kemudian dia menolehkan kepalanya pada Ernest, Sombre dan Nael yang masih berdiri dengan wajah tak mengerti yang dialiri ekspresi takjub sekaligus frustrasi. "Kemana pun Suri di bawa pergi, menghilang atau semacamnya oleh Manusia Mochi, ranger biru, Jagoan Neon atau apa pun dia, pasti Trio Kecapi Hitam ini yang bertanggung jawab!"

Sombre yang tidak terima disalahkan langsung bereaksi keras. "Apa maksud kalian, wahai Makhluk Mortal?!"

"Nggak usah wahai-wahai-an sama kita!" Cetta berkacak pinggang. "Kita nggak bisa biarin Trio Kecapi Hitam ini lolos sampai mereka ngembaliin Culi! Malika, sekarang lo cari rafia sama lakban!"

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"

"Sebagai anak laki-laki Ayah yang paling putih, gue meminta tolong sama lo."

"Idih." Calvin mencibir. "Ogah. Lagian nggak jelas banget, pake ambil rafia sama lakban. Lo kira kita mau pindahan?!"

"Aduh, seperti biasa saudara kita yang tergelap ini memang generasi mecin paling sejati. Maksud si Tri tuh lo ambil rafia sama lakban buat ngikat itu Trio Kecapi Hitam biar mereka nggak berceceran kemana-mana alias di-a-man-kan!" Chandra menukas gemas. "Gue selaku anak tertua dari Keluarga Wiraatmaja menyuruh lo mencari rafia sama lakban sekarang juga, Malika."

"Aku penasaran, apakah mereka waras atau tidak," Ernest berbisik pelan pada Sombre dan Nael yang langsung manggut-manggut seakan mengamini ucapannya. Turut mendengar bisikan Ernest, Sebastian menyentakkan kepala, rasanya betul-betul ingin membenamkan kepalanya ke air kolam renang karena terlalu malu melihat tingkah laku tiga kakak iparnya di masa depan.

"Kalian tuh bisa serius nggak, sih?!" Seruan kesal Sebastian yang penuh emosi membuat ketiga kakak Suri menghentikan perdebatan mereka dan spontan menolehkan kepala pada Sebastian. "Adik kalian tuh baru aja lenyap! Hilang nggak tau kemana! Mungkin juga dia lagi dalam bahaya, dan disini kalian malah berdebat soal lakban sama rafia?! Kalian tuh sebenarnya normal nggak, sih?"

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang