Hari ini hujan turun dengan deras sejak pagi. Entah kenapa, dan jelas bukan sesuatu yang wajar terjadi di tempat yang dikenal oleh wisata baharinya seperti Lombok. Temperatur tidak jatuh dengan drastis. Suasana gerah masih terasa, meski kini jadi lebih lembab karena derai-derai air yang jatuh dari angkasa.
Cetta terdiam di tepi jendela, menatap pada jejak air yang menitik di kaca. Cowok itu mengembuskan napas pelan, membuat Rana yang berdiri di belakangnya berdecak. Sejak Cetta terbangun di tengah malam karena mimpi buruknya tempo hari, dia nyaris selalu bersikap melankolis terhadap hampir segala peristiwa. Jelas ini jadi masalah. Bukan karena Rana benci cowok yang dramatis, tetapi karena dia tidak suka melihat Cetta tak pernah lupa memasang wajah muram.
"Hujan." Cetta bergumam.
"Orang buta juga tahu kalau sekarang lagi hujan, Dimi."
Cetta menoleh, memberengut hingga membuat bibirnya maju beberapa millimeter. "Bukan itu maksud aku."
"Terus maksud kamu apa?"
"Sekarang hujan. Padahal kita udah rencana jalan-jalan di sepanjang pantai hari ini. Tapi nggak bisa karena hujan."
Rana melipat tangannya di dada. "Jangan kayak anak SD lagi merajuk, deh. Terus sekarang kamu mau ngambek sama siapa? Sama langit? Yakin?"
"Kok kamu jahat, sih? Bukannya kemarin kamu yang bilang kalau emang mau jalan-jalan di pantai?"
"Itu kemarin. Sebelum apa yang kamu lakuin ke aku semalam sampai aku susah jalan pagi ini."
Cetta nyengir. "Sori."
"Nggak usah sori-sori." Rana mendengus. "Awas aja kalau nanti malem kamu tidur di paha aku lagi. Kepala kamu berat, bikin aku jadi nyeri otot."
"Yaudah, nanti malam aku pijitin."
"Kalau kamu pijitin, akhirnya bukan nyeri otot aku ilang, tapi malah berpotensi bikin nyeri di tempat yang lain."
Cetta tertawa pelan, sementara Rana berjalan mendekati nakas di sisi ranjang dan menarik lacinya. Dia mengeluarkan sebuah benda dari dalam sana, yang membuat kerut muncul di kening Cetta. Cetta tahu benda apa itu. Benda itu adalah dream catcher. Dream catcher adalah benda kepercayaan suku Indian yang berfungsi melindungi seseorang dari mimpi buruk serta menangkap mimpi-mimpi baik. Selain berasosiasi dengan Suku Indian, dream catcher juga sering digunakan sebagai ornamen pemanis dalam acara bertema Bohemian.
Sebenarnya, Rana tidak berniat membelinya. Dia sudah beberapa kali melewati toko kecil milik seorang perempuan Lombok—yang ternyata bersuamikan seorang penduduk native Amerika—yang menjual berbagai macam benda-benda unik ala Bohemia dalam aktivitasnya pergi ke pantai bersama Cetta. Dream catcher adalah salah satu benda yang diletakkan di bagian terdepan display toko mungil tersebut, namun Rana tidak pernah tertarik. Dia baru terpikir tentang kepercayaan Suku Indian soal penangkap mimpi setelah Cetta mengalami beberapa kali episode sulit tidur, entah karena mimpi buruk apa yang dia tolak untuk ceritakan pada Rana.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR
FantasyBook One - Noir [Completed] Book Two - Noir : Tale of Black and White [Completed]