#19

129K 13.7K 5.4K
                                    

"Kamu mau pesan apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu mau pesan apa?"

Nael tersentak ketika tiba-tiba saja Suri mengangkat wajah dari buku menu di atas meja dan menatapnya dengan sorot mata berbinar yang... astaga, sejak kapan Nael mudah tersentuh hanya karena ditatap oleh makhuk mortal dengan jenis tatapan seperti itu? Rasanya seperti dia menemukan seekor anjing di tengah malam yang bersalju, dimana anjing itu kedinginan dan seolah memohon untuk dibawa pulang. Betul-betul menggemaskan. Kalau melihat bagaimana cara Suri menatapnya seperti sekarang, Nael pikir bahkan mengorbankan penyamaran selama seratus millennium pun tak akan jadi masalah baginya.

"Kok diam? Kamu nggak suka bingsu ya?"

"Aku..." Nael menelan ludah. "Aku tidak pernah makan makanan yang kamu sebutkan itu. Apa namanya tadi? Bakso?"

"Bing-su. Bukan bakso. Aduh, Nael, mana ada bakso pake kacang merah." Suri memutar bola matanya, tapi kemudian dia nyengir. "Jadi kamu belum pernah makan makanan manusia, kan?" suaranya berubah jadi bisikan, seperti dia baru saja mengucapkan kalimat paling rahasia di dunia.

"Kalau makanan manusia yang lain aku sudah pernah."

"Oh ya? Apa aja tuh?"

"Kopi. Teh. Es krim. Terakhir aku diajak oleh Sombre untuk makan mi instan di sebuah kedai pinggir jalan."

"Warteg maksudnya? Tumben nggak sama Zoei."

"Aku dan Zoei tidak sedekat itu. Teknisnya, aku lebih pantas jadi ayahnya daripada jadi temannya. Bukan perkara umur, kamu tau, karena iblis tidak bisa menua. Tapi masalah derajat. Aku sejajar dengan ayahnya."

"Si Mamet itu?"

Nael tersenyum lebar, membuat Suri berpikir bagaimana bisa iblis punya penampilan yang lebih mirip malaikat. "Bukan Mamet, Suri. Namanya Mammon."

"Itu karena dia iblis bule. Coba kalau dia lahir di Kebon Melati. Pasti namanya Mamet." Suri berkilah, lalu menunjuk satu menu yang menurut Nael mirip dengan wajah panda sedang tersenyum. "Kamu aku pesenin yang ini aja, ya? Lucu banget, bentuknya mirip panda. Instagramable banget, kan. Tapi aku nggak terlalu suka matcha. Jadi nanti waktu udah aku foto buat upload di Instagram, kamu yang makan. Deal?"

"Instag—apa tadi kata kamu?"

"Instagram. Udah, kamu nggak usah tau. Abang-abang aku aja jadi mangsa para fangirls semenjak mereka punya Instagram. Apalagi kamu. Bisa-bisa kamu dikejar sampai ke neraka buat diseret ke KUA." Suri mengibaskan tangan, lalu melambai untuk memanggil seorang pramusaji. Orang yang dipanggilnya mendekat, kemudian tersenyum ramah sambil mulai mencatat. Dia masih muda, mungkin seumuran dengan Chandra. Tubuhnya kurus dan mungil, namun kulitnya benar-benar pucat seperti kertas. Gadis itu diam-diam melirik pada Nael sembari tetap mengobral senyum manis.

Nael mengabaikannya, sementara Suri memiringkan wajah.

"Kayaknya mbak-mbaknya naksir kamu, deh. Harusnya kamu ramah dikit dong tadi, siapa tau aja kita bisa dapet diskon lima puluh persen."

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang