#16

112K 12.6K 2.4K
                                    

Sadar dia tidak mungkin bisa lolos begitu saja—dan lagi, dia juga belum mengantarkan Suri turun dari mobil—Sebastian akhirnya menuruti keinginan dua abang Suri yang sedari tadi sibuk mengetuk kaca mobilnya dengan membabi buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sadar dia tidak mungkin bisa lolos begitu saja—dan lagi, dia juga belum mengantarkan Suri turun dari mobil—Sebastian akhirnya menuruti keinginan dua abang Suri yang sedari tadi sibuk mengetuk kaca mobilnya dengan membabi buta. Calvin langsung mengamankan Suri begitu mereka turun, menarik gadis itu menuju teras depan rumah sementara Cetta menyipitkan matanya dengan marah pada Sebastian.

Tolol banget, Sebastian berpikir. Pada situasi sekarang, dia terlihat seperti seorang penculik bocah di bawah umur yang tertangkap basah oleh dua personil kepolisian. Bedanya, bocah yang diculik terkena Stockholm Syndrome dan justru merasa tidak sedang diselamatkan. Sebastian tahu Suri memang punya kemampuan menimbulkan polusi suara yang tidak main-main. Namun dia tidak mengira jika pacarnya itu bisa berteriak sedemikian heboh seolah-olah rumahnya tengah kemalingan.

"Ayah!! Ayah, tolong!! Ayah!!" Suri menjerit-jerit memanggil Ayah, yang mungkin akan terus saja terdengar sampai menarik perhatian tetangga di sepanjang blok rumah mereka jika Calvin tidak buru-buru membekap mulut Suri. Tetapi tidak lama karena beberapa saat kemudian, Calvin justru menjerit kesakitan.

"Culi, kok kamu gigit tangan abang, sih?!"

Suri cemberut. "Abang, pokoknya kalau Abang Calvin sama Abang Cetta ngapa-ngapain Tian, aku nggak akan pernah mau ngomong lagi sama kalian seterusnya! Titik, nggak pake koma! Pokoknya gitu!"

"Tapi Suri," Cetta menyela, lalu memberi jeda sejenak begitu sadar suaranya terlalu tinggi saat dia bicara dengan adik perempuannya. "Dia cium-cium kamu. Itu nggak tercantum di surat perjanjian kamu sama abang-abang. Pokoknya, dia harus dihukum."

"Abang bukannya mau menghukum Tian. Abang maunya bikin aku jadi janda!"

"Suri, kamu bahkan belum nikah sama dia."

"Bukannya belum, tapi nggak akan pernah!" Calvin meralat sewot.

"Itulah. Typo dikit nggak apa-apa kali, Mal." Cetta membela diri.

"Dia itu calon jodoh aku! Kalau Tian sampe kenapa-napa, nanti di masa depan aku nggak punya jodoh!"

"Culi,"

"Ayah!!" Suri berseru kalap lagi, bertanya-tanya kenapa Ayah tak kunjung keluar rumah. "Ayah!! Ayah, tolongin aku!! Ayah!!"

"Suri sayang, abang minta maaf kalau abang menghancurkan harapan kamu, tapi mau kamu panggil seribu kali pun, Ayah nggak bakal keluar dari rumah. Jadi daripada suara kamu habis, mending kamu ikut Abang Calvin untuk masuk, cuci tangan, cuci kaki terus bobo. Masalah cium-ciuman yang seharusnya nggak kamu lakukan karena kamu masih di bawah umur, bisa kita omongin besok, sebelum kamu pergi ngampus." Cetta menjelaskan.

Suri sontak meletakkan tangan di depan mulut, matanya terbelalak lebar secara dramatis. "Abang, jangan bilang ke aku kalau abang-abang nyampurin sianida ke dalam makan malam Ayah?! Abang benar-benar ya! Aku nggak percaya abang setega ini!"

NOIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang