Malam ini malam minggu. Malam yang awalnya serupa dengan malam-malam biasanya, namun kini terasa amat sakral bagi Suri. Tentu alasannya hanya satu; karena kini dia sudah punya pacar yang tidak lain dan tidak bukan adalah Sebastian Dawala. Setelah pengakuan Sebastian di teras belakang rumahnya waktu itu, memang sempat terjadi keributan. Ketiga abang merespon berita tersebut dengan aksi radikal. Pertumpahan darah nyaris saja terjadi. Jika bukan karena Ayah, boro-boro jadi pacar Suri, mungkin kini Sebastian justru sudah terbaring enam kaki di bawah tanah—oke, Suri tahu itu berlebihan. Tetapi patut dicatat, ketiga kakak laki-lakinya bisa sangat bar-bar pada beberapa jenis situasi.
Diam-diam, Suri bersyukur karena setelah apa yang dialaminya, Ayah mau pulang ke rumah. Ayah jadi pembela hubungannya dengan Sebastian, sehingga para abang tidak bisa berkutik. Mereka hanya mampu berpegang pada surat perjanjian yang telah dibuat beberapa bulan sebelumnya—yang ditukar Chandra dengan ID LINE Siena—dimana mereka bertiga berhak mengadakan semacam masa orientasi buat Sebastian.Lewat masa orientasi yang Calvin namai sebagai program Penataran Mas Pacarnya Suri—atau selanjutnya disingkat PMPS—ketiga bersaudara itu kompak bersatu-padu menyiksa Sebastian.
Suri sempat merasa kesal. Soalnya, penyiksaan ketiga abang untuk pacar tersayangnya itu tidak main-main. Mereka pernah memaksa Sebastian melakukan squat jump sebanyak lima puluh kali sebelum masuk ke rumah dengan alasan Sebastian salah memecahkan teka-teki makanan ospek yang diminta. Semula, Suri menduga Sebastian akan menyerah lalu memilih untuk putus. Tetapi di luar dugaan, Sebastian justru menurut. Melihat bagaimana Sebastian tetap memaksa bertahan dengannya—di luar semua sikap dingin yang cowok itu tunjukkan—Suri jadi terharu.
Karenanya, dia juga tidak boleh menyerah. Suatu hari nanti, kisah mereka pasti akan berakhir bahagia. Ah ya, satu lagi, meskipun acara kencan mingguan mereka kerap dipersulit, itu tidak boleh menyurutkan semangat Suri untuk tampil maksimal.
Sejak minggu lalu, Suri jadi keranjingan melakukan perawatan mingguan setiap hari Sabtu sore. Dia yang awalnya tidak terlalu peduli pada benda-benda seperti lipstik, parfum dan perona pipi kini jadi sering berkaca. Salah satu contohnya adalah sekarang dimana Suri tengah duduk di depan cermin meja rias kamarnya dengan tangan kanan sibuk melumuri wajah menggunakan gumpalan masker wash-off berwarna cokelat gelap.
"Ketika setan pada kepingin jadi manusia lagi, manusia justru berpenampilan mirip kayak setan," Melly berkomentar seraya melayang ke sebelah Suri, memandang penuh rasa penasaran pada jar berukuran sedang berisi gumpalan masker. "Biar apa sih pakai yang gituan? Kamu jadi mirip Wak Ito."
"Wak Ito? Siapa tuh? Jangan bilang kalau dia hantu pendatang baru."
"Hantu pendatang baru di komplek ini. Tapi kalau di dunia perhantuan sih dia udah termasuk veteran. Doi pernah gentayangan di Manggarai. Terus di Bintaro. Malah konon katanya sempat kenalan sama setan Banshee Irlandia yang nyasar ke Jakarta. Si Banshee nggak sengaja nemplok ke orang Irlandia yang ada semacam acara gitu di Jakarta. Si Banshee nyasar, nggak paham Bahasa Indonesia jadi nggak bisa balik. Untung Wak Ito jago Bahasa Inggris gara-gara pernah gentayangan di Kediri selama dua tahun. Jadi Wak Ito nolongin itu Banshee kembali ke daerah asalnya." Wati menimpali, membuat Suri menoleh dengan wajah yang kini legam karena masker.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR
FantasyBook One - Noir [Completed] Book Two - Noir : Tale of Black and White [Completed]