Part 2

357 30 0
                                    

Akhirnya semua telah kuselesaikan. Semua pakaianku sudah tertata rapi di lemari baju dua pintu itu. Dan kamarku pun sudah kuletakan sesuai dengan keinginanku aku senang, Randal menyiapkan kamar yang sangat sempuran dan lengkap untukku. Dia menyiapkan meja belajar, Tvku sendiri, komputerku sendiri dan juga ada kamar mandinya meski tidak terlalu besar. Tapi cukup bagus. Dan satu hal yang paling kusenangi di kamar baruku ini adalah Balkonnya.

Dari lantai dua ini aku bisa melihat dengan leluasa pemandangan jalan besar di komplek ini. Ada lampu putih bundar yg terpasang di setiap rumah. Lampu putih itu terlihat memperindah setiap rumah.

Saatku sedang asyik mengamati pemandangan , aku mendengar suara alunan mussik

Dari mana ini? Alunannya sangat lembut. Merdu sekali.

Apa memang sudah diprogram dari rumah ini? Atau memang sedang ada yg bermain musik? Tapi siapa?

Sejenak aku diam. Menikmati suara alunan musik yang berasal entah darimana. Tapi lama-lama aku merasa udara di sini sudah sangat dingin. Aku masuk kedalam lalu menutup pintunya dan menutupinya dengan gorden putih yang terpasang pada pintu balkon tersebut.

Lagi-lagi kuperhatikan suasana di dalam kamar baruku ini. Entah mengapa aku sangat menyukai suasana disini.

Aku berjalan menuju kasurku yang lumayan besar. Kemudian duduk di tepi kasur dan mataku tertuju pada sebuah figura foto yang berada di meja belajarku. Foto apa itu? Kenapa aku baru menyadarinya.

Aku pun bangkit lalu beranjak meuju ke meja belajarku dan mengambil bingkai foto itu. Dan ternyata itu adalah foto Randal bersama seorang perempuan yang sangat cantik. Mereka berdua terlihat bahagia. "Siapa dia? Apakah dia anaknya juga? Tapi bukankah randal hanya mempunyai anak satu?" batinku bertanya-tanya.

Seketika Aku terkejut saat mendengar suara ketukan pintu dari arah pintu kamarku. Segera kusimpan bingkai foto tadi lalu membukakan pintu.

"hai!" kata seorang wanita paruh baya di depanku dengan ramah. Rambutnya diikat kebelakang dan dia memakai baju berwarna putih mirip seorang pelayan kerajaan yang sering kulihat di TV. Aku tersenyum padanya dan dia membalas senyumanku.

"aku sophie..aku bekerja disini, senang bertemu dengan gadis cantik sepertimu.." katanya memujiku. Seketika aku merasa pipiku panas. "kau terlalu berlebihan. Aku weronika. Weronika mamot. Tapi kau boleh memanggilku wero" kataku antusias.

Yap. Itulah namaku. Weronika mamot.

Sekilas namaku belakangku mirip nama binatang bukan ? "mammoth". Tapi itu adalah nama belakang ayah kandungku. Sedangkan nama depanku, diberikan oleh seorang Guru asal Polandia. Dia adalah ibu dari ayah kandungku.

"nama yang cantik untuk orang yang sangat cantik sepertimu.." lagi-lagi sophie memujiku. Sudahlah ! aku yakin wajahku sudah memerah lagi. Aku terdiam dan tersenyum malu-malu. Meski sebenarnya aku tidak yakin bahwa aku cantik. Kau tahu? Penampilanku ini sangat kuno. Aku selalu memakai rok panjang bermotif dan juga memakai kacamata berukuran besar. Sebenarnya dari dulu ibuku selalu memintaku untuk mengganti penampilan dan kacamataku agar terlihat sedikit modern. Tapi aku selalu menolaknya karena aku lebih nyaman begini daripada memakai baju sepeti para remaja modern. Menggunakan tanktop, rok pendek dan memperlihatkan aurat. Aku benci itu! Itu memancing nafsu binatang para lelaki. Dan aku tidak suka itu! Lagipula kacamataku ini mempunyai kisah. Dan kurasa jika ada kesempatan aku akan menceritakannya pada kalian. "kau melamun?" sophie menghentakan bahuku. Aku terkejut dan menatapnya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang