Part 15

148 18 0
                                    

Aku tidak bisa apa-apa saat coeur terus memaksaku untuk memakai softlens. Dari pada aku habis dihajar. Lebih baik aku menuruti perintahnya. Perlahan tapi pasti coeur memasangkan softlens pada mataku. Awalnya terasa sangat perih dan seperti ada sesuatu yg menganjal dimataku karena aku tak biasa memakai softlens. Dan ini kali pertamaku. Tapi setelah keduanya terpasang di mataku. Rasnya penglihatanku lebih jelas dari sebelumnya.

Kulihat diriku di cermin. Mataku masih sedikit memerah akibat dari pemasangan pertama tadi. Kukedipkan mataku berulang kali. Masih pada pertanyaan yg sama. Apakah ini aku? Kenapa aku begitu cantik? Kenapa aku baru sadar?

"bagaimana? Tanpa kacamata pun kau bisa melihat dengan jelas kan??" coeur menghentakan bahuku pelan seraya tersenyum penuh kemenangan. Aku mengangguk pelan.

Sekarang sudah pukul 6.30 pm. Randal belum juga datang. Padahal ;kan acaranya mulai pukul 7.00 pm. Tapi kenapa sampai sekarang dia belum datang? Akhrnya sambil menunggu Randal datang. Kami menonton dvd yg tersedia di kamarku. Kami naik ke atas kasurku yg besar dan duduk merapat.

Kami memilih film 'close'. Sungguh film yg menguras air mata. Untung saja wajahku alami, hanya dipoles sedikit bedak. Jadi hanya luntur sedikit. Kulihat aly memperhatikanku dengan pandangan tak biasa. Seperti ada sesuatu yg dia sembunyikan .tapi aku tak tahu apa.

***

Kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku dengan kasar. Kami semua yang sedang menonton film, tersentak. Mengganggu saja. Aku turun dari kasur ,berjalan perlahan. Lantas membukakan pintu. Ternyata devon.

"kau itu !" gerutuku. Aku diam menatapnya. Begitu pun dia. Dari sorotan matanya, dia seperti sangat terkejut ketika melihatku.

"ada apa devon?!" kutampar pipinya pelan. Devon langsung tersentak. "i-tu- itu" katanya terbata-bata. Masih melihatku.

"itu apa? " gumamku. Devon pun menghela nafas panjang. "di bawah ada skandar, dia mau menjemputmu.." kali ini devon berbicara dengan perlahan seperti anak umur 7 tahun yg baru belajar berbicara.Oh. Aku mengerti. Apa karena melihatku tampil begini? Aku hanya bercanda. Tak mungkinlah! Devon itu tak pernah kagum pada siapapun selain pada coeur.

"skandar ?" kataku.

"iya.." jawab devon.

Aku pun berbalik ,memunggungi devon. Dan pandanganku terarah pada coeur, bella, danielle, aly yg masih sibuk menonton. "guys! Aku pergi dulu ya! Thanks atas bantuannya! " kataku sambil tersenyum lebar. Mereka menoleh padaku dan membalas senyumanku. Aku berbalik lantas tersenyum pada devon. Dia tak membalas senyumanku, tatapan matanya masih terbelalak. Aku tak tahu mengapa.

Aku pun turun perlahan dan langsung menuju ke depan pintu. Membuka pintu perlahan. Dan kulihat sesosok pria tinggi sedang berdiri menyamping dan bersandar di tembok dekat pintu. Aku takjub melihatnya. Astaga! Apa dia Skandar? Dia sangat gagah dan tampan memakai jas hitam itu. Lebih tampan dari pada dia memakai baju Army. Aku tak dapat berkata apa-apa. Aku hanya bisa diam, dengan pandangan kearahnya. Skandar menoleh.

*****

Skandar membukakan pintu mobil rangenya untukku. Aku tersenyum , dia sangat dewasa dan jantan. Tak seperti tadi sewaktu dia melihatku. Dia seperti gugup dan kalau kau bisa lihat wajahnya memerah saat aku bilang dia tampan menggunakan jas hitam itu.

Tadi skandar juga memujiku, dia bilang begini. "i've never see the beautiful girl like you"

aku hanya bisa malu-malu pada saat itu.

Aku masuk ke dalam mobil dengan anggun, duduk disamping stir dan skandar yg menutup pintuku. Lantas dia pun juga masuk kedalam. Kupasang safetybeltku. Aku tak berani menatap ke arah skandar.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang