Sekarang memasuki musim gugur , secara perlahan-lahan temperatur udara pun semakin menurun , dibarengi rontoknya dedaunan. Musim gugur termasuk musim terindah, mengingat karena warna eksotik dedaunannya yg menguning , batang pohon yang semakin berwarna coklat kelam dan langit yang selalu biru menghiasi angksa. Dan di musim inilah aku akan merayakan hari ulang tahunku yang ke 18 tahun di sebuah cafe milik pekerja mama. Tapi sebenarnya bukan itulah yang sangat kunantikan , yang kunantikan adalah hadiah dari justin . Aku masih saja ingat sewaktu liburan musim panas kemarin dia menjanjikan hadiah yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Kira-kira apa ya ?
Aku sudah tidak sabar.
****
Setelah selesai membagikan undangan ulang tahunku ke teman-temanku. Aku pulang ke rumah. Oh iya , beberapa bulan lalu aku memang sudah kembali ke rumah randal karena justin yg memintaku. Dia bilang agar dia bisa mengunjungiku setiap hari. Dan bernyanyi untukku juga. Terkadang randal sampai marah karena justin berada dibalkonku selalu sampai tengah malam. Tapi ya namanya justin , dia tidak pernah kapok meski randal beribu kali mengancamnya akan membuatku menjauh darinya. Justin bilang dia tidak takut pada ancaman cemen randal -_-.
Justin,justin. Itulah yang membuatku juga semakin menyanyanginya.
Aku masuk ke dalam kamar dan merebahkan sejenak tubuhku yang sangat lelah. Baru saja aku kucoba memejamkan mataku , aku mendengar suara ketukan pintu dari arah pintu balkonku. Pasti justin !
Meski rasanya malas , aku tetap bangun dan menghampirinya yg berada di balkonku.
"Kenapa tidak lewat bawah sih ?" Gumamku sambil mengikat rambutku asal. Justin tersenyum memperhatikanku. "Kenapa ?" Tanyaku melihatnya yg tersenyum sendiri. "Aku gugup.." Ungkap justin dengan wajah yang memerah. "kenapa gugup?" kutatap justin dengan serius. Dia tertunduk lalu memainkan jari-jari tangannya seolah-olah dia menunjukan kegugupannya padaku. Kudekatkan tubuhku padanya lalu meraih kedua tangannya. Ternyata benar saja, tangannya dingin sekali seperti es yang dibekukan.
"justin kamu sakit?" kusentuh pipinya dan menatapnya khawatir.
"sudah kubilang shawty, aku gugup.." justin membalas tatapanku.
"iya tapi kenapa? Apa yang harus kamu gugupkan?" kugenggam kedua tangan justin erat, berharap dapat membuatnya tenang.
Justin menatapku. "tapi kau jangan tertawa ya?" katanya. Aku tersenyum meyakinkannya.
"aku gugup karena besok aku akan bertemu dengan mamamu.." desis justin. Aku langsung terkejap begitu mendengar ungkapan justin. Lututku melemas, rasanya aku ingin sekali tertawa. Tapi kutahan karena aku tidak mau menyinggung perasaan justin. "justin! Kau itu aneh! Memang kita akan menikah? Kau kan hanya akan bertemu dengan mamaku dihari ulang tahunku!" kucubit kedua pipinya sampai tertarik panjang. "ya aku tahu, tapi tetap saja aku gugup. Besok kan hari pertamaku bertemu dengan mamamu.." jelas justin.
"jalani saja apa adanya..pasti mama juga mengerti.." kukecup bibir justin lalu memeluknya. Dan dia membalas pelukanku.
"oh iya, besok aku dan mama menggunakan dress berwarna ungu yg modelnya sama!" ujarku ceria.
"kalian berdua pasti cantik :D, baiklah kalau begitu, kau istrahat. Aku tahu hari ini kau lelah.." justin mengusap pipiku.
"akhrnya kau mengerti! Kau juga justin, jangan lupa kau datang! Jika sampai kau tidak datang aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancamku. "iya nona cerewet.." kali ini giliran justin yg mencubit pipiku.
Kemudian, kami juga menyempatkan berciuman sebentar sebelum kami masuk kedalam kamar dan beristrahat.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionHai. Ini JD atau Just dreaming atau fanfiction Justin bieber yang aku buat tahun 2011 wkwkw. Ini versi original dan gak aku ubah sedikit pun 😂 enjoy kerancuan nya haha