Part 19

138 17 0
                                    

*******

Aku berdiri di balkon kamarku. Kupandangi langit biru di pagi hari . Kudengar kicauan burung yg senantiasa mengiringi kendaraan yg melalu lalang di bawah. kuhirup udara sejuk pagi ini. Biasanya setiap pagi aku bisa merasakan kesejukannya masuk ke dalam pikiranku, tapi kali ini udara ini tidak bisa menenagnkan hati dan pikiranku. Aku ingin kembali menangis. Tapi air mata ini seakan sudah habis. Seharian kemarin aku menangis setelah tahu bahwa ternyata logan.... Aku tak sanggup untuk mengatakan hal ini. Jadi tolong jangan paksa aku.

Aku menengadah ke langit biru itu kembali. Aku tak tahu mengapa langit ini menjadi biru ? Padahl harusnya sekarang dia menggembun awan hitam kelam seperti tadi malam. Seperti hatiku yg sakit.

Aku tak tahu harus apa yg harus aku lakukan sekarang. Devon bilang aku harus memutuskan logan. Apa itu yg harus aku lakukan? Eh. Aku ini bicara apa ? Bukanka aku mencintai logan ? Harusnya aku mendukungnya ! Bukan memutuskannya ! Pacar macam apa aku ini. Tidak ! Aku takkan memutuskannya. Aku tak peduli dia sakit HIV atau apapun. Cintaku tulus padanya. Dan aku yakin dia juga tulus padaku. Ya, itukah yg harus aku lakukan.

******

Aku berjalan dengan lunglai menuju kegedung atletik untuk menemui mr.alex. Tapi tiba-tiba seseoarng menarik tanganku . Justin ! Dia membawaku ke gudang olahraga.

"Apa maumu ? Pagi-pagi kau sudah mencari masalah !" Gerutuku. Kutatap wajahnya galak.

"Apa benar kau dan logan sudah berpacaran ?" Tanya justin serius.

Eh ? Darimana dia tahu ? Justin menatapku serius.

"kau tahu darimana?"

"tidak penting! Sekarang jawab pertanyaanku tadi!" katanya garang

"iya, memang apa masalahmu?" kataku tanpa memandangnya.

"kau itu bodoh apa tolol?" tukas justin galak. Aku memandangnya dan menatapnya tajam.

"kenapa kau bilang begitu? Bukankah itu hal yg wajar? Seorang wanita dan pria yg saling mencintai, bersatu dalam ikatan kecil..apa itu salah?" kataku lantang.

Justin memutar bola matanya. "itu memang hal wajar! Tapi kau tahu kan kalau logan itu terjangkit..."

"aku tahu! Dan apa masalahmu jika aku menjalin hubungan dengannya? Memang apa hak mu mengatur persoalanku?" kupotong ucapan justin sebelum dia dapat menyelesaikan ucapannya. Kali ini justin diam lantas berbalik. Memunggungiku.

"terserah padamu..yg jelas kau bersenang-senang di atas penderitaan orang lain" katanya pelan seraya melangkah keluar, meninggallkanku. Kukernyitkan dahiku dan sedikit menyipitkan mataku.

"dia itu kenapa sih? Apa maksudnya bersenang-senang diatas penderitaan orang lain?" gumamku lalu mengikutinya keluar dari gudang olahraga yg hampa udara ini. Dan menuju ke ruangan mr.Alex.

*****

Sekarang sudah satu bulan aku menjadi kekasih logan. Selama ini kami melakukan tidak melakukan hal-hal yg aneh dan lebih dari itu. Mungkin karena hal ini juga, devon,coeur dan temanku yg lainnya dapat mempercayaiku untuk bisa menjalin hubungan dengan logan.

Yang penting bagiku sekarang adalah membuatnya terus bersemangat dalam menjalani hidup yg hanya sementara ini. Waktu itu aku sempat takut tertular HIV darinya, karena dia pernah menciumku sewaktu pertama kali dia menyatakan cintanya padaku. Tapi setelah kuperiksa ke rumah sakit hasilnya negatif. Dokter yg memeriksaku bilang aku harus bisa berhati-hati terhadap penderita HIV. Aku boleh berteman bahkan berpacaran dengan penderita HIV, asal jangan berhubungan lebih dari itu. Maksimal kedekatanku dan logan adalah berpegangan tangan. Dan untunglah , logan mengerti. Kurasa dia memang benar-benar mencintaiku tulus. Begitu pun aku. Dan kau tahu? Selama aku berpacaran dengan logan, aku tidak pernah melirik-lirik pria lain. Sekalipun itu mr.Alex.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang