Part 21

124 17 0
                                    

"menangis tak akan pernah bisa menyelesaikan masalah betty!" seseorang menepuk bahuku. Lantas duduk disampingku. Aku tahu dia justin. Jadi aku hanya diam saja.

"bagaimana kabar kekasihmu sekarang?" tanya justin. Kususutkan air mataku pada jaket yg kupakai. Lalu kulirik matanya. "bukan urusanmu.." kubuang wajahku darinya.

Aku mendengar justin mendesah. "ini memang bukan urusanku. Tapi, kau itu gadis yg kusukai.." kata justin terdengar malu-malu. Kali ini aku menoleh.

"kau ini! Apa urusannya dengan perasaanmu?! Apa kau mengerti apa yg kurasakan sekarang ?" kataku emosi. Perlahan air mataku kembali berkumpul di kelopak mata. Justin menatapku dengan mata yg sayu.

"kau tak bisa jawab bukan? Memang ka...." dan lagi justin mencium bibirku sebelum kuselesaikan ucapanku. Kudorong tubuhnya. Tapi justin malah menarik bibirku dan tangannya berada di kepalaku, mendorong kepalaku , menekan ciumannya. Kupukul kepalanya tapi dia tetap tidak mau melepaskan ciumannya itu. Aku lelah. Tapi kemudian kutarik kencang rambutnya saat justin mengigit bibirku. Dia melepaskan ciumannya karena merasa sakit saat kutarik rambutnya hingga terbawa beberapa helai. Dan dalam hitungan detik kutampar wajah justin.

PLAK!

"bisakah kau menghargai seorang wanita? Aku ini bukan wanita murahan yg bisa seenaknya kau cium! Yg bisa seenaknya kau tiduri! Kau bilang kau menyukaiku? Apa buktinya? Jika memang kau menyukaiku seharusnya kau menghargaiku! Bukan malah menyakitiku! Ingat ya justin! Sekali lagi kau menyentuhku! Aku akan membencimu!" kataku emosi. Aku beranjak meninggalkan justin yg diam sambil memegangi pipinya yg tadi kutampar. Kusentuh bibirku. Rasanya sakit. Aku yakin ada luka disana.

Kuhentikan langkahku lalu berbalik. "PERSETAN DENGAN PERASAANMU!" teriakku. Lantas kembali berjalan menuju keluar dari gedung atletik yg pengap ini.

Aku tidak mengerti . Pikiran justin selalu kotor! Apa sih maunya?! Logan saja tidak pernah kasar padaku!

*****

Hari ini aku senang sekali karena logan masu sekolah. Dan kami akan bertemu di kantin. Kemarin aku tak sempat menjenguknya karena aku tak mau dia melhat luka pada bibirku karena ulah si brengsek justin.

Untunglah sekarang sudah membaik meski bekasnya masih terlihat. Kulihat logan sedang duduk menyendiri di kantin. Dengan wajah berseri-seri aku menghampirinya. Kami berpelukan agak lama. Kami saling tersenyum dan memandang. Tapi suasana berubah saat dia memperhatikan bibirku.

"bibirmu kenapa? Kamu mengigitnya kenapa jadi luka begitu?" tanyanya sambil menyentuh bibirku. Aku terkesiap. Kenapa dia menyadarinya? Gosh! Bagaimana ini? Aku sudah janji takkan pernah berbohong padanya. Tapi bagaimana ini?

"Ini luka..."

"Luka apa ?" Logan menatapku bingung. Aku menundukan kepala. Aku harus jujur padanya.

"Tapi kalau aku jujur , kamu akan memaafkan aku kan ?" Katatap logan ragu-ragu. Logan tersenyum lemah.

"Aku menghargai setiap orang yg jujur padaku.." Katanya. Dia mengelus pipiku dengan lembut. Aku mendesah. Dan menjelaskan semuanya yg terjadi kemarin tanpa sedikitpun kuubah. Wajah logan berubah masam pada saat mendengar ceritaku.

"Maafkan aku.." Kataku murung. Kutundukan kepalaku lagi. Tapi logan menaikan daguku. Perlahan bibirnya membentuk senyuman kecil.

"kenapa musti minta maaf? Kamu gak salah kok..dan menurutku tindakan justin itu memang wajar.." jelasnya. Dia menyingkirkan beberapa helai rambutku yg menutupi wajahku.

"wajar bagaimana? Justin itu kasar! Aku tidak suka dengannya!" kataku kesal. Aku tak mengerti dengan logan. Kenapa dia malah membela justin? Dan apa maksud dari kata wajar? Apa memang wajar seorang pria berbuat seperti pada seorang wanita? Jika memang begitu aku tak mau pria itu menyukaiku!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang