Aku berlari sambil menangis menuju ke lapangan basket lalu menelepon Logan. Memangnya siapa lagi yang bisa kubhubungi saat ini?
Logan mengajakku ke danau tempat dimana pertama kali dia menyatakan cintanya padaku. Sekarang kami duduk di rerumputan hijau yg segar dan tertata rapih di hadapan danau yg indah itu. Aku berbaring di rerumputan itu dengan paha logan sebagai bantalan kepalaku. Kumainkan rerumputan itu, sedang logan memainkan rambutku. Terkadang dia mengecup keningku. Itu saja cukup untukku.
"Kau tahu ? Aku sangat bahagia bisa memilikimu.." Kata logan lembut. Kepalanya menunduk menatapku. Aku tersenyum. "Aku lebih bahagia.." Kataku berseri-seri.
Logan membalas senyumanku. Oh my. Senyuman yg sangat manis.
Aku bangkit lalu menatapnya lekat-lekat. Hembusan angin sore di musim gugur ini membuat rambutku terkibas dan mengenai wajah logan yg pucat. Kusentuh pipinya , mengelusnya kemudian mencium pipinya yg terasa semakin tirus. Aku tersenyum. "Aku mencintaimu.." Kataku.
Logan membalas senyumanku lagi. "Aku lebih mencintaimu weronika.." Katanya lembut. Rasanya saat dia berkata begitu, aku ingin menangis, Tuhan. Kenapa kau tega sekali memberikan cobaan pada orang sebaik logan. Apa karena kau terlalu menyayaginya sampai kau melakukan ini padanya ? Apapun alasanMU , aku akan tetap menyayanginya sampai kuhembuskan nafas terakhirku.
Kupeluk erat logan dan menangis di bahunya. Kurasa logan mengerti mengapa aku menangis , jadi dia tidak bertanya apapun padaku. Dia hanya mengelus kepalaku diiringi hembusan angin sejuk yg membawa terbang beberapa daun dan menerpa kami.
Tak lama aku melepaskan pelukanku. Logan membersihkan sela-sela kelopak mataku dengan kedua ibu jarinya yg besar. "Apa kau mau tahu apa alasanku menyukaimu ?" Tanyanya setelah membersihkan air mataku. Aku mengangguk, menggeser duduk agar merapat dengannya , kemudian menyandarkan kepalaku di lengannya.
"Jujur, aku menyukaimu saat kau memakai kacamata besarmu ? Kau tahu ? Kau sungguh membuatku tertarik pada saat itu. Kau berbeda dengan wanita lainnya. Apalagi saat kulihat kau memakai kacamata besarmu sewaktu pertandingan basket waktu itu. Kau sangat percaya diri dan membuatku tertawa karena melihat tingkahmu yg polos dan lugu itu. Sebenarnya pada saat itu , aku jadi tidak konsen pada permainan basket. Makanya mereka kecewa pada penampilanku" katanya panjang lebar.
Aku hanya tersenyum dan mencium pipinya. Aku tidak peduli apa yang orang katakan. Memangnya salah jika aku merasa bahagia?
Logan menatapku. Kedua matanya berbinar. "Kau senang sekali mencium pipiku , rasanya manis ya ?"
"Bukan ! Rasanya pahit" kataku terkekeh. Logan tertawa dan langsung menggelitiki tubuhku hingga . Kami tertawa dan terus tertawa. Aku bahagia sekali saat ini.
"Aku mencintaimu Wero. Terima kasih kau mau menerimaku apa adanya," katanya sebelum kami berdua kembali tertawa.
*****
3 hari berlalu.
Hari ini Randal bilang padaku jika ia ingin bertemu dengan Logan, jadi aku meminta Logan untuk datang walaupun sebenarnya dia tidak ada jadwal untuk latihan. Selesai aku latihan cheers, kami berdua bermain basket di lapangan sambil menunggu Randal menghubungiku. Tetapi saat kami sedang tertawa karena kecerobohanku tiba-tiba saja Logan langsung terdiam dan wajahnya memucat.
"Ada apa?" tanyaku khawatir.
"wero, kamu tunggu sebentar ya ? Aku mau ke kamar mandi.." katanya lalu langsung meninggalkanku sendirian dilapangan basket. Sebenarnya aku khawatir tetapi logan pernah mengatakan padaku jika aku harus percaya padanya jadi mau bagaimana lagi?
Sembari menghilangkan semua imajinasi buruk tentang logan aku pun mencoba memasukan bola tetapi gagal dan aku mendesis. Apa benar logan tidak apa-apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionHai. Ini JD atau Just dreaming atau fanfiction Justin bieber yang aku buat tahun 2011 wkwkw. Ini versi original dan gak aku ubah sedikit pun 😂 enjoy kerancuan nya haha