Part 39

67 11 0
                                    

tubuhku benar-benar seperti robot mainan yang sudah diprogram. Rasanya lemas. Kedua kakiku tiba-tiba saja melangkah maju menghampiri Pria yang mirip dengan Justin itu. Ya tuhan!dia sangat mirip dengan weronika.

Tapi apa benarkah dia?

"Justin?" ucapku kurang yakin. Jantungku sudah berdebar kencang.

Pria itu menatapku dengan mata yang dispitkan. "Weronika?"

"iya ini aku..jadi itu benar kau?" dan seketika saja tubuhku membeku.

Justin mengajakku naik kedalam mobilnya. Kami duduk bersebelahan. Ya Tuhan!aku hampir tidak percaya bahwa yang ada disampingku ini adalah justin. Seseorang yang masih kucintai saat ini.

Aku tidak munafik!sungguh, aku masih sangat mencintainya meski aku telah berusaha untuk melupakannya.

"wero.."

Aku tahu ,kami bersaudara. Tapi aku belum bisa melupakannya dari hidupku. Aku mencintaimu justin, rasanya aku ingin sekali memelukmu!

"wero!" aku tersadar dari lamunanku ketika kudapati justin menatapku dengan kening berkerut. "yeah?" kataku, ketika aku sudah cukup dekat padanya untuk bisa melihat matanya yang berwarna coklat. Lebih coklat daripada biasanya. "kau baik-baik saja? Kau terlihat agak...aneh!"

"aku baik-baik saja." kataku sambil menjilat bibirku. Mulutku terasa sangat kering, aku tidak tahu mengapa.

Justin tersenyum padaku-senyuman yang selalu dapat membuat lututku lemas-jantungku berdegup kencang. Rasanya aku ingin menangis. Tapi air mata ini sangat sulit untuk kukeluarkan.

Aku menatap justin sambil mendesah. "bolehkah aku memelukmu justin?" kataku, berharap dia mengizinkannya. Justin mengangguk dan aku bergegas memeluknya sangat erat. Bahkan lebih erat dari yang kau bayangkan.

Tapi sungguh, aku tidak bermaksud ingin membuat nafasnya yg harum itu tercekat. Aku hanya ingin membuatnya sadar jika aku merindukannya lebih dari yang ia tahu.

Justin mengelus punggungku. Aku tidak tahu mengapa rasanya sangat hangat meski hanya elusan yang pelan. Perlahan aku melepaskan pelukanku, dan kembali menatapnya.

Kugerakan salah satu tanganku dan mengelus pipinya perlahan.

Entahlah, sampai saat ini aku MASIH belum percaya bahwa yang ada dihadapanku justin!

Justin lagi-lagi menyungingkan bibirnya yang tipis itu. Dan saat justin mendekatkan wajahnya padaku, aku mendengar sesuatu berbunyi. Justin bergegas membenarkan duduknya dan merogoh saku celana yang ia pakai. Dia mengeluarkan ponselnya, kurasa seseorang telah menghubunginya.

"kau tunggu disini sebentar, aku mau menjawab telfon.." kata justin, sambil keluar dari mobil. Aku mendesah kecil lalu memperhatikan suasana di dalam mobil justin. Harum sekali disini, justin memang selalu bisa merawat apa yang dia miliki.

Kuputar bola mataku-menatap kesamping-melihat dari balik jendela, justin yang sedang menerima telfon. Dia terlihat seperti orang frustasi, berjalan ke kiri kekanan dengan bibir yang sibuk mengoceh. Aku tidak tahu apa yang dibicarakannya di dalam telfon, karena tidak terdengar dari dalam sini. Apalagi seluruh kacanya ditutup.

Pandanganku teralihkan kembali kedalam, aku melihat sesuatu tergantung di kaca spion dalam mobil. Mirip seperti kalung!

Benda itu bergerak seperti bandul yang ditarik pada porosnya-namun tidak bulat, melainkan berbentuk hati.

Kupegang benda itu dan benar dugaanku ini kalung, bahkan lebih mirip seperti liontin.

Aku penasaran pada isi di dalamnya, jadi kubuka liontin itu perlahan dan begitu tahu isinya adalah foto dia dan selena hatiku rasanya langsung hancur. "cepat sekali ya kau melupakanku justin.." 

Kau jahat justin. Kau jahat! Secepat itukah kau melupakanku? Aku kecewa padamu justin. 

"maksudmu apa?" tanya Justin tersebut dengan kening berkerut seolah dia tidak melakukan kesalahan fatal yang membuat hatiku sakit.

"tadinya kupikir kau sama sepertiku..tapi ternyata tidak, kau benar-benar sudah melupakanku.." ungkapku hampir menangis. Justin hanya terdiam seolah ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

 "terima kasih justin.." kataku, tapi kali ini air mata sudah membendung di sela-sela mataku, lalu perlahan mengalir ke pipiku.

Ya Tuhan!kenapa dadaku sakit sekali? Batinnya. 

"kau tahu justin, selama ini aku berusaha untuk melupakanmu, tapi aku tidak bisa..karena....aku..terlalu...mencintaimu.." aku menunduk sehingga air matanya yg semakin deras terjatuh ke pangkuanku. "tapi...kau dengan mudahnya melupakanku..kau bilang kau sangat mencintaiku..tapi apa buktinya?" 

"aku bisa menjelaskan ini wero..." 

"tidak, aku tidak perlu penjelasanmu..aku sudah tahu jika kau sudah tidak mencintaiku..aku tahu, aku tahu itu..jadi kau tidak perlu menjelaskan apapun!" kataku berusaha untuk tegar menerima semua ini. 

"maafkan aku wero..ini memang kesalahan terbesarku..tapi salah jika kau bilang aku sudah bisa melupakanmu, kau tidak tahu apa yang terjadi wero.." 

Justin tiba-tiba memegang kedua bahuku, membuat tubuhku agar menghadapnya. Aku tetap menunduk. Aku bahkan tidak bisa melihat wajah Justin lagi. Aku tidak sanggup.

"aku tahu justin..aku tahu semuanya. aku tahu jika kau sudah melupakannku!aku tahu itu!benar kan?" 

"jika aku telah melupakanmu, aku tidak akan pernah menghamili selena!" tiba-tiba Justin menyentakku.

dan kali ini aku yang terdiam. Apa?

"ini terjadi 2 tahun lalu..saat itu aku benar-benar menjadi orang yang sangat frustasi karena aku belum bisa melupakanmu..dan malam itu aku bertemu dengan selena di sebuah club malam..aku sedang mabuk karena aku tidak tahu bagaimana lagi aku harus melupakanmu..aku menderita saat itu.. Dan aku tidak tahu mengapa aku menganggap selena adalah dirimu.." jelas justin.

"kau memang brengsek justin!apa kau buta hah?! Apa kau tidak bisa membedakan selena dan diriku?!"

"kau tidak mengerti..pada saat itu aku mabuk! aku benar-benar tidak tahu mengapa ini terjadi..aku tidak tahu mengapa aku menciumnya dan terus menciumnya hingga......"

"hingga apa?hingga kau menidurinya? kau memang pria biadab!pikiranmu memang selalu kotor!aku membencimu justin!" 

Mendadak saja kepalaku pusing dan tanpaku sadari darah segar sudah mengucur keluar dari hidungku. dan bersatu bersama air mata yg terjatuh pada pangkuanku. Aku langsung berpaling dari justin dan langsung mengambil tissue didasbord milik justin. Aku mengambil tissue sangat banyak dan menutupi hidungku agar tidak ada darah yang keluar lagi. Tapi sayangnya darah itu terus mengalir membasahi tissueku yang awalnya berwarna putih menjadi berwarna merah darah.

Justin yg masih menunduk memberanikan dirinya untuk menatap weronika. Dia melihat weronika membaluti permukaan sekitar hidung dan mulutnya dengan tissue tanpa sadar jika tissue itu sudah berlumuran darah yang berasal dari hidung weronika.

~~ 

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang