"aku mencintaimu wero..aku tahu kamu tidak suka, tapi inilah kenyataannya. Aku mencintaimu wero..jadilah milikku.." justin mendekap tubuhku semakin erat. Aku tidak berkata apapun. Aku tetap diam dan menangis di bahu lebar justin. Hingga akhirnya justin melepaskan dekapannya lalu merengkuh wajahku. Dia menatapku lembut. Tapi aku menunduk. Aku takut, kejadian waktu itu terulang, kejadian saat dia mencium bibirku dengan kasar. Tapi ternyata aku salah, justin hanya mencium keningku lalu mendekapku lagi. Pelukannya begitu hangat di tubuhku. Aku tidak mengerti mengapa aku begitu membenci dia. Padahal sebenanrnya aku tahu justin adalah orang yang sangat baik. Maafkan aku justin.
Kami berdua berpelukan cukup lama di pinggir jalan. Banyak orang yang melihat kami. Mungkin dalam benak mereka kami adalah seorang pasangan aneh atau apapun. Tapi aku tidak peduli. Begitupun justin, dia sangat, sangat tidak mau melepaskan pelukannya. Seakan dia takut kehilangan diriku jika aku melepaskan pelukannya.
Tapi tidak lama dia melepaskan pelukannya lalu mengajakku masuk kedalam mobil dan mengantarku pulang. Selama perjalanan, kami berdua tidak berbicara satu patah katapun. Hanya suara musik klasik yang terdengar dari radio mobil milik justin. Sesekali aku menatapnya, dan dia sangat serius menyetir mobil.
Akhrnya kami sampai di depan rumahku. Sekarang sudah jam 8 malam. Pasti randal akan marah besar jika dia tahu aku belum pulang. Apalagi, aku pulang diantar pria yang bukan siapa-siapa untukku.
"thanks justin.." kataku lemah. Setelah turun dari dalam mobil. Justin membalas senyumanku. Kukira dia akan segera pergi, tapi ternyata dia keluar dari mobilnya lalu menghampiriku.
"maafkan aku soal kejadian tadi.." katanya.
"sudahlah, aku baik-baik saja.." dustaku. Siapa bilang aku baik-baik saja?
"kau mau memaafkan aku?" tanya justin memelas.
"tentu.." kataku datar.
"terima kasih!" justin mengelus pipiku. Aku tersenyum simpul.
"kau sudah pulang ternyata !" aku mendengar suara seseorang yang berasal dari belakangku. Tiba-tiba saja justin langsung menarik tangannya lalu berdiri tegak dengan wajah yang tegang. Kenapa? Apa jangan-jangan... astaga. Mati aku !
Aku berbalik ke belakang perlahan-lahan. Kulihat randal sedang melipat tangannya di ambang pintu rumah. Senyuman licik terpancar di wajahnya. "dad? Kau sudah pulang ?" kataku menyembunyikan rasa takutku.
"ini sudah pukul 8 malam, tentu saja dad sudah pulang. Dan kau tahu? Dad tidak suka ada seseoarng yang meninggalkan jam makan malamnya" randal berjalan mendekatiku dan justin. Aku menunduk.
"maaf dad," kataku lemah.
1 minggu kemudian
Sekarang sudah pukul 11 malam. Tapi aku belum dapat tidur. Padahal besok adalah hari yang akan menjadi sejarah dalam hidupku. Besok , aku pergi ke pesta Halloween bersama dengan Nick, dia mengajakku minggu lalu karena katanya orang yang dia sukai sudah bersama dengan orang lain dan karena aku pun tidak ada orang lain jadi aku segera menyetujuinya. Walau sebenarnya orang yang kuharapkan adalah Logan. Sudahlah wero.
Besok aku akan memakai gaun pengantin mati. Dan nick akan memakai baju monster srek. Kami cocok bukan ? Semoga saja besok akan menjadi pengalaman indah dalam hidupku.
Aku bangkit dari kasur dan mengambil segelas air yang berada di meja belajarku. Kuminum sampai habis dan kusimpan kembali gelasnya di sana. Pada saat aku berniat naik ke atas kasur, dari arah luar aku mendengar seseorang sedang bernyanyi. Suaranya bias dibilang merdu. Dan kurasa dia sedang bermain gitar. Siapa dia?
Karena penasaran aku pun membuka pintu balkonku dan mencari arah suara. Ternyata sumbernya adalah seseorang yang sedang duduk di balkon samping. Dia sedang bermain gitar dan bernyanyi. Kuperhatikan orangnya, ternyata dia adalah justin. Astaga ! benarkah itu justin ? suara merdu sekali ! aku diam dan mendengar justin bernyanyi sampai selesai.
"hei ! kau belum tidur ?"
Aku masih tidak percaya justin mempunyai suara sebagus itu.
"hei ! kau mendengarku wero ?" seseorang bertanya padaku. Aku terkesiap terkejut.
"ah iya , apa?" tanyaku gugup. Kulihat justin menggeleng lalu tersenyum.
"kenapa kau belum tidur ?" tanyanya.
"aku belum bisa tidur !" jawabku singkat.
"aku juga. Kenapa bisa sama ya ? jangan-jangan kita memang jodoh !" kata justin seraya tertawa kecil. Aku hanya menatapnya sinis.
"tidak lucu !" tukasku lalu berbalik dan berniat masuk kedalam. Tapi belum sempat justin memanggilku. Aku berbalik lagi.
"apa?" tanyaku sinis.
"besok kau memakai baju apa?" tanyanya.
"bukan urusanmu !" kataku lagi lalu berbalik dan kali ini aku tidak menghiraukan panggilan justin. Aku muak melihat tingkahnya itu. Aku masuk kedalam, dan kukucni pintu balkonku lalu beranjak tidur. Aku tidak sabar menunggu besok.
****
Acaranya sudah hampir selesai. Dan sangat ramai juga meriah. Semua orang yang ada disini begitu menikmati acara , apalagi ada beberapa musician yang memeriahkan acara malam hari ini. Mereka suma berpenampilan menarik. Tapi sedari tadi nick terlihat sedangf mencari seseorang , mungkin dia sedang mencari Alyson. Entahlah , semenjak dari tadi aku berada di sini, aku belum bertemu dengan devon dan yang lain. Aku tidak tahu mereka ada dimana.
Sekarang , Hanya tinggal menunggu acara utama. Yaitu tepat pukul 12 nanti, seluruh pasangan disini akan berdansa layaknya di pesta PROM night.
Aku dan nick duduk berdua di kursi yang terletak di ujung. Sedangkan para siswa yang lain masih menikmati pestanya. Ada juga yang sedang menjahili temannya dengan beberapa cerita seram. Dan sekarang aku mulai kesal karena nick tidak juga berbicara ataupun mengajakku berbincang.
"kau akan terus diam nick ? jika memang benar, aku lebih baik pulang!" kataku kesal. Kukerutkan bibirku.
"alyson !" kata nick tiba-tiba. "eh maksudku, kau tunggu sebentar disini, aku mau kesana sebentar" tambah nick lalu bangkit dan berjalan meninggalkanku. Jadi nick benar-benar sudah tidak peduli padaku ? kurang ajar ! aku lebih baik pulang !
Aku pun bangkit lalu berjalan dengan kesal menerobos orang-orang yang ada disana. Sesampainya diluar aku melihat justin sedang duduk di hamparan rumput hijau yang tenang. Angin malam ini membuatku aga sedikit bergidik, kalau aku pulang sekarang siapa yang akan mengantarku ? kalau aku menunggu devon sama saja aku menunggu hal yang tidak pasti. Kurasa lebih baik aku menghampiri justin. Ya, meski aku kesal.
Lantas, aku pun berjalan menghampiri justin dan duduk disampingnya. Justin terlihat terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba.
"kau ?" katanya.
"aku bosan didalam ! kalau kau tidak suka aku berada disini, kau boleh pergi!" kataku sinis tanpa memandangnya.
Justin menghela napas menanggapi sikap sinisku. "maksudku, kenapa kau ada disini? Kenapa kau tidak berada di dalam?"
"aku bosan di dalam!" tukasku. "aku kesal! Semua pria memang brengsek!" kataku sembari melemparkan kedua high heelsku ke depan lalu menjejakan kedua kakiku pada rumput dengan penuh kekesalan.
Kulihat justin langsung berdiri dan Aku mengambil sepatu yg tadi kulempar dan menaruhnya disamping tubuhku. "dasar pria bodoh!" kataku.
Justin duduk disampingku "bukannya berterima kasih, kau malah memarahiku!" katanya. "kau ini kenapa?" dia menatapku kesal tapi aku merasa dia juga menghawatirkanku.
"aku kesal! Bukannya peduli padaku, tapi kau malah peduli pada sepatuku!" kataku lalu memeluk kedua kakiku dan menundukan kepala. aku benar-benar kesal. kesal pada semuanya. Dan kenapa juga aku harus berharap agar justin peduli padaku ? dasar bodoh ! kenapa bibirku selalu salah dalam mengungkapkan sesuatu ?
ya tuhan, aku harap nolan ada disni. karena hanya dialah yang bisa membuatku tenang.
tiba -tiba kurasakan seseorang memberikan kehangatan untukku. Aku berpaling dan ternyata justin, dia memberikan jasnya padaku. Dia tersenyum lalu mencengram bahuku dan mendekapku dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionHai. Ini JD atau Just dreaming atau fanfiction Justin bieber yang aku buat tahun 2011 wkwkw. Ini versi original dan gak aku ubah sedikit pun 😂 enjoy kerancuan nya haha