Wanita itu akhirnya tersadar dari tidurnya setelah hampir beberapa jam tidak sadarkan diri.
Untung saja saat wanita ini ditemukan pingsan dibawah hujan deras di bukit bogeyz , ada seorang pria yang menolongnya dan segera membawa tubuh lemahnya itu sebelum terlambat.
Tetapi sekarang pria itu sudah pulang ke rumahnya karena ada suatu masalah pribadi yang harus diselesaikannya. Tapi pria itu pergi tidak akan lama.
Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Pandangannya lurus pada atap ruangan ini yang berwarna putih pucat.
Wanita itu mendesah. Ia baru sadar kedua tangannya dibebat selang infus ketika ia mencoba menggerakan tangannya.
Selang infus? Apa aku dirumah sakit?! Pikirnya sambil memperhatikan ruangan ini.
Dan Alat pendeteksi detak jantung yang berbunyi 'pip' secara tiba-tiba itu, meyakinkan dirinya bahwa saat ini ia benar-benar berada ditempat yang sangat dibencinya.
Rumah sakit.
Begitulah orang menyebutnya. Tapi wanita ini tidak menyukainya. Baginya tempat ini adalah tempat orang-orang yang pesimis akan sebuah kehidupan.
Ia merasa ini bukanlah tempat yang cocok untuk dirinya. Ia merasa harus pergi dari sini.
Wanita itu pun mencabut paksa selang infus yang terpasang di lengannya hingga darah keluar dan mengalir ke lengannya. Wanita itu sedikit merintih kesakitan tapi akhirnya dia berhasil melepas semua selang infus ditubuh kecilnya itu.
Matanya yang masih terasa berat menerawang ke seluruh ruangan. Ia terlihat mencari sesuatu.
Pandangannya terhenti pada sebuah ponsel yang terletak di sofa lebar yg ada diruangan ini. Ia pun menurunkan kedua kakinya perlahan hingga menyentuh dinginnya lantai dan berjalan dengan gontai ke arah sofa.
----
Hujan masih turun dengan deras membasahi kota kecil toronto. Di ujung jalan sana,terlihat seorang pria sedang berlari masuk kedalam sebuah rumah sakit. Tubuhnya basah kuyup. Wajahnya terlihat resah.
Ia berlari masuk dan menelusuri lorong rumah sakit dengan tatapan yang menerawang ke kiri kanan mencari ruangan.
Langkah pria itu terhenti diruangan yang bernama 'eddels' . Sambil mengatur nafas matanya menerawang ke dalam melalui kaca kecil di pintunya. Di dalam ruangan itu terlihat seorang anak kecil berumur sekitar 3 tahun sedang dirawat secara intensif. Selang infus terpasang di tangannya dan selang oksigen juga terpasang di lubang hidungnya.
Meski begitu ia tetap terlihat tersenyum karena disampingnya ada seorang wanita yang sepertinya sedang menghibur anak perempuan itu. Mereka terlihat sangat saling menyayangi.
Pria tadi masih tetap berdiri mematung di depan pintu dengan tatapan yang masih menerawang kedalam. Ia menyentuh dadanya dengan telapak tangannya yang besar. Dan tiba-tiba saja air mata terlihat di sela-sela matanya dan tak lama jatuh mengalir ke pipinya.
Maafkan aku wero...
----
"tenang cait, setelah dari sini aku akan mencarinya lagi. Sekarang kau tenangkan diri dan coba cari informasi lagi" kata skandar dengan ponsel yang masih menempel pada telinganya. Ia sedang berbicara dengan seseorang diujung sana. Tepatnya caitlin.
Ia memang sedang berbincang bersama wanita itu mengenai weronika.
Semalam, saat skandar datang ke rumah sakit. Ia terkejut saat tahu weronika sudah tidak ada ditempat. Dan orang pertama yg skandar hubungi adalah caitlin. Ia mengira weronika akan pergi ke tempat caitlin. Tapi ternyata tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionHai. Ini JD atau Just dreaming atau fanfiction Justin bieber yang aku buat tahun 2011 wkwkw. Ini versi original dan gak aku ubah sedikit pun 😂 enjoy kerancuan nya haha