Part 23

128 16 1
                                    

Hari ini adalah awal musim gugur. Hari dimana daun-daun yg sudah tidak berguna itu jatuh ke atas tanah yg mengering dan tergeletak mengotori jalanan. Hari ini pun semua penderitaan orang yg kucintai selesai. Sekarang dia sudah tenang. Dan aku tidak akan mengganggunya lagi meski perasaan ini masih sakit untuk menerima kepergiannya.

LOGAN.

Dia itu bagai malaikat di kehidupanku. Dia memberikanku kasih sayang, perhatin dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Sampai kapanpun aku akan selalu mengenang apa yg sudah dia lakukan untukku dan apa yg sudah kami lakukan bersama saat kami berpacaran.

Masih terekam jelas dalam ingatanku urutan kejadian hari ini. Pagi hari tadi kutemukan logan sudah tidak bernyawa di atas sofa. Aku tidak menangis, hanya tubuhku terasa kaku dan lemah. Setelah itu aku tidak tahu apa yg terjadi. Sewaktu bangun aku sudah melihat logan disucikan di dalam peti mati. Dikubur dan didoakan.

Aku menghela nafas panjang. Sudah 30 menit aku membatu di samping kuburannya sembari metatap batu nisan yg bertuliskan namanya itu. Seluruh peziarah sudah pulang dari tadi. Randal ,devon dan teman-temanku yg lain pun juga sudah pulang. Tadi mereka mengajakku untuk pulang, tapi aku menolaknya. Kurasa mereka mengerti. Jadi mereka tidak memaksaku. Bahkan keluarga logan pun sudah pulang. Mungkin mereka tidak mau terlarut dalam kesedihan. Meski sejak logan di makamkan ibunya tidak henti menitikan air mata.

Oh iya. Justin juga sempat datang bersama dengan max dan nicholas, mereka turut berduka atas kematian logan. Tapi aku diam dan tak menjawab apapun. Pikiranku benar-benar seperti sudah tidak ada ditempat saat ini. Aku tidak tahu apa yg kupikirkan. Bahkan aku sama sekali tidak menangis. Padahal aku sangat ingin menangis, tapi rasanya sangat sulit.

Pemakaman ini sudah hening. Tidak ada orang lagi selain aku dan beberapa petugas penjaga pemakaman. Hembusan angin sejuk mengibaskan rambut panjangku. Menutupi pandanganku. Aku...merindukan logan..

"sampai kapan kau akan berdiam diri disitu?" seseorang berkata padaku tiba-tiba. Aku menoleh dan menatapnya datar. "nolan.." desisku. Nolan hanya tersenyum. Dia berjalan kearahku. Aku merasa hari ini dia terlihat sangat keren menggunakan kemeja hitamnya. Apalagi dia juga mengantungkan gitar di punggungnya.

"sampai kapan kau akan berdiri disana? Apa kau akan menunggu logan hidup kembali?" tanyanya. Kubuang wajahku darinya dan kembali menatap batu nisan itu.

"tidak, aku bahagia akhrnya logan terlepas dari bebannya meski hatiku sakit.." kataku lemah. Aku mendesah.

"kau hebat. Benar kata logan..kau wanita yg kuat.." nolan menepuk bahuku. Apa dia bilang? Kuat?

"tidak..aku ini lemah!" kataku lantang.

"jika kau lemah, pasti kau menangis..kau tahu? Ada pepatah yg mengatakan di ujung sabar ada perlawanan. Di batas nafsu ada kehancuran. Dan air mata hanyalah untuk yg lemah..!" katanya antusias. Aku tidak tahu, saat nolan berkata seperti itu membuatku tiba-tiba ingin menagis. Aku menunduk dan air mataku keluar begitu saja dari sela-sela mataku.

"akhirnya.." kataku sesugukan.

"hah ?kau menangis ?" tanyanya sembari membungkuk,ingin melihatku menangis.

"sudah kubilang! aku ini wanita lemah !" kutatap lekat-lekat matanya yg berwarna coklat itu. Nolan tersenyum lantas mendesah. "ada beberapa hal yg memang sudah seharusnya kita tangisi..dan kau menagis karena kehilangan logan itu wajar..dia itu pria baik.." katanya. aku diam dan tak mampu berbicara. Aku kembali menangis. Kututp wajahku dengan kedua tanganku. aku benar-benar membutuhkan seseorang . Kulepaskan kedua tanganku dan kembali menatap nolan yg berada di sampingku. "nolan.." desisku.

"ya ?"

"boleh ku pinjam dadamu sebentar saja?" kataku lirih. Nolan menaikan satu alisnya. Seperti tidak mengerti apa maksudku. Aku menggut-manggut lalu langsung memeluknya dan menangis sesugukan di dadanya. membasahi kemeja hitamnya. "jadi hanya untuk menangis ? kau ini" gumamnya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang