Part 30

136 17 0
                                    

Aku merasa hangat saat justin mendekapku dari samping. Kepalaku berada di pundaknya. Tubuhnya yang harum menghiasi hidungku. Aku merasa nyaman sekarang.

"kau tahu? Sebenarnya aku peduli padamu. Tapi aku takut jika aku bertanya, kau pasti akan menjawab ini bukanlah urusanku" jelas justin. Aku mendesah, aku tidak mau berkata apa-apa sekarang. Aku lelah dan Aku sudah terlalu nyaman hingga akhrnya aku memejamkan mataku.

****

"hei bangun!" seseorang menepuk bahuku. Aku tersentak. Pandanganku masih belum jelas. Kepalaku rasanya pusing. Tapi aku tetap berusaha bangun dan aku melihat justin berada disampingku. Dia tersenyum.

Aku tidak menghiraukannya. Aku melihat sekitar dan aku baru sadar jika aku ini berada di mobil justin. Kutegakan tubuhku. "aku ada dimana?" tanyaku takut-takut.

"kau ada d depan rumah -,- memang kau pikir ada dimana?"

"jadi kau mengantarku kerumah?"

"iya. Tadi kau tertidur dibahuku sampai acaranya selesai" jelas justin.

"jadi aku melewatkan acara dansa?"

"bisa dibilang begtu..Kenapa?Apa kau berharap nick mengajakmu berdansa? Kau salah. Aku melihatnya pergi dengan alyson keluar dari sekolah. Aku tidak tahu mereka kemana" jelas justin. 

"Nick sialan." kataku kesal. Aku tahu dia memang menyukai alyson tapi dia kan pergi ke pesta bersamaku. Ya sudahlah mau bagaimana lagi. Kubuka safetybeltku lalu keluar dari mobil. Justin mengikutiku. Kami berdua berjalan tanpa suara sampai di depan pintu rumahku.

"terima kasih mau mengantarku justin" kataku lemah. Kupasang senyuman miris padanya. Tiba-tiba justin meraih tangan kiriku. Dan tangan yang satu lagi mengelus pipiku. Kami berdua saling beradu mata. Rasanya jantungku berdetak lebih cepat. Justin pun mendekatkan wajahnya padaku, matanya terpejam. Dan dalam hitungan detik, bibirnya sudah mendarat di bibirku. Melumat bibirku, mengapit bibir bawahku secara hati-hati. Tidak ada yang bisa kulakukan lagi selain membalas ciumannya.

Kuapit bibir atasnya dan kuikuti gerakan bibirnya. Aku tidak tahu apa yang kulakukan ini benar apa salah, yang penting saat ini aku menerima perlakuan justin. Aku membutuhkan ini. Maafkan aku Logan. Maaf.

Kurasa sudah terlalu lama. Dengan cepat kuhentikan ciuman kami. Nafas kami sama-sama memburu. Aku menunduk, entahlah aku merasa malu.

"ma..maafkan aku wero, aku lancang.." kata justin pelan-pelan seraya mengatur nafasnya. Aku menggeleng. "kufikir kau tidak.." kataku. Aku mendongak dan ketika menatap justin perutku rasakanya dikelitiki sesuatu hingga aku tertawa keras.

"kau kenapa? Ada yang salah pada wajahku?" tanyanya terkejut. 

"bibirmu ! Bibirmu!" kataku sambil tertawa geli.

"bibirku kenapa?"Justin mengusap bibirnya menggunakan telapak tangannya dan melihat bekas hitam menempel di jarinya. "ini, ini bukankah lipstik yang kau pakai?" tanyanya sambil memperlihatkan telapak tangannya padaku.

Aku seketika terdiam. Eh? Ya ampun. Kurasakan wajahku memerah dan sekarang giliran Jutsin yang tersenyum geli. Demi apapun.  "kurasa sudah malam! Bye!" kataku cepat-cepat lalu membuka pintu dan segera masuk kedalam.  Jantungku  berdebar kencang. Aku benar-benar malu pada kejadian yang barusan menimpaku. Wero! KAU BODOH!  

Aku berlari masuk kedalam kamar. Dan langsung menguncinya. Aku berdiri di balikcpintu, sembari memegangi bibirku. Nafasku memburu dan jantungku berdetakckencang. Aku benar-benar seperti wanita yang baru pertama kali mendapatkan ciuman pertama. Aku tidak tahu mengapa rasanya aku senang sekali.  

***

 Kumasukan semua pakaian cheersku kedalam tas dan sekarang aku sudah siap. Aku bercermin di meja riasku, dan melihat diriku yang tampil menarik hari ini. Kupasang jepit berwarna ungu di poniku dan sekarang aku benar-benar tampil manis. "Kuharap justin menyukainya" desisku sambil tersenyum pada cermin. Eh? Apa aku bilang ? Justin? Apa tadi aku menyebutkan nama justin?

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang