***
aku bangun terlambat. Kenapa devon tidak membangunkanku? Ah .dia itu !
Aku beranjak mandi. Setelah selesai aku membuka lemari dan langsung memakai baju ballet hitam milikku. Kupakai rok panjang untuk menutupi kakiku yg telanjang. Dan juga memakai cardigan putih yg mama belikan sewaktu dia pergi ke perancis dulu. Kugelung rambutku asal. Setelas semuanya selesai kuambil ponsel dan tasku lalu turun kebawah.
Sial! Devon dan Randal sudah pergi. Yg ada di rumah hanya sophie. Dia sedang sibuk membersihkan rumah. Lalu siapa yg akan mengantarkanku ke sekolah? Aku belum hafal jalan !
kuambil ponselku di dalam tas. Ternyata ada 2 pesan dari devon. Kubuka satu pesan. Dia bilang dia buru-buru jadi dia tak bisa menungguku. Dia itu aneh! Kenapa harus mengirimiku pesan? Memang tak bisa langsung menemuiku?
Kemudian, pesan yg satu lagi bilang dia sudah minta tolong pada skandar untuk mengantarku ke sekolah. Jadi aku hanya tinggal menghubungi ke nomer yg tertera di pesan. Itu adalah nomor skandar. Baiklah. Segera kuhubungi skandar. Pertama dia tak mengangkatnya. Tapi yg kedua dia mengangkatnya.
Kami bicara singkat. Aku hanya bilang jika aku sudah siap dan dia bilang tunggu 30 menit.
Sambil menunggu skandar datang. Aku sarapan. Tak banyak. Hanya selembar roti dan segelas susu putih. Tak lama aku mendengar suara orang mengetuk pintu. Pasti itu skandar. Aku bangkit dan membuka pintu. Dugaanku benar. Itu skandar. Dia tersenyum padaku. Sial! Jantungku kembali berdegup kencang. Kubalas senyumannya. Lantas kami langsung pergi. Skandar memakai mobil range hitam seperti milik devon. Yg berbda hanyalah pada theme di dalam mobil. Skandar memiliki banyak aksesoris army. Wajar. Dia itu kan army.
Aku duduk di depan bersama skandar. Kupakai safetybeltku ,kemudian skandar menyalakan mesin. Mobil mulai melaju. Aku merasa lupa sesuatu. Tapi aku tak tahu itu apa. Atau mungkin hanya perasaanku?
Selama di perjalanan pandanganku ke depan dan aku masih memikirkan hal apa yg kulupakan. Aku merasa skandar beberapa kali melirikku. Atau mungkin hanya perasaan saja ? Aku menoleh. Dan memperhatikannya . Dia sangat gagah dan pantas menjadi seorang army. Aku tersenyum. "boleh aku bertanya?" kataku pada skandar.
"tentu..tentang apa?" tanya skandar dengan pandangan yg tetap ke depan dan tangan yg sibuk mengendalikan setir.
"apa kau tidak sibuk?" tanyaku ingin tahu.
"tidak juga, sebenarnya saya masih ada urusan. Tapi karena tadi letnan Randal meminta tolong pada saya, jadi saya tunda dulu" jawabnya culas. Jadi bukan devon? Tapi Randal? Pantas dia mau. Orang sesibuk dia mana mungkin mau menghabiskan waktu untuk mengantarkanku.
"aku merepotkan ya?" kataku murung.
"tidak! Aku senang bisa mengantarmu.." skandar menoleh padaku sesaat seraya memperlihatkan senyumannya yg manis. Damn! Itu lebih dari manis sebenarnya .
"thanks.." kubalas senyumannya. Lantas kembali berpandang ke depan. "hari ini kau berbeda dari pertama kita bertemu..kau sedang jatuh cinta ya?" kata skandar sedikit menggoda.
Aku kembali menoleh padanya. "berbeda bagaimana?"
"ya berbeda..kau terlihat lebih cantik..seperti seorang wanita yg sedang jatuh cinta" jelas skandar tanpa memandangku. Apa ? Aku cantik? Apa tak salah? Pasti skandar bergurau .
"iya..aku sedang jatuh cinta padamu..kau tahu? Kau sangat tampan" kataku membalas gurauannya. Kulihat wajah skandar langsung memerah. Aku pun tertawa kecil. "mana mungkin seorang wanita cantik sepertimu, bisa jatuh cinta pada seorang pria seperti saya.." kata skandar agak terdengar gugup.
"siapa bilang? Kau gagah dan tampan, mana mungkin aku tidak jatuh cinta padamu.." kataku masih menggodanya. Skandar lagi-lagi diam. Kau tahu? Aku menahan tawa saat kulihat wajah skandar semakin memerah dia ini memang tak pernah dipuji ya? Tapi sungguh. Aku tak bohong . Dia memang tampan dan lucu. Aku menyukainya. Astaga wero! Jangan!
Kami pun sampai di depan sekolah. Kulepas safetybeltku dan berniat membuka pintu. Tapi belum sempat, skandar meraih salah satu tanganku. "a...ada apa?" tanyaku gugup.
"hari minggu nanti ada acara di rumahku..kau mau datang? Ada letnan Randal juga.." kata skandar ragu-ragu. Aku tersenyum gugup. "acara apa?"
"ulang tahun pernikahan Orang tuaku.." jelas skandar.
"baiklah..akan ku usahakan, tapi aku tak janji.." kataku. Skandar pun melepas genggaman tangannya dengan wajah yg memerah.
"kutunggu.." kata skandar. Aku tersenyum padanya lantas membuka pintu. Aku turun dari mobil dan menutupnya. Jendela pintu depan terbuka perlahan. "ada satu hal yg lupa kubilang.." kata skandar dari dalam mobil. Aku membungkuk dan memandang ke dalam mobil dari jendela yg dibuka oleh skandar. "apa itu?" kataku. Skandar terlihat mengela nafas panjang.
"kau terlihat sangat cantik tanpa menggunakan kacamata itu.." kata skandar malu-malu. Dia pun menutup jendela mobilnya lantas melajukan mobilnya. Meninggalkanku yg berdiri tegap dengan pikiran yg melalangbuana. Astaga! Aku ingat! Kacamataku! damn! Kenapa aku bisa lupa? Padahl kan itu sangat penting ! Bagaimana ini? Bagaimana aku bisa mengikuti latihan tanpa kacamataku? bodoh! Kenapa aku bisa sampai lupa sih?
"hei!" kurasakan seseorang menepuk bahuku pelan. Aku tersentak kaget lalu menoleh kebelakang. Oh. Nick .
"sedang apa kau disini? Dan kemana kacamata besarmu? " tanya nick dengan gayanya yg se-lengeean.
"aku lupa " kataku murung.
"dasar dungu " ledek nick. Kulirik tajam dirinya. Tapi dia malah tertawa.
"senang diatas penderitaan orang lain? Kau ini menyebalkan!" kupukul perutnya yg sepertinya bidang itu. Tapi dia malah tak berhenti tertawa. "kau menyebalkan!" kataku kesal. Nick diam. Tiba-tiba dia sedikit membungkuk. Kukira dia mau membisikan sesuatu padaku, tapi ternyata dia malah mencium pipiku. "NICK!" kataku kesal sambil menyusutkan bekas bibirnya di pipiku.
"habis aku suka melihatmu marah !sangat menggemaskan!" kata nick seiring dengan tawanya.
****
kubuka cardigan putihku dan menggantungkannya di tempat gantungan. Sebentar lagi bella dan danielle datang ke gedung ballet. Untunglah tadi nick mengantarku. Jika tidak pasti aku kesasar karena aku tak pakai kacamata. Ya meski aku kesal padanya. Selama perjalanan mengantarku kesini nick terus memujiku. Hingga wajahku memerah. Aku tak tahu itu asli apa palsu. Tapi aku juga merasa semua siswa melihatku dengan pandangan yg tidak biasa. Aku tak tahu mengapa. Apa Mungkin karena aku berjalan bersama nick? Entahlah.
Selesai melepaskan rok dan cardiganku. Aku keluar dari ruang ganti. Dan menuju ke gedung ballet yg jaraknya hanya beberapa meter. Tapi dari kejauhan aku dengan pandangan yg tak jelas aku melihat sekelompok pria yg sedang berbincang di dekat pintu masuk gedung ballet.Aduh ! Bagaimana ini? Mana mungkin aku melewati mereka dengan pakaian begini .
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionHai. Ini JD atau Just dreaming atau fanfiction Justin bieber yang aku buat tahun 2011 wkwkw. Ini versi original dan gak aku ubah sedikit pun 😂 enjoy kerancuan nya haha