Part END

274 14 1
                                    

2 months later

Tiga orang pria dan empat orang wanita sedang berkumpul di sisi ranjang yang diatasnya terbaring seorang pria yang tidak sadarkan diri. Mereka berlarian membawa pria itu ke ruang gawat darurat. Salah satu dari wanita itu tidak kuasa menahan tangisnya. Ia menangis meraung-raung hingga wajahnya memerah dan tubuhnya yang masih lemah itu terhuyung jatuh kelantai. Ia tidak bisa menahan tangisnya. Ia tidak kuat melihat seseorang yang dicintainya dalam keadaan kritis.

Seorang pria berambut emas membantu wanita itu bangkit dan berhasil. Ia menopang tubuh wanita itu dan membimbingnya berjalan di sepanjang lorong. Sedangkan mereka -para petugas rumah sakit- itu telah berhasil mendorong ranjang pria yang tidak sadarkan diri tadi kedalam sebuah ruangan yang dibatasi kaca.

Wanita berwajah pucat itu tidak bisa apa-apa.Tubuhnya benar-benar lemah saat ini. Sebenarnya ia belum sembuh total setelah kemarin menjalani operasi transplasi sumsum tulang belakang.

Ia masih merasakan sakit pada tubuhnya. Tapi itu semua seakan tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan sekarang. Bagaimana tidak? Saat ia baru saja terbangun, ia mendengar semuanya menangis. Dan ternyata itu karena seorang pria yang dicintainya berbaring lemah di atas ranjang tadi. Ia tidak tahu mengapa pria yang dicintainya itu sampai seperti itu. Karena semuanya tidak ada yang mau memberitahu. Mereka seakan takut. Takut wanita itu semakin melemah. Takut wanita itu belum siap.

Wanita itu mendesah. Tubuhnya masih tetap ditopang pria berambut coklat emas. Kedua tatapan wanita itu tertuju pada 'mereka' . Salah satu dari mereka berbalik dan berkata "kami akan berusaha.." lalu menutup pintu ruangan besar bertuliskan ICCU.

Dalam sekejap wanita itu kembali menangis. Ia tidak tahu mengapa ia menangis. Tapi rasanya ia takut...Takut terjadi sesuatu dengan pria itu.

--

Selama hampir 3 jam sama sekali tidak ada kabar dari balik pintu besar itu. Sebenarnya apa yang terjadi di dalam sana? Kenapa lama sekali?

Suasana di lorong ini sangat hening. Hanya terdengar suara desahan nafas tangis yang berasal dari kedua orang tua pria yang belum jelas kabarnya itu.

Weronika -wanita lemah yang tadi menangis itu- mendesah ringan. Ia menyandarkan kepalanya di bahu justin -pria yang sejak tadi menopang tubuhnya-. Saat ini mereka sedang duduk di kursi yang ada dilorong. Sejak tadi, weronika tidak mau beranjak dari sana. Ia ingin menunggu kabar dari balik pintu besar itu.

Justin mendekap tubuh mungil weronika. Membuatnya agar sedikit lebih tenang.

Justin memang sudah ada disana sejak pagi. Ia datang bersama selena yang sedang menemani orang tua skandar -pria yang sedang kritis tadi- yang juga sedang terhanyut dalam kesedihan.

"wero!!"

suara itu membuat weronika mengangkat kepalanya dan ia melihat seorang wanita berambut coklat datang dengan wajah yang memerah. Wanita itu terlihat seperti baru saja menangis.

Weronika mengerutkan keningnya.

"caitlin? Kenapa?" akhirnya weronika dapat menggerakan bibirnya tapi suaranya terdengar parau.

Caitlin mengerjapkan matanya beberapa kali seakan menahan air mata yang sudah membumbung di sela-sela matanya. Ia pun memberikan sebuah buku kecil berwarna coklat pada weronika.

--

air mata itu tidak bisa berhenti mengalir.

Air mata itu telah membasahi buku kecil yang dipegang weronika.

Air mata itu... berasal dari dua buah mata indah milik weronika.

Tubuhnya berguncang hebat. Bibirnya bergetar diiringi dengan isakan tangisnya semakin lama semakin pecah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang