Part 13

156 20 0
                                    

5 menit Kuteguhkan hatiku. Aku harus berani ! Kulangkahkan kakiku perlahan. Belum ada 3 langkah, seseorang menepuk bahuku. "sedang apa kau?" tanyanya. Aku menoleh. "logan?!" kataku sedikit terkejut. Dia tersenyum padaku.

"kenapa terkejut?" tanyanya setelah tersenyum.

"aku takut.." ungkapmu.

"takut? Memangnya disini ada hantu?" logan tertawa kecil.

"memang tak ada tapi aku takut melewati para pria itu.." kutunjuk sekelompok pria yg sedang berbincang di dekat pintu masuk ke gedung ballet. Logan memperhatikan mereka. "oh, mereka itu team american football..apa yang kau takutkan? Mereka tak akan menyakitimu.." kata logan datar.

"bagimu, tapi bagiku? Aku kan anak baru! Dan kau lihat? Aku memakai baju seperti ini, aku malu.." desisku. Logan menatapku dan menatap sekelompok pria itu bergantian. "mau kutolong?" tawar logan.

"caranya? "

"kemari, kuantarkan kau masuk ke dalam gedung.." logan mengulurkan tangannya padaku. Aku mengangguk mengiyakan tawarannya ,lantas meraih tangannya. Untung saja ada logan. Kalau tidak, aku tak tahu harus bagaimana. Ya mungkin ini berlebihan menurutmu. Tapi tidak untukku. Dari kecil aku selalu menjaga jarak dengan para pria. Itulah yg membuatku tak biasa jika dikelilingi para pria yg tak kukenal. Aku merasa tak nyaman.

Kami berjalan melewati para pria itu. Selama melewati mereka aku hanya menundukan kepala dan tanganku di gandeng logan. "korban baru logan?" salah satu diantara mereka bicara. Yg lainnya malah tertawa. Korban baru? Apa maksud mereka? Aku mendongak dan langsung menatap logan dengan wajah penuh pertanyaan. Tapi kulihat logan diam dan sepertinya tidak menghiraukan ucapan mereka.

Sampai di depan pintu, kami langsung masuk. "selesai.." kata logan seraya tersenyum padaku. Kutarik tanganku dan membalas senyumannya. "thanks.."

"ya no problem.." logan kembali tersenyum. Tapi kali ini aku membalasnya canggung. Yg ada dipikiranku saat ini adalah ucapan para pria tadi. Apa maksud mereka bilang begitu? Aku jadi penasaran. Apa ku tanya saja pada logan? Tapi apakah dia mau menjawab? Ah. Ini membuatku bingung!

"apa yg kau pikirkan nona pemalu?" logan mencubit pipiku. Membuyarkan pikiranku.

"a..tidak apa-apa" kataku terbata-bata.

"baiklah, tugasku sudah selesai bukan?" tanyanya. Aku mengangguk pelan. Logan berbalik dan berniat membuka pintu, tapi belum sempat, aku menarik tangannya. "ada apa?" dia menaikan salah satu alisnya.

"bolehkah aku bertanya sesuatu?" kataku ragu, takut dia tak mau.

"tentu..apa?"

"maaf jika aku lancang..tapi aku penasaran pada perkataan para pria tadi, apa maksd mereka bilang korban selanjutnya padamu?" kataku lugu.

"oh soal itu.. Sudahlah tak usah dipikirkan, mereka itu hanya bergurau.." jelasnya seraya tersenyum lemah. Benarkah hanya bergurau? Tapi mengapa aku merasa itu bukan gurauan ya?

"begitu ya? Ya sudah, hanya itu pertanyaanku" kutunjukan senyuman anehku. Logan hanya tersenyum kemudian pergi keluar.

*****

"SAKIT !!!" keluhku setelah latihan ballet selesai. Kubuka sepatuku. Dan melemparnya sembarang. danielle menghampiriku dan duduk dibawah sama denganku. "sudah kubilang apa? Jangan kau remehkan cabang ini.." kata bella seraya mengikat rambutnya yg agak berantakan.

"ini kan hari terakhir, jadi sudahlah..besok kan hari libur, kau bisa istrahat seharian.." sanggah danielle.

"iya, tapi kakiku hancur! Lihat kukuku! Patah " rengekku

"tak ada yg menyuruhmu melakukan impuls! Tapi kau keras kepala, jadi itu salahmu. sudah tahu badanmu masih kurang lentur. " danielle memutar bola matanya ke arah cermin.

"ah sudahlah!" kulepaskan ikatan rambutku dan mengibaskannya. Tak peduli keringatku terlempar kemana-mana. Panas sekali disini. Entah ini karena aku terlalu berlebihan saat latihan. Aku tak tahu.

"oh iya, kemana kacamatamu? Kau sudah pakai softlens?" tanya danielle.

"aku lupa.. Softlens apa? Aku tak memakai apa-apa.." jawabku

"tapi kenapa aku tak mendengarmu mengeluh? Biasanya kau bilang tidak jelas jika tak memakai kacamata.." dia menatapku bingung. "sebenarnya aku bisa melihat tanpa kacamata, Tapi itu hanya sebuah gerakan..jika sebuah tulisan pasti aku mengeluh.." kataku.

Mereka mengangguk lalu tersenyum seraya memperhatikanku. "tapi kau tampak cantik.." danielle memujiku. Dalam sekejap aku merasa wajahnya semakin panas. Danielle tiba-tiba tertawa. "kau lucu! Lihat wajahmu! Memerah" tambahnya diselangi dengan tawa. Ah ! Apa-apaan sih dia! .

****

"ayo cepat wero!" danielle menarik tanganku agar berjalan lebih cepat menuju ke kantin. Aku meringis. Kakiku sakit sekali rasanya seperti patah. Apalagi kuku kakiku tadi patah. "sakit tahu!" ringisku. dia melepaskan genggamannya dan berjalan duluan. "eh, tunggu!" teriakku seraya berjalan tertatih.

"kau lambat!aku tunggu saja dikantin oke!" sahut bella lalu meninggalkanku. Sial!

Kuhentikan langkahku lalu membungkuk, memijat kakiku. "bagaimana latihannya?" seseorang berbicara padaku. Oh. Justin . Kenapa aku harus bertemu dengannya terus sih ? ini menyebalkan.

Aku berusaha berdiri tegap. "ya begitulah.." kataku sedikit meringis. Aku merasa lemas. Aku hampir terjatuh tapi dengan gerakan cepat, justin memegang tubuhku, menopang agar tidak jatuh. "kau lemah sekali.." kata justin. Aku mendelik.

"wajarlah, aku itu wanita.." kunaikan satu oktaf nada bicaraku.

"kalau mau sekolah disini, kau harus punya tenaga ekstra, apa kau mau dibilang lemah?" ujar justin.

"tanpa kau bilang aku pun tahu!" kataku sinis.

"baguslah" justin tersenyum manis padaku. Kubalas dengan senyuman tanggung. Dia ini kenapa? Tumben sekali tersenyum manis padaku.

"astaga! Aku lupa! danielle menungguku di kantin. Aku harus pergi!" kataku cepat. Kulepas paksa tangan justin dari tubuhku. Tapi belum sempat aku melangkah, aku hampir terjatuh lagi. Justin menolongku LAGI.

"kau ini keras kepala atau bodoh? Sudah tahu tubuhmu sedang lemah, kau memaksakan berjalan sendiri" kata justin. Dari nada bicaranya, sangat terdengar dia khawatir padaku. Aku diam saja. Rasanya bibirku kelu untuk berbicara. Aku bingung kenapa justin jadi perhatian seperti ini. Apa karena dia merasa bersalah atas waktu itu? Apapun alasannya. Dia tetap orang yg berada di daftar orang yg kubenci.

"kau mau ke kantin? Biar kuantar!" kata justin antusias. Dia pun menopang tubuhku. Aku merasa risih. Tubuhku penuh keringat. Apa dia tak merasa bau ?

Kami pun berjalan menuju ke kantin. Kami hanya bicara seperlunya. Dan memang aku sedang tak mau bicara banyak. Selama perjalanan menelusuri lorong menuju ke kantin, banyak para siswa yg memperhatikan kami. Terutama justin. Mereka saling berbisik tapi aku tak tahu apa yg mereka bicarakan. Sebenarnya aku beberapa kali bilang jika aku sudah dapat berjalan sendiri. Tapi justin tetap memaksa akan mengantarku sampai ke kantin. Ya sudah aku tak mau menggertak lagi. Toh aku juga butuh bantuannya, meski sebenarnya aku agak risih.

sesampainya di kantin. bella, devon, coeur,danielle dan alyson yang sedang duduk di satu meja terkejut melihatku datang bersama justin . selain mereka sebagian siswa yg ada disana pun sama terkejut.

"kalian...." kata alyson ragu.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang