" ahh,Milly bantu aku sekarang,hari ini aku akan pergi menuju rumah atasan Gio,aku tak ingin kesana.. cepat bantu aku supaya aku tidak tinggal dengan orang gila itu,kau tau aku bisa gila nantinya.."
Ujar suara diseberang sana yang tampak terdengar sangat putus asa seolah-olah sangat mengharapkan bantuan kepada seorang yang tengah berbicara ditelepon dengannya."biarkan aku berpikir,kau pikir ini masalah mudah untuk membantumu supaya tidak tinggal dengan pria yang kau maksud itu."
"I know that but, hari ini aku bahkan sudah dalam persiapan menuju kerumahnya.."
"ahh.. Asheell, jujur aku bingung.. kenapa kau merumitkan masalah ini,apa susahnya kau hanya tinggal dengannya. Btw nanti kita lanjutkan lagi pembicaraan kita Ash, sekarang aku sedang berada di halte dengan tumpukan tugas yang harus ku serahkan hari ini kepada Mr.Smith,dan jangan telpon aku lagi sebelum aku yang telpon,aku akan coba beri solusinya tapi nanti okey..!" gadis bermata coklat itu segera mematikan ponselnya dan segera berlari saat bus yang ia lihat didepan matanya telah tiba.
Dengan tergesa-gesa dan sedikit repot, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju bus itu. Tidak butuh waktu lama, ia telah duduk di bangku barisan ke dua didepan setelah menggesekan kartu bus miliknya.
Sembari mengatur nafas,Milly dengan cekatan mengatur tumpukan kertas tugasnya yang banyak itu supaya terlihat rapi. Alih-alih ingin membuatnya rapih, justru 3 lembar kertas tak sengaja jatuh dan terinjak oleh salah satu kaki penumpang yang baru saja melewatinya menghilangkan jejak sepatu pada kertas itu.
"sorry,aku tak bermaksud" ujar tulus seorang pria berambut pirang gelap bermata sedikit coklat kehijauan itu sembari mengambil ke-3 lembar kertas yang baru saja tak sengaja ia injak.
"huuftt,nothing. Untung yang kau injak hanya lembaran biasa" dengan segera Milly mengambil kertas itu,menepuknya sedikit untuk menghilangkan jejak sepatu itu,walaupun sia-sia dan menumpuknya kembali pada kertas-kertas yang lainnya.
"boleh aku duduk disini?" tanya seorang pria itu.
Sekilas Milly melihat sekeliling bus,dan memang bus yang mereka tempati saat ini sangat ramai,dan hanya tempat disampingnyalah yang kosong.ia hanya menganggukan kepalanya pertanda memperbolehkan kepada pria itu. dengan posisi coolnya pria itu segera duduk disamping gadis itu.
Sekilas ia melihat salah satu kertas yang bertuliskan identitas tempat dimana gadis disampingnya menuntut ilmu, segaris senyum melengkung indah dibibirnya.
"kau berkuliah di Venderbilt? Jurusan apa?" tanya pria itu ragu.
Milly hanya meliriknya aneh,namun dengan gaya friendlynya ia menjawab.
"sebelumnya perkenalkan,namaku Milly dan aku memang berkuliah disana, jurusan desain interior. and you??"tanya Milly balik.
Pria itu tak menyangka jika gadis yang berada disampingnya terlihat sangat friendly,tidak seperti beberapa minggu yang lalu,saat ia bertemu dengan gadis bermata biru yang terlihat tak acuh padanya yang sekarang telah menjadi temannya dan pula yang telah mencuri hatinya saat mereka bertemu didalam bus ini juga.
"heii.. mengapa kau diam saja," tanya Milly jengah seraya melambai-lambaikan telapak tangannya didepan wajah pria itu. Seketika pria itu tersadar dari lamunan semunya.
"ahh..sorry, aku Maxcell kau bisa memanggilku Max dan aku juga kuliah disana tapi yang pasti kita beda jurusan." ujar Max cepat dan tenang. Yeah dia adalah Maxcell Alexander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Heartbeats (COMPLETED)
ChickLit#99 IN CHICKLIT (03/01/2017) Arron David Jhonson ,25 tahun ,CEO tampan dan kaya dari perusahaan Jhonson Corp dulunya adalah seorang pria hangat dan ramah. namun, semua itu sirna Semenjak kekasih di Masa lalunya memilih untuk meninggalkan...