Asheell POV
Sudah seminggu semenjak kejadian di rumah sakit, Pria itu tak pulang ke penthousenya. Dia pun juga tak mengabari tentang keadaanya dan juga dimana dia pergi bahkan kepada para pekerja di rumah besar ini. Jujur, aku sedikit merindukannya. Aku rindu dia yang selalu membuatku ingin marah-marah. Aneh? Memang, karna aku juga merasakan hal yang sama.
Kemana dia sebenarnya? Semarah itukah dia karna aku selalu mengelak jika aku adalah pelampiasannya? Haha..
Ntahlah,sekarang aku bahkan sudah tak mempedulikan tentang ciuman yang dahulu ku anggap tabu. Hatiku dilema, sakit yang dia berikan seminggu yang lalu saat ia mencium gadis itu masih membekas di hatiku. Tapi, rindu yang ia berikan setelah seminggu ini tanpa kabar malah membuatku sakit. Sakit karna merindukannya.
Saat ini aku masih setia menatap jendela di balik penthouse ini. Beruntungnya, untuk hari ini sampai tahun baru nanti aku mendapatkan libur musim dingin ku. Sudah seharian juga aku tidak keluar dari kamar besar ini.
Mau tahu hal yang lucu? Kadang setiap tengah malam, saat semua para pekerja disini sudah mulai tertidur,aku justru diam-diam masuk kedalam kamar pria arrogant itu yang tepat berada di depan kamarku. Aku memilih untuk tetap tinggal di penthouse ini sampai sang pemilik rumah yang memintaku untuk meninggalkannya.
Kadang juga aku diam-diam mengambil pakaiannya hanya untuk ku hirup wangi tubuhnya yang masih melekat disana. Aku gila, of course dan aku akui itu. Lucu kan? Disaat dulu aku mengharapkannya pergi dan tak pernah hadir, untuk sekarang aku malah mengharapkannya untuk tetap stay dan tak pernah meninggalkanku.
I really miss him so fucking much.
Sampai-sampai hampir setiap malam aku selalu menangis, menangis karna aku menyesal telah salah berbicara sehingga membuatnya pergi tanpa ku tahu kemana arahnya.Merindukannya sampai-sampai aku lupa jika aku juga merindukan kakak ku yang sudah sebulan pas pergi, lupa sampai akhirnya 5 hari lagi, tepat sehari sebelum natal tiba dia akan pulang, dan aku akan meninggalkan penthouse ini.
Kriiinggg...
Kriiinggg...
Suara ponsel yang berada di sampingku mengusik lamunanku, dengan cepat aku mengangkatnya tanpa harus melihat siapa peneleponnya.
"Halo.." Ujarku serak, mungkin efek menangis jangka panjang telah merubah suaraku, haha.
Hening
"Halo, siapa disana??" Ujarku agak sedikit jengkel, pasalnya sudah 5 menit yang lalu keadaan hening, aku bahkan berpikir jika ini hanyalah penelpon usil yg sedang bosan? Padahal aku sudah memastikan jika sambungan telponku masih tersambung.
"Heii, jika kau tak berbicara, aku akan mematikannya, mengganggu saja! "
"Kamu apa kabar? "
Tesss...
Suara itu, suara pria yang sudah aku ri dukan semingguan ini. Dia menelponku, dengan nomer yang tak ku kenal. Entah kenapa, setelah penantian rinduku hanya mendengar suaranya saja rasanya aku ingin berteriak senang dan menangis.
Hanya 3 kata yang mengalir di mulutnya, mampu membuatku diam tak berkutik,mampu membuat kinerja mataku untuk menangis detik itu juga? Sedahsyat itukah merindukannya? Aku masih diam, diam untuk memastikan jika ini bukanlah ilusi belaka dalam angan hayalku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Heartbeats (COMPLETED)
ChickLit#99 IN CHICKLIT (03/01/2017) Arron David Jhonson ,25 tahun ,CEO tampan dan kaya dari perusahaan Jhonson Corp dulunya adalah seorang pria hangat dan ramah. namun, semua itu sirna Semenjak kekasih di Masa lalunya memilih untuk meninggalkan...