21. "Misterious"

7.5K 266 4
                                    

Asheell pov

"Kamu udah bangun rupanya"

Aku langsung mengerjapkan mataku, dan seketika bola mataku membulat dengan sempurnanya. Bagaimana tidak kaget, aku baru saja bangun dan pemandangan Tuhan yang maha indah dan menyebalkan telah terpatri di hadapanku.

Dan juga jarak wajah kami sangat dekat, jangan lupakan tangan besarnya yang kini semakin mengerat di pinggangku.

What the hell, jangan bilang jika aku tadi malam masih tidur di kamar dan kasur ini. Dan mimpi apa aku semalam sampai aku bisa seranjang dengannya.

"Haaaahhh... What the fucking hell you doing with me?? Kenapa kau tidur disini dan lepaskan tanganmu dari pinggangku.." hardikku kesal, dengan sisa tenaga yang ada aku berusaha melepaskan diri darinya.

Dia menompangkan kepalanya pada tangannya dan berbaring menyamping ke arahku, kulihat alisnya bertaut keatas dan ke bawah, dengan tatapan menjengkelkan khas miliknya.

"Heii.. ini kamarku, lagian kau tak ingat kejadian semalam?? Kau bahkan tak mau melepaskan pelukanku?? Jangan menyangkal, itulah faktanya pretty.." jawabnya antusias sembari mengedipkan sebelah matanya.entah dapat virus dari mana dia sampai menjadi gila seperti ini.

Aku bungkam, aku ingat kejadian tadi malam, dimana diriku berada di alam sadar dan bawah sadar . Dimana mimpi sialan itu justru membuatku membutuhkan pelukannya.

"Tak bisa berkutik ehh.." ujarnya lagi. Menyebalkan, tidak tahukah dia jika aku sakit sekarang. Tapi apa hubungannya aku sakit dengan dia?? Kesannya seperti aku butuh sekali perhatiannya. No

"shut up your mouth " desisku menatapnya sebal.

Akhirnya aku bisa meloloskan diri dari pelukannya, dengan segera langsung mendudukan diri pada punggung kasur, sesekali memegang kepalaku yang masih pening.

Entahlah, kenapa kepalaku masih pening yah, apa sebegitu hebatnya kah efek dari minuman bernama vodka ini sampai 2 hari aku harus berbaring di tempat ini.

"Masih pusing hmm??" Tanya nya lembut setelah keheningan tercipta diantara kami. Jujur aku heran dengan sifatnya, kadang menyebalkan, lembut,arrogant seperti bunglon saja.

Aku menatapnya sinis " itu karena kau mengajakku ke pesta sialan itu"

"Kau menyalahkanku? Bukannya kau yang salah mengambil minuman hemm.."

"Up to you" ucapku mengakhiri percakapan tak jelas ini. Kulihat dia hanya menggelengkan kepalanya dan kini dirinya beranjak pada meja kecil di sebelahku, terlihat semangkuk bubur, air dan obat Bahkan aku baru menyadarinya.

"Makanlah, setelah itu kau minum obat dan istirahat lagi." Ujarnya lembut dan tangannya terulur mengarahkan kepadaku dengan sesendok bubur.

"Aku sedang tak ingin makan." Ujarku datar dan menggeleng enggan pada sesendok bubur yang di acungkan padanya.

"Kau bahkan terlalu sering memuntahkan makananmu, aku tak mau tahu pokoknya kamu harus makan" tegasnya.

"Justru itu aku tak ingin makan, percuma saja nanti juga keluar lagi."

Dia menatapku garang. Aku hanya bisa pasrah. "Baiklah tuan pemaksa " dengan sedikit berat hati aku menerima suapannya dan dia tersenyum manis,

bahkan sangat manis ya Tuhan.

****

"Hoooyyyy... Dave, kau sombong sekali padaku, bahkan teleponpun tak kau angkat, kau membuatku takut saja.."

Between My Heartbeats (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang