22. The threat I

7.2K 251 1
                                    

Saat ini Asheell sedang berjalan sendirian mengitari sebuah taman yang terletak tak jauh dari kampusnya. Sudah 4 hari ia tidak mengikuti pelajaran mata kuliahnya serta 3 kuis pun terbengkalai.

Sebenarnya ia masih di larang oleh Arron untuk masuk kuliah, tapi yang namanya ketinggalan banyak pelajaran justru membangkitkan dirinya untuk tetap bersemangat terutama dalam bertengkar melawan Arron yang terlihat Posesif dan Arogan di matanya, sehingga membuat Arron yang saat itu kualahan melawan Asheell terpaksa angkat tangan dan mengizinkan gadis itu untuk tetap berangkat kuliah dengan catatan tidak boleh pulang lebih dari jam 5 sore, apapun alasannya sebelum jam segitu ia harus sudah berada di dalam Penthouse tersebut.


Matanya menatap luas daerah taman untuk mencari tempat yang teduh dimana ia bisa mengerjakan tugas-tugasnya yang dikategorikan sangat banyak. Tatapannya kini beralih ke arah barat pada sebuah meja kecil bundar yang di lengkapi payung serta kursi.

Dengan senyum yang merekah ia menghampiri tempat itu. Tangannya dengan telaten mengeluarkan serta menata tumpukan kertas diatas meja bundar tersebut untuk segera di kerjakan. Setelahnya ia melihat kearah arlogi pink yang terpasang indah di tangannya yang menunjukkan pukul 3 sore.

"Jam 4 tugas ini harus selesai setengah, semangat Asheell." Gumam Asheell menyemangati dirinya sendiri.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, tepat sejam kemudian ia telah berhasil menyelesaikan setengah tugasnya.

"Akhirnyaa.. tinggal 8 tugas lagi, mungkin lebih baik aku kerjakan di kamar besar itu." Gumam Asheell sembari tersenyum samar. Kini dirinya tengah memasukan serta menata rapi kertas-kertas tugasnya kedalam tas miliknya, sembari mengalunkan nada indah hasil ciptaannya dari bibir tipisnya sendiri.

Namun, kegiatannya terhenti saat suara dingin tegas dan sangat to the point melewati daun telinganya. Tubuhnya seakan membeku mendengar suara yang di yakini sebagai suara perempuan.

"Jauhi Arron atau kau akan menyesal seumur hidupmu"

Dengan cepat Asheell mengangkat kepalanya dan kini terlihatlah seorang wanita berambut coklat terang dengan mata almond menatapnya tajam. Dia adalah Gween.

"Aku gak tahu siapa namamu, dan apa hubunganmu dengan Arron. Tapi satu hal yang pasti jauhi dia sebelum penyesalan datang padamu" desis Gween. Tersirat nada amarah di dalamnya ketika ia berhadapan dengan gadis yang statusnya saat ini merupakan orang terspesial bagi Arron tunangannya, walau ia tak tahu pasti apa status lawan bicaranya dengan mantan tunangannya tersebut.

Asheell hanya diam tak berkutik, kedua alisnya bertaut pertanda ia bingung. matanya menatap horor pada wanita di hadapannya tersirat ketakutan di dalam perasaannya namun segera ia tepiskan mengingat mungkin wanita di hadapannya merupakan idola Arron yang katanya terkenal mampu mematikan pandangan wanita itu. Lagipula, ia sering kan yang namanya di bully karena seorang lelaki mendekatinya. Baginya itu sudah biasa.

"Perkiraanmu salah girl, aku bukan penggemar Arron yang membully mu karena kau dekat dengan Arron.itu konyol bagiku jika aku harus membully mu. " desis Gween lagi yang kini justru membuat Asheell semakin membulatkan matanya karena wanita dihadapannya bisa membaca pikirannya.

"Aku Gween, lebih tepatnya tunangan Arron. Aku memperingatkanmu agar kau menjauhi kekasihku jika kau tidak ingin menyesal pada akhirnya.." desis Gween lagi kali ini suaranya terdengar melunak namun tidak menghilangkan kesan dingin dan marah didalamnya.

"Kau bisu?? Bicaralah setidaknya sebutkan namamu bitch!!"

Asheell bingung harus berkata apa, dengan ragu ia menatap tepat kedalam mata Gween yang terpancar jelas aura kecemburuan sekaligus peringatan di dalamnya. Dengan keberanian 80% ia mengenalkan dirinya pada Gween.

Between My Heartbeats (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang