Saat ini mereka sudah berada didalam mobil. hanya kecanggungan yang saat inilah menyelimuti keadaan. Asheell gadis itu masih menangis, sesekali ia menyeka bulir-bulir bening yang terus-menerus keluar, seolah-olah kelopak mata itu tak mampu lagi untuk menampung butiran kristal itu.
Sedangkan Arron bingung harus berbuat apa, yang bisa ia lakukan adalah menggenggam setiran mobil itu tanpa menyalakannya. Entah muncul dari mana sebuah ide ini, ia memberanikan diri untuk bersuara sekaligus membunuh suasana canggung yang sedari tadi tercipta.
"hei.. kau bisa pindah ke kursi depan,aku bukan supirmu." pinta Arron datar.
Gadis itu masih saja bungkam hanya lirikan tajam matanya lah yang ia berikan pada Arron sebagai respon,respon yang sangat pahit. namun hal itu tidak membuat Arron jengah,sekali lagi ia mencoba.
"hei.. kau punya telinga kan,cepat pindah ke depan,kau tak ingat pesan kakakmu tadi untuk selalu mendengarkan setiap perka.." belum selesai Arron menyampaikan apa yang ingin ia katakan,suara rusuh yang berasal dari tubuh Asheell mengejutkannya.
bagaimana tidak terkejut, bahkan gadis ini berpindah posisi dengan langsung meloncat kedepan tanpa harus keluar dari pintu,seakan-akan mobil ini adalah miliknya.Arron di buat cengo akan hal itu.
"kau bisa lewat pintu lalu masuk lagi." Geram Arron menahan kesal.
Asheell hanya memutar bolanya malas. "selagi dekat,kenapa harus dibawa susah dengan harus keluar dahulu baru duduk kedepan" ujarnya sinis.
Arron mengacuhkannya dan mulai menyalakan mesin mobil,tak lupa ia memasang safety bealtnya yang diikuti oleh Asheell pula.
"dasar manusia tak berperasaan, gila."gumam Asheell yang masih sempat didengar oleh telinga Arron.
"aku mendengar apa yang kau katakan Ash." Balas Arron sedikit bergurau.
Asheell tak meresponnya dam memilih mengalihkan pandangannya menghadap jendela, seolah-olah pemandangan itu akan sangat sia-sia jika harus di sia-siakan, semakin lama matanya terpejam.
Butuh waktu 3 jam bagi Arron untuk sampai ke penthousenya. Pintu pagar terbuka dan terlihat 10 orang pengawal dan keamanan menunduk hormat menyambut kedatangannya.
mobilnya telah berhenti didepan pintu utama. sejenak, terlihat 2 pengawal yang siap membukakan pintu mobil untuknya namun di cegah oleh Arron dengan satu alasan. gadis disampingnya tertidur dengan damai, damai seakan-akan tak mempunyai masalah dalam hidup.
Perlahan tapi pasti,tangannya terulur dan punggung tangannya mengelus pipi tirus berisi milik gadis itu. sesekali ia menyingkirkan rambut-rambut nakal yang menghalangi wajah manis itu. Tak lupa jari jempolnya terulur untuk menghapus bekas lelehan kristal bening yang terlihat tampak mengering itu, dan hal itu tak membuat gadis itu terusik dalam tidurnya.
Setelah puas dengan apa yang ia lakukan ia mulai keluar dan memerintahkan kepada dua pengawalnya yang sudah menunggunya dari tadi untuk membawakan koper milik Asheel dan meletakkannya pada kamar yang berada tepat dihadapannya.
Ia berjalan menuju pintu tempat di mana gadis itu duduk dan tertidur dan membukanya perlahan, seolah-olah tak ingin mengusik nya didunia mimpi. Lagi-lagi tangannya terulur, tangan kanannya diselipkan diantara punggung gadis itu dan tangan kirinya diselipkan diantara bawah lutut kaki itu dan ia mulai mengangkatnya perlahan.seorang pengawal yang kebetulan lewat menghampiri Arron.
"apa perlu saya yang menganggkat gadis ini tuan" pintanya ramah.
"tak perlu,kau cukup bawakan ranselnya yang berada dikursi depan dan letakan dikamarnya,dan tolong panggilkan Seth." pengawal itu mengangguk dan berlalu mengambil tas ransel yang diperintahkan tadi dan tak butuh berapa lama,Seth asisten pribadinya datang. Sembari menggendong Asheell dan berjalan kearah pintu utama Arron bertanya pada Seth dan tampak terlihat serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Heartbeats (COMPLETED)
ChickLit#99 IN CHICKLIT (03/01/2017) Arron David Jhonson ,25 tahun ,CEO tampan dan kaya dari perusahaan Jhonson Corp dulunya adalah seorang pria hangat dan ramah. namun, semua itu sirna Semenjak kekasih di Masa lalunya memilih untuk meninggalkan...