Jam makan siang akan segera habis waktunya kembali bekerja, aufa akan beranjak pergi tak peduli pada pria dihadapannya ini meski kenyataannya davin itu bossnya.
Aufa baru akan melangkah pergi tapi tangannya dicekal siapa lagi jika bukan davin,
"kau tidak berniat menjawab pertanyaanku tadi", ujar davin datar ikut berdiri menarik tangan aufa agar menghadapnya,
"Aku tidak mendengar pertanyaanmu yang aku dengar itu pernyataan, jadi aku tidak berniat untuk menjawab lagipula kau juga pasti tau jawabanku ya kan?", sahut aufa sembari melepaskan tangannya. "Maafkan saya pak tapi ini sudah hampir lewat jam makan siang. Dan saya juga harus kembali bekerja" sambung aufa formal. Aufa melangkah pergi."Aku tau kau akan menjawabku dengan kata iya kau mau menikah denganku karena itu jawaban yang kumau!", seru davin tegas sarat akan perintah. Aufa menghentikan langkahnya ketika mendengar davin bicara, ini namanya pemaksaan ya kan? Siapa yang ingin menikah begini? Apa yang dia katakan itu sebuah lamaran? Tapi aufa rasa bukan.
Aufa berbalik melihat davin, dirinya melongo pria itu pergi begitu saja melewatinya, aufa mengejar davin mensejajarkan langkahnya.
"Hey! Kau tidak bisa seenaknya ya mengaturku, aku tau kau itu boss ku tapi dikehidupan pribadi kau bukan siapa siapa!", seru aufa menahan kesal tapi dari nada bicaranya saja sudah diketahui jika gadis ini kesal dan marah."Aku ini memang bossmu jadi bisakah kau bicara lebih sopan lagi pada atasanmu ini?" Jawab davin santai ketika sudah didepan pintu mobil hitam sportnya. Aufa sekarang sudah sangat kesal, bossnya ini begitu menyebalkan jika bukan ditempat umum mungkin aufa akan memarahi pria itu langsung didepan mukanya sekalian.
"Saya tau anda itu boss saya tapi anda juga tidak bisa memaksakan kehendak anda begitu saja tanpa persetujuan dari pihak lain", aufa bicara lembut dengan menahan kesalnya. Davin hanya melihatnya sekilas lalu masuk kedalam mobilya,
"kau tidak ingin kembali kerja? Ini sudah lewat jam makan siang atau kau hanya ingin berdiri saja disana?", davin berkata dengan dinginnya.Aufa pergi menghentak hentakan kakinya meninggalkan pria itu lalu masuk kedalam mobilnya, jika saja ini sudah waktunya pulang setidaknya aufa bisa menenangkan dirinya tapi sekarang masih jam nya bekerja dan pasti akan bertemu dengan davin si boss sialannya itu.
Davin duduk dikursi kebesarannya merenungkan setiap langkah yang akan dirinya ambil, sebenarnya kadang davin juga bimbang tentang hal yang akan dirinya ambil, menjadikan aufa istrinya tidak akan mempengaruhi apapun dalam hidupnya tapi setidaknya dirinya akan merasa puas jika bisa membuat vano menyesal.
Aufa tak bersalah davin tau itu hanya saja kadang keegoisan dirinya itulah yang membutakan hatinya. Aufa cantik, pintar dan menyenangkan lalu satu lagi terlihat polos, setidaknya keluarganya akan menerima aufa dan tak akan mengetahui alasan sebenarnya dirinya ingin menjadikan aufa istri, setelah lumayan lama dirinya tak pernah mengenalkan lagi calon istri dan sekarang secara mengejutkan dirinya akan mengenalkan calon istri.
Davin hanya perlu menyeret aufa bertemu keluarga nya dan dipastikan gadis itu tak akan menolak lagi karena sifat pemaksanya ini memang keturunan dari sifat ibunya itu.
Tok.. tok..!!
"Masuk" suara pintu membuyarkan lamunan davin. Telihat aufa masuk kedalam, "maaf pak, hari ini anda ada meeting di freedom corp setengah jam lagi". Davin hanya menganggukan kepalanya lalu berdiri pergi ketempat meetingnya dengan aufa sekertarisnya tentu saja.
Sebenarnya aufa sudah terbiasa dengan sikap davin hanya saja kadang sikapnya begitu menyebalkan sampai sampai sulit untuknya menahan kekesalannya itu.
*****
Aufa sudah mencatat semua point penting dalam meetingnya itu tadi, mereka pun pergi kembali keperusahaan pria itu.
Di lift kebetulan hanya ada mereka berdua, "aku sudah memutuskan lusa aku akan membawamu menemui orang tuaku dan makan malam bersama" sahut davin datar, baru saja aufa akan membuka mulut tapi terpotong "kau harus mau" sambung davin dengan nada perintah dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...