Happy Reading.
---
Aufa membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjap untuk menyesuaikan dengan cahaya. Sebelah tangan aufa memegang kepalanya yang terasa pusing sambil meringis. Aufa mengedarkan pandangannya, aufa bermaksud untuk bangun dari baringnya namun tangannya terasa berat lalu aufa menoleh, dilihatnya davin tengah tertidur dengan tangan menggenggam tangannya. Aufa dengan gerakan pelan melepaskan genggaman davin namun malah membangunkan davin.
"Kau sudah bangun?" Tanya davin serak khas orang bangun tidur.
Aufa mengangguk.
"Kau ingin duduk?" Lagi aufa mengangguk.Davin berdiri membantu aufa untuk duduk ditempatnya berbaring.
"Kau ingin minum?" Lagi-lagi aufa hanya mengangguk saja.
Davin menyodorkan bibir gelas pada bibir aufa membantunya untuk minum. Davin meletakan kembali gelas dimeja samping.
"Kau sudah merasa lebih baik?" Tanya davin namun tak mendapat jawaban dari aufa.
Davin duduk dipinggiran ranjang lalu mengenggam tangan aufa lembut membuat aufa menatap davin. Tanpa terasa airmata kembali menetes diwajah aufa.
"Tidak. Jangan menangis lagi, ingat kau sedang hamil". Nasihat davin pada aufa sambil menghapus airmatanya.
"Aku tidak suka keadaan ini" sahut aufa pelan.
"Jika kau tidak suka maka kau harus menyelesaikannya". Nasihat davin. Lagi.
"Apa maksudmu?" Tanya aufa bingung.
"Kau bilang tidak suka keadaan ini, bukan? Jika benar kau tidak suka maka kau harus memperbaiki masalahnya".
Aufa terdiam.
"Kau maukan memperbaikinya?"
"Aku tidak tahu". Jawab aufa membuang mukanya."Baiklah. Jangan sekarang dan jangan juga terlalu kau pikirkan. Sekarang istirahatlah lagi, jika sudah saatnya makan aku akan membangunkanmu". Davin mengalah karena tak ingin aufa makin stres lagi.
"Kau sudah makan?". Tanya aufa menatap davin lagi.
"Nanti saja bersamamu".
"Maaf menyusahkanmu". Sesal aufa dengan raut sendu.
"Tidak. Kau tidak menyusahkanku. Istirahatlah". Sahut davin mengelus pipi aufa lembut.
Davin membantu aufa kembali berbaring, diselimutinya aufa dan menungguinya sampai terlelap.
***
Vano duduk disamping ayah tirinya yang masih menutup matanya. Vano menghela nafas berat sambil menyandarkan punggungnya pada kursi.
"Ayah membuatku disituasi yang aku benci!" Gumam vano dengan tatapan dingin pada ayahnya.
Vano menoleh karena merasa ada yang datang. Dan ternyata benar maura lah yang masuk.
"Bagaimana keadaan aufa?" Tanya vano dengan nada khawatir.
"Dia sedang istirahat" jawab maura sebelum mengambil kursi untuk duduk disamping vano.
Vano menghela nafas lega.
"Kau jangan khawatir semua pasti akan baik-baik saja". Sahut maura menenangkan."Aku harap juga begitu. Aku takut dia akan membenciku" ujar vano.
"Kau tahu dia, bukan? Dia sahabatmu dan adikmu, aku yakin dia tidak akan membencimu"
"Apa nanti aku bisa bicara dengannya?"
"Aku sudah meminta davin untuk membujuk aufa agar mau mendengar penjelasanmu".
"Harusnya kau bicara langsung pada aufa! Kenapa pada davin? Kau tahu dia itu membenciku!" Geram vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
Fiksi UmumPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...