32-- Kejujuran

6.6K 234 4
                                    

Happy reading

---

Davin keluar dari ruang dokter dan betapa terkejutnya davin ketika melihat mamanya. Dengan wajah tegang yang berusaha dinormalkannya, davin mendekati mamanya.

"Mama ngapain disini?".

"Harusnya mama yang bertanya begitu". Balik tanya dahlia dengan sinis.

"Davin tadi sama aufa disini periksa kandungan".

Dahlia menatap tajam orang yang baru saja keluar bersama putranya.

"Datang kerumah mama, ada yang harus mama bicarakan". Perintah dahlia tegas.

Davin hanya diam tanpa menjawab karena mamanya pergi tanpa menunggu jawaban darinya. Davin menolehkan kepalanya kebelakang.

"Maaf". Sesal maura pelan.

"Sudahlah, ayo pergi biar ku antar kau pulang".

***

Davin sudah duduk bersebrangan dengan dahlia diruang keluarga. Dahlia bersidekap dada dengan menatap davin kecewa.

"Apa mama ikut menjemput aufa?". Tanya davin.

"Aufa lebih memilih berbohong untuk menutupi kesalahanmu".

"Apa yang aufa bicarakan pada mama?!".

"Tenang saja aufa tidak mengadukan apapun yang jelek tentang suaminya".

"Jadi apa yang sebenarnya ingin mama katakan?".

"Mama tidak suka kamu dekat lagi dengan maura! Jangan hiraukan dia lagi, sudah cukup masalah yang dulu jangan tambah lagi. Atau mama sendiri yang mengambil tindakan!".

"Ma, maura hanya sebatas teman sekarang tidak lebih. Jangan lakukan apapun ma, davin bisa menangani hidup davin dan keluarga davin sendiri".

"Sampai kapanpun mama akan terus melindungi anak dan menantu mama! Pastikan tidak ada lagi perasaan kamu untuk maura!".

"Mama jangan khawatir, davin tidak punya perasaan apapun lagi untuk maura".

"Mama sayang kamu davin. Mama ingin kamu cepat memilih nak, pastikan hatimu untuk siapa. Cepat katakan juga apa yang kamu rasakan, mama takut kamu terlambat. Satu lagi perjuangkan yang memang kau pilih". Nasihat dahlia kali ini melembut.

"Pasti ma, percaya sama davin".

"Sana pulanglah, oh iya kamu pasti akan tahu dari aufa apa yang mama bicarakan dengannya". Davin mengangguk mengerti lalu pamit pulang setelah mengecup punggung tangan mamanya.

***

Davin masuk kedalam kamarnya yang temaram, davin membuka jasnya dan melihat aufa yang sedang berdiri dibalkon. Davin menghampiri aufa memeluknya dari belakang. Membuat aufa tersentak kaget.

"Kenapa berdiri disini hmm? Dingin tahu". Tanya davin lembut.

"Aku butuh udara segar".

"Mana ada udara segar malam begini!". Protesan davin membuat aufa diam bersalah.

"Fa, aku menyayangimu sangat". Jujur davin makin mengeratkan pelukannya.

Aufa mematung mendengar pernyataan davin. Aufa membalik tubuhnya meski perut buncitnya membuat jarak diantara mereka.

"Apa yang kau katakan barusan?". Davin tersenyum lembut lalu menangkup wajah aufa mengelusnya juga.

"Aku menyayangimu, mencintaimu. Jelas?".

Aufa menatap lekat kedua mata davin mencari kebohongannya disana namun yang aufa dapat hanya tatapan tulusnya.
"Tapi.. maura?".

Davin menggeleng.
"Kami hanya teman, tidak adalagi perasaan diantara kami".

LAUGH for My Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang