Happy Reading
---
Aufa juga davin dengan langkah cepat masuk kerumah sakit, nafas aufa tercekat ketika sudah sampai diruang rawat alfin. Dapat didengar oleh aufa suara tangis didalam dan pintupun aufa buka perlahan.
"Ayah". Lirih aufa.
Aufa berjalan mendekati ayahnya yang sudah terbaring tanpa nyawa. Dirinya terlambat datang.
"Ayah". Sekali lagi aufa memanggil ayahnya.
"Maafkan aufa, ayah".
Davin menghampiri aufa membawa aufa dalam pelukannya sekedar memberi kekuatan.
"Sabar fa, ayah udah tenang disana". Aufa mengangguk.
Aufa melepaskan pelukan davin dan beralih menatap pada vano yang melakukan hal yang sama seperti davin pada maura.
"Vano". Panggil aufa.
Vano menatap aufa dan tak dapar dipungkiri aufa bisa mekihat juga gurat kesedihan vano atas meninggalnya alfin.
"Terima kasih karena sudah menjaga ayah saat aku saja yang putrinya tidak bisa". Ujar aufa lirih.
"Kau tidak perlu berterima kasih, ayahmu adalah papaku juga fa. Bukan hanya aku tapi kita sudah menjaga papa dengan baik, jangan salahkan dirimu".
"Terima kasih". Vano mengangguk mengerti.
"Fa, Sebelum ayah meninggal beliau memberi pesan kalau ayah mau makamkan dekat makam ibu kamu, ibu linda".
"Aku pasti akan mengabulkan keinginan ayah, tapi kau tidak keberatankan?".
"Tentu saja tidak. Kenapa aku harus keberatan pada permintaan papaku sendiri". Vano tersenyum tulus.
"Fa, Jika tidak keberatan aku ingin pengajiannya dirumahku". Pinta vano.
"Baiklah".
"Aku akan menghubungi keluarga yang lain dulu". Sahut davin dan pergi beralih keluar.
Vano mendekat pada aufa.
"Sebenarnya hari ini aku harus pergi keluar negeri untuk mengurus perusahaan yang ada disana, bisakah aku menitip maura juga rio?". Sesal dan tanya vano."Apa kau tidak bisa tunda dulu pekerjaanmu".
"Ini meeting penting dan sudah dijadwalkan dari awal dan tidak bisa dirubah".
"Aku akan segera pulang dan langsung mengadakan pengajiannya setelah aku pulang dirumah. Untuk sekarang dirumahmu dulu". Jelas davin.
Aufa menatap vano serius dan menatap maura yang dari tadi hanya diam.
"Baiklah aku mengerti"."Terima kasih".
Vano menatap maura lembut. Mengelus pipi maura.
"Semua akan baik-baik saja, aku pergi dulu. Jaga dirimu, kau tidak akan sendiri kalian akan tinggal bersama aufa dan davin dulu". Pesan vano lalu mengecup kening maura sebelum pergi.Davin datang setelah pembicaraannya selesai, menghampiri aufa yang sudah berhenti menangis namun sesekali menyeka airmatanya.
"Kenapa?".
"Vano tidak bisa hadir dipemakaman ayah, dia menitipkan maura dan rio dulu".
"Dimana vano sekarang?". Tanya davin serius.
"Dia sudah pergi tadi mungkin sudah sampai parkiran sekarang". Jawab aufa.
"Aku akan menemui vano". Davin berlalu pergi dengan cepat.
"Davin!" Panggil aufa yang ingin mencegah.
***
Davin keluar dari rumah sakit dan menuju parkiran, rupanya benar saja vano hendak pergi. Baru vano akan masuk kedalam mobilnya namun dicegahnya oleh davin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
Ficção GeralPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...