34-- Kebenaran atau Kebohongan?

8.6K 285 2
                                    

Happy Reading

---

Davin dengan wajah seriusnya membaca setiap dokumen yang harus ditanda tanganinya namun  konsentrasi davin terpecah ketika seseorang masuk tanpa izinnya. Davin mendongak.

Brakk..

Orang itu masuk dengan kasar sembari menyeret wanita yang menjadi sekertaris davin.

"Masuklah dengan sopan, vano!" Beritahu davin dingin.

Vano tersenyum sinis.
"Tidak perlu sopan jika ingin membuat masalah" jawab vano dengan nada menyebalkannya.

"Apa yang kau inginkan!" Geram davin yang tidak tahan melihat perbuatan kasar vano pada maura istrinya sendiri.

"Aku?" Tanya vano dengan sebelah alis terangkat.

"Aku ingin membahas masa lalu kita!". Dengan penuh penekanan vano mengatakannya.

Maura menatap vano dan menghentikan gerakan tangannya yang ingin dilepaskan cengkramannya. Davin tertegun atas ucapan vano.

"Lupakan semua itu!" Ucap davin seperti perintah.

"Bodoh jika aku melupakannya!".

"Rendahkan suaramu!" Titah davin tajam.

"Syarat yang aku buat masih berlaku sampai sekarang davin, jadi sekarang aku minta padamu ceraikan aufa karena aku juga akan melepaskan maura". Ucap vano serius.

Maura merasa kakinya lemas, airmatanya meluncur begitu saja. Vano menatap maura lalu melemparkannya kedekat meja davin.

"VANO!". Panggil davin penuh peringatan ketika melihat kasarnya vano.

"Apa?! Kau peduli padanya hah!". Jawab vano tak kalah tajamnya.

Davin berjalan cepat, mencengkram kerah baju vano.
"Aku peduli karena dia temanku, dia istrimu!"

"Jangan pedulikan siapapun! Pedulikan saja istrimu!". Seru vano sembari mendorong davin.

Davin mengepalkan kedua tangannya erat, menatap tajam vano.

"Kenapa kau minta aku menceraikan aufa?!" Tanya davin dingin.

"Apa kau pikir aufa tidak tahu apa saja yang kau lakukan dengan maura?" Balik tanya vano dengan sinis.

Davin tertegun, tak pernah davin  pikirkan jika aufa akan tahu apa yang dilakukannya dengan maura.

"Kau tidak tahu apa-apa!" Ucap davin setenang mungkin.

"Aku tahu semuanya".

"Apa kau menyuruh orang untuk menguntitku?" Ucap davin tersenyum sinis.

"Sedikitpun aku tidak akan membiarkan kau menyakiti aufa".

Davin menghela nafasnya berat.
"Baiklah aku mengerti".

Davin kembali mencengkram kerah kemeja vano.
"Dengar!" Geram davin menahan emosinya.

"Jangan pernah lepaskan maura atau aku akan lebih menyakiti aufa." Ancam davin.

"Aku tidak tahu sebegitu pedulinya kau pada maura".

"Aku bukan peduli pada maura tapi aku hanya kasihan pada aufa jika aku meninggalkannya".

"Karena syaratku kau menjadikan aufa KAMBING HITAM hanya karena kau membenciku!".

Davin menatap maura yang menangis dalam diamnya. Davin tahu pasti maura sakit mendengar permintaan vano.

"Iya dia hanya kambing hitam untukku, dan itu semua salahmu. Jika saja maura tidak kau hamili dan kau tidak meminta syarat agar aku juga menikah untuk melindungi maura, mungkin semua akan baik-baik saja sekarang". Sindir davin.

LAUGH for My Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang