26-- kunjungan

6K 201 0
                                    

Happy reading.

---

Davin melangkah ragu dengan wajah setenang mungkin meskipun hatinya tak dapat dipungkiri berdebar cemas. Davin berada dihadapan alfin yang menatapnya intens.

"Ayah tahu yang kau cemaskan. Tapi ayah juga mengerti itu masalahmu dan itu harus kau pertanggung jawabkan sendiri. Saat ini ayah bukan ingin membahas itu". Alfin menjeda kalimatnya menatap aufa juga davin bergantian. Aufa hanya mampu mengernyit bingung mendengar yang diucapkan ayahnya pada davin.

"Ayah sangat ingin melihat putriku satu-satunya ini bahagia. Ayah tahu kau punya keluarga yang lengkap, kau memberikan kebahagiaan keluarga pengganti dari apa yang pernah terjadi sebelumnya karena itu ayah sangat berterima kasih padamu telah menikahi putri ayah". Alfin tersenyum bahagia. Sedang yang berada disisinya hanya terdiam lalu setelahnya menyunggingkan senyumannya.

Davin terdiam mendengar kalimat terakhir yang diucapkan ayah mertuanya ini. Davin tersenyum tipis setelah sesaat terdiam. Berbeda dengan vano yang mengepalkan kedua tangannya erat, maura yang berada disampingnya menoleh lalu menggenggam tangan vano yang terkepal dan tangan satunya lagi mengelus lengan vano.

"Ayah jangan khawatir. Aku akan selalu berusaha untuk memperbaiki dan juga membahagiakan putri ayah sekaligus istriku ini". Davin berucap dengan kesungguhannya. Aufa menatap davin dan tersenyum bahagia. Perlahan tangan davin menyentuh tangan aufa dan menyatukan jarinya dengan aufa. Mendengar yang diucapkan davin, vano hanya berdecih pelan.

"Bukan karena apapun. Tapi ini kulakukan karena aku seorang suami dan aku akan segera menjadi ayah untuk keluarga kecilku". Lanjut davin.

Alfin terkejut dengan raut bahagia ketika telah mengerti ucapan menantunya ini.
"Aufa sedang hamil?". Tanya alfin memastikan.

Davin mengangguk. Aufa tersenyum.
"Ayah akan mendapatkan cucu. Tidak terasa ternyata ayah sudah makin tua". Gurau alfin.

"Kenapa ayah baru menyadarinya. Harusnya ayah lihat, rio saja sudah tumbuh". Ketus vano yang dari tadi diam namun tetap saja ada nada gurau didalamnya.

"Kau ini". Ujar alfin.

"Sebaiknya ayah istirahat lagi". Sahut aufa.

"Iya lagipula ayah baru saja siuman". Lanjut maura.

"Baiklah kalau begitu. Ayah istirahat dulu". Alfin membaringkan dirinya perlahan dibantu vano juga davin.

"Kau juga haris istirahat". Perintah davin pada aufa.

Aufa mengerucutkan bibirnya. Davin menghampiri aufa lalu merangkul bahunya. Lalu membisikan sesuatu yang membuat wajah aufa bersemu merah dan itu membuat davin mengulum senyumnya.
"Kalau begitu kami pergi dulu. Kami pasti akan sering kesini". Pamit davin menarik aufa perlahan agar mengikutinya keluar.

"Aku pergi dulu. Ayah nanti aku akan bawa makanan untuk ayah". Aufa bicara dengan langkah paksa karena davin menariknya.

***

Keluarga davin sudah berada didalam ruang rawat aufa. Mama davin- dahlia langsung saja memarahi davin ketika baru saja sampai didalam. Sedangkan yang lain langsung menanyakan keadaan aufa yang berada diranjang. Disana ada dahlian, Arkan, danisya, nufa juga byan. Dan kedua orangtua byan yang baru akan menyusul nanti. Sama tante dan om aufa juga nanti akan menyusul.

"Kenapa tidak cepat-cepat memberitahu mama?". Omel dahlia kesekian kalinya didengar davin.

"Ma, davin kan udah bilang..".

"Mama gak tanya kamu!". Potong dahlia dengan suara ketus dan mendelikan matanya. Davin hanya mampu menghela nafasnya pelan.

"Sayang, kenapa tidak langsung memberikan kabar?". Berbanding terbalik dahlia bertanya dengan lembut pada aufa. Membuat yang ada didalam terkikik geli.

LAUGH for My Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang