25-- Benci

7.2K 212 5
                                    

Happy Reading.

---

Maura membawa aufa masuk kedalam rumah sakit, mengantarnya keruang rawatnya.

"Maafkan aku karena baru tahu jika kau adalah suami davin". Sesal maura memulai berbicara dengan mendorong kursi roda yang dipakai aufa.

"Tidak apa-apa. Lagipula ini juga salahku belum memberitahumu".

"Harusnya aku melihat cincin pernikahan kalian yang pasti sama".

Aufa tertawa kecil mendengar penuturan maura padanya.
"Tidak apa-apa".

"Oh iya, untuk yang pernah aku ucapkan waktu itu aku minta maaf. Itu hanya candaan saja sungguh".

Aufa melirik maura sebentar untuk menampilkan senyumannya. Aufa menggeleng.

"Tidak ada yang salah".

Maura membuka pintu lalu kembali mendorong kursi roda aufa kedalam. Dan membantu aufa untuk kembali keranjangnya.

"Tidak usah. Aku ini baik-baik saja. Davin terlalu lebay".

Maura tertawa membuat aufa bingung.

"Kau tahu, davin itu sangat mengkhawatirkanmu".

Aufa sudah berbaeing diranjangnya. Maura duduk dipinggir ranjang.

"Tapi itu terlalu berlebihan."

"Semua pria yang punya istri sedang hamil, mungkin begitu".

"Dulu vano juga begitu". Lamun maura sesaat kemudian teringat.

"Eh maaf harusnya aku tak membahas dia".

Aufa tersenyum.
"Memang kalau membahas vano, aku akan marah begitu? Tentu saja tidak".

"Ku harap kau tidak benci vano?".

"Sekilaspun aku tidak berpikir untuk membenci siapapun meski berapa banyak kesalahannya padaku selagi dia mau memperbaiki dan menjelaskan lalu kenapa aku tidak memberikan kesempatan". Jelas aufa.

"Kau benar-benar baik, davin beruntung mendapatkanmu sebagai istri". Tatapan maura lurus dan diam.

'bagaimana jika kau tahu tentang rahasia kami, aufa. Apa kau akan tetap tidak akan berubah'. Batin maura.

"Bukan davin yang beruntung tapi aku juga beruntung mendapatkannya sebagai suami".

"Haha, kalian memang pasangan yang serasi, sangat serasi".

"Jadi kapan kami bisa berbicara serius padamu?". Lanjut maura.

"Aku akan datang sendiri pada kalian. Kumohon".

"Baiklah aku mengerti."

"Oh iya kenapa mereka lama sekali? Apa mungkin.." maura menjeda kalimatnya karena sedang berpikir.

"Aku akan menemui mereka".

Baru saja maura beranjak berdiri, davin sudah datang dengan santai saja.

"Kalian tidak berkelahi kan?" Tanya maura memastikan.

"Tidak". Davin berjalan kepinggir ranjang untuk duduk.

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya davin khawatir.

Aufa mengangguk. Maura menatap pasangan itu dengan senyum bahagianya, 'aku harap bahagia akan selalu bersama kalian'.
"Aufa davin, kalau begitu aku pergi dulu". Pamit maura karena tak ingin menghalangi obrolan antara suami istri.

"Baiklah". Jawab keduanya.

"Kenapa?". Tanya davin khawatir karena aufa menunduk memandang jalinan kedua tangannya.

LAUGH for My Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang