Davin bersama aufa berhenti di salah satu toko bunga yang biasa dibeli aufa jika pergi ke makam ibunya. Aufa masuk lebih dulu kedalam toko dan disambut oleh harum berbagai macam bunga.
"Selamat datang. Bisa saya bantu?" Tanya wanita entah pemilik atau penjaga toko.
Aufa berbalik tersenyum pada wanita yang menyapa nya dan menghampiri nya sedangkan davin baru masuk kedalam toko.
"Mbak cari bunga seperti apa?"
"Saya ingin bunga anggrek"
"Baiklah. Biar saya ambilkan" ujar sang wanita.
"Kenapa kau tidak pilih bunga mawar?"
Aufa menoleh pada davin yang berada disampingnya.
"Karena ibuku suka bunga anggrek""Kau suka bunga apa?"
"Aku sama seperti ibuku"
"Kenapa harus suka bunga anggrek?"
"Anggrek tidak ada wangi nya. Aku kurang suka wangi bunga yang wanginya agak menyengat." Jelas aufa.
"Ini bunga nya" ujar sang wanita menyerahkan bunga anggrek yang sudah dihias sederhana.
"Iya. Terima kasih" jawab aufa mengambil bunga yang dipesennya.
Aufa bersama davin masuk kedalam mobil.
"Kau sudah lama tidak mengunjungi makam ibumu?" Tanya davin mencoba memulai pembicaraan demi perubahannya."Lumayan. Biasanya setiap minggu aku kesana" jawab aufa menatap bunganya.
Davin diam tak bertanya lagi begitupun aufa juga diam bamun sesaat kemudian aufa menoleh pada davin yang mengemudi.
"Davin. Kenapa kau begini?"
"Aku?" Beo davin hanya melirik sekilas.
"Apa kau sedang mempermainkanku?"
"Tidak"
"Aku merasa kau tidak seperti biasanya"
"Memangnya ada yang salah denganku?"
"Tidak" ujar aufa pelan sebelum menolehkan kepalanya ke jendela.
"Kau tidak suka aku begini?" Tanya davin dingin.
"Mau bagaimanapun dirimu. Aku akan tetap menerimanya" ujar aufa tanpa menoleh pada davin.
Davin tersenyum samar mendengar jawaban aufa padanya yang seadanya. Bahkan menurut davin tulus diucapkannya.
***
Aufa berjongkok disamping makam yang bertuliskan nama Linda Arafah. Aufa mencabuti rumput liar disekitar pinggir makam ibunya sebelum meletakan bunganya. Davin yang sama berjongkok disebelah aufa hanya mampu terdiam memandang aufa.
"Sudah. Lihat tanganmu kotor!" Cegah davin menggenggam tangan aufa yang masih mencabut rumput.
"Tak apa. Aku memang selalu melakukannya" jawab aufa.
"Nah! Sudah bersih" riang aufa menepuk-nepuk tangannya yang kotor setelah meletakan bunga anggrek didepan nisan ibunya.
Aufa mengusap nisan ibunya perlahan. Tanpa disadari airmata mengalir dipipinya yang langsung diusap oleh aufa.
"Ibu, aku datang bersama suamiku" ujar aufa pada makam ibunya seolah makam itu mendengar dan akan menjawabnya.
"Ibu, aku bahagia" sahut aufa bergetar.
Davin mengusap punggung aufa lembut.
"Ibu. Maaf karena aku baru datang mengunjungimu" ucap davin membuat aufa menoleh padanya."Aku akan berusaha membahagiakan putri tersayangmu ini" lanjut davin memandang aufa dengan senyum tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...