Happy Reading
---
Beberapa bulan berlalu dan sekarang kandungan aufa sudah menginjak 7 bulan lebih. Dibeberapa bulan itupula banyak yang aufa lihat dari davin namun aufa masih memendamnya dan selalu mengenyahkan pikiran negatifnya. Itu semua demi kesehatan bayi yang ada dalam kandungannya. Selagi aufa masih percaya maka aufa akan terus diam sampai davin sendiri yang mengatakannya atau aufa sendiri yang akan mengambil langkah.
Aufa tidak tahu jika maura sudah menjadi sekertaris davin, dirinya tahupun karena byan yang memberitahu. Sekali lagi aufa pura-pura tak tahu dan hanya bertanya, "apa kau sudah dapat sekertaris yang baru?" Dan jawaban davin pasti 'iya' saja, aufa rasa itu hanya masalah biasa tak perlu dipermasalahkan lebih panjang lagi.
Kedua kalinya atau yang lebih tepatnya yang ketiga, aufa yang akan pergi kerestoran milik byan hanya dapat diam mematung diluar restoran karena apa yang dilihatnya. Davin sedang makan siang bersama maura, pantas saja davin tidak pernah pulang untuk makan siang bersama aufa walau hanya untuk sekedar menemani. Sekali lagi aufa mengabaikannya dan memilih pergi.
Aufa sekarang tengah duduk disofa ruang tamu menunggu kedatangan davin, yang akan menemaninya untuk cek kesehatan kandungannya juga ingin mengetahui jenis kelamin anak mereka.
"Kenapa lama sekali?" Gumam aufa sambil meraih ponselnya hendak menelpon davin.
"Halo, dimana?" Tanya aufa langsung yang sudah kepalang kesal.
"Aku didepan rumah". Jawab davin dengan kekehannya.
Aufa menoleh ke pintu tanpa beranjak dari duduknya.
"Masuk" suruh aufa telak dan mematikan ponselnya.Davin masuk kedalam rumah menampakan senyum bersalahnya ketika melihat wajah kesal aufa.
"Maaf ya". Ujar davin bersalah.
Tak ada sahutan dari aufa. Hanya memutar bola matanya.
"Berangkat sekarang?" Tanya davin lagi mengurai kekesalan aufa."Makan siang dulu". Aufa berdiri dari duduknya meninggalkan davin.
Davin menghela nafasnya pelan lalu mengikuti aufa pergi ketempat makan.
"Ayo makan". Suruh aufa karena davin masih berdiri.
"Siapa yang belum makan?". Tanya davin.
"Kamu?".
"Aku sudah makan tadi, kau belum makan?". Aufa hanya menundukan pandangannya menatap nasi dipiringnya.
Kecewa. Tentu saja, aufa sudah menunggu davin karena ingin makan siang bersama namun ternyata davin sudah kenyang dan makan siang bersama yang lain.
"Biar aku yang menyuapimu". Davin duduk disamping kursi aufa mengambil piring aufa lalu menyodorkan sendok kedepan bibir aufa.
"Aaaa..". Aufa menoleh dan tersenyum. Aufa membuka mulutnya menerima suapan dari davin. Terus begitu hingga makanannya habis.
"Apa anak kita sudah kenyang?". Aufa terkekeh.
"Iya sudah". Jawab aufa.
"Aku ingin menciumnya dulu". Davin menundukan kepalanya keperut buncit aufa mengelusnya sebelum menciumnya.
"Papa sangat menantikanmu, nak". Kata davin dan sekali lagi menciumnya lalu tendangan pelan dapat dirasakan aufa.
"Dia menendang".
"Aku tahu". Aufa juga davin saling tersenyum dan mengelus perut aufa.
***
Aufa sudah menjalani USG dan dokter tadi bilang laki-laki. kembali aufa duduk dihadapan dokter setelah membersihkan sisa gel yang ada diperutnya dan merapikan pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...