9-- Ditentukan

3.9K 160 1
                                    

Davin terbengong dengan penampilan aufa dihadapannya yang menggunakan gaun pengantin sedikit terbuka, memang bagus tapi sungguh davin tidak suka entah kenapa serasa bukan aufa.
"Baju apa yang kau pakai!", seru davin tajam dengan kerutan didahinya melihat aufa dari atas kebawah dan sebaliknya.

Yang diserukan terkejut dengan kedatangan davin yang tiba-tiba dan langsung bicara.

"Itu baju pengantin masa kau tidak tahu?", kali ini dahlia yang menjawab.

"Davin nggak suka ma.

"Lepas!", sahut davin dengan nada memerintahnya, menatap tajam aufa.

"Tapi ini bagus kok", ujar aufa melihat penampilannya didepan cermin full body.

"Aku bilang tidak suka jadi lepas atau aku yang akan melepaskannya!", seru davin penuh penekanan.

"Vin kamu itu kebiasaan deh", keluh dahlia.

"Ma", sahut davin memperingati.

"Sudah fa sana lepas dulu. Dari pada enak di davin, kalo dia yang lepas", ujar anin jenaka.

Aufa hanya menganggukan kepala dengan bibir mengerucut selalu saja pria itu yang menang dalam banyak hal. Aufa pun pergi untuk melepaskan gaun yang dipilih tante anin.

Davin menatap mama dan tantenya yang menampakan wajah tak berdosanya.
"Biar davin saja yang pilih", ujar davin tegas.

Davin melihat setiap gaun yang dirinya lewati lalu pandangannya tertuju pada gaun tertutup akan terlihat bagus mungkin jika aufa yang pakai pikir davin. Davin menunjuk gaun itu yang dibalas dengan anggukan oleh mama dan tante nya sebagai persetujuan.

"Kamu yakin mau pilih yang itu padahal gaun tadi udah bagus lho vin", keluh mama nya.

"Mba kayak gak tahu davin aja kalo udah mau nya gitu ya gitu", sahut anin sembari mengedipkan sebelah matanya pada davin.

Davin hanya mampu menghela nafas berat melihat tingkah mama dan tantenya. Mau bagaimana lagi kalo punya keluarga luar biasa seperti keluarganya ini.

Aufa keluar dengan pakaian yang dipakainya tadi. Lalu mendelik pada davin. Harusnya pria itu tahu jika dirinya kesal.

"Cobalah pakai yang ini", ujar davin menunjuk gaun yang tadi dipilihnya.

Tuhkan benar gaun yang sempat dirinya pilih namun tak jadi bakal dipilih davin. Jika saja tadi tak tergoda pada gaun cantik itu.

"Kau mau diam saja? Cepat coba sana", sahut davin tegas.

Aufa tersentak kaget dari lamunannya. Aufa hanya mampu menghela nafas berat, nanti dirinya akan terus menerima sikap seperti itu setiap hari dan seumur hidupnya.

"Dasar pemaksa", gumam aufa pelan setelah mengambil gaun dengan kasar.

Davin hanya mampu menggelengkan kepalanya menatap punggung aufa yang berlalu masuk kedalam ruang ganti.

"Vin, kamu mau pilih juga?", tanya anin.

"Tidak. Nanti saja", sahut davin datar.

"Aufa aja dipaksa-paksa sedangkan kamu sendiri bisa seenaknya", sindir dahlia.

"Bukan begitu ma", sahut davin.

"Terus gimana?", tanya dahlia.

"Davin gampang tinggal pilih yang menurut davin cocok. Beda sama aufa", terang davin.

"Beda apanya?", seru dahlia.

"Bedanya dia perempuan sedangkan davin pria, ma", sahut davin santai.

LAUGH for My Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang