33-- Saran

6.1K 207 1
                                    

Happy Reading

---

Aufa mendekorasi kamar untuk bayi laki-lakinya bersama byan juga nufa. Nuansa yang akan aufa berikan adalah biru tua. Aufa kurang suka jika hanya monokrom saja hanya karena anaknya nanti laki-laki.

Kamar ini khusus dibuat disekitaran untuk umur 1-6 tahunan, aufa pikir sayang jika harus terus bongkar pasang yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar ini khusus dibuat disekitaran untuk umur 1-6 tahunan, aufa pikir sayang jika harus terus bongkar pasang yang baru.

Aufa sedang merapikan pakaian bayi kedalam lemari sedang bersama nufa.
"Wahh! Kamarnya sangat maskulin meskipun untuk bayi yang baru lahir" komentar nufa.

"Meskipun untuk bayi tapi dekorasinya harus tetap niat". Jawab aufa asal.

"Kau benar juga! Nanti jika anakku perempuan akan aku buat dekorasi kamar yang lebih bagus dari kamarmu atau yang lain, lihat saja nanti!".

"Makanya kerja keras terus supaya cepet jadi baby nya jangan capek dikit udahan". Komentar byan yang langsung dihadiahi pukulan pada lengannya dari nufa.

Aufa terkekeh pelan.
"Kalian makin rame aja udah nikah". Ujar aufa.

"Bukan rame lagi berisik". Jawab byan dengan tawanya.

Tanpa mereka sadari davin datang dan bersidekap menyandarkan badannya dipintu. Byan menatap davin sengit, melihatnya saat ini membuat kekesalannya yang mulai hilang kembali muncul.

Aufa yang melihat byan terpencing, memegang tangan byan lalu menggeleng pelan.

"Kapan kamu belanjanya?" Tanya davin lalu ikut duduk disamping aufa dan berhadapan dengan nufa juga byan.

"Tadi".

"Kan aku udah bilang nanti bareng aku". Omel davin membuat byan berdecih pelan dengan senyum sinisnya.

"Sengaja biar jadi surprise, aku belanjanya juga ditemani byan nufa".

"Syukurlah aku pikir sendirian".

"Eh vin, harusnya kau lebih mengutamakan keluargamu sendiri bukannya yang lain!". Ucapan byan yang seolah menyindir.

Davin hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Sudahlah mana mengerti kau tentang itu!" Byan berdiri.

"Ayo nufa pulang, pamit ya fa. Kalo ada apa-apa telpon aja". Pamit byan sambil mengandeng tangan nufa.

Aufa mengangguk paham.
"Byan kenapa? Sedang Kesal sepertinya?" Tanya davin bingung menggeser duduknya agar lebih dekat dengan aufa.

"Dia ingin segera punya anak". Jawab aufa asal membuat davin terkekeh.

"Kamarnya sangat bagus". Davin membaringkan kepalanya dipangkuan aufa.

"Davin soal nama bolehkah aku tahu sekarang". Tanya aufa pelan.

"Emm boleh".

"Untuk anak pertama kita". Davin mengelus perut buncit aufa yang akan menginjak 9 bulan.

LAUGH for My Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang