Davin keluar dari mobilnya. Dia melihat seorang gadis yang keluar dari sebuah perusahaan dengan pria dan juga bayi berusia 1 tahun lebih digendongannya. Davin hanya mampu mengamati mereka dari jauh dengan tatapan tak rela.
"Kau terlihat bahagia", gumam davin terluka.'Kau tak mau melihat luka ku. Kau mampu bahagia diatas semua luka yang kau berikan. Kau pergi bahkan tak mau menatap kebelakang ketika berlutut pun' batin davin kecewa.
Sedangkan dijauh sana pasangan keluarga kecil itu tengah masuk kedalam cafe kecuali wanita yang sedari tadi dipandang davin. Wanita itu melirik sekilas lalu menatap lekat memastikan benar jika pria yang sedari tadi mamandangnya adalah memang orang yang dikenalnya.
"Davin", gumam wanita itu menghanpiri davin yang diam ditempatnya dengan menatap lekat pada wanita itu.
"Davin", lirih wanita itu ketika sampai dihadapan davin yang masih diam tetap menatapnya.
"Kau masih ingat aku?", tanya davin meremehkan.
"Mm. Davin Maaf", sendu wanita itu.
"Jangan meminta maaf, maura", jawab davin dingin.
"Tapi aku..", jawaban maura terpotong davin.
"Tidak. Kau tidak bersalah", elak davin.
"Lalu kenapa kau melakukan syarat itu?", tanya maura.
"Karena aku mencintaimu", jawab davin kecewa.
"Davin. Apa kau belum merelakanku?", bingung maura.
"Itu bukan urusanmu", jawab davin acuh.
"Urusanku jika itu menyangkut aku didalamnya", jelas maura.
Davin diam tak ingin membahas lebih lanjut lagi lalu melengkah pergi mengelak bermaksud membuka pintu mobilnya namun tertahan oleh tangan maura yang menahannya.
"Aku rasa kita perlu bicara davin", tegas maura."Apalagi yang perlu dibicarakan", ujar davin tersenyum miring lalu menghempaskan tangan maura.
"Kesalah pahaman ini", jawab maura yakin.
"Kau pikir semua ini salah paham?", tersenyum kecewa.
"Kau tidak takut jika suami tercinta mu itu marah karena kau menemuiku?", cemooh davin.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Dan jangan khawatir dia tidak seperti dirimu", sahut maura tak rela pria yang sudah menjadi suaminya diolok.
"Oh begitu. Baiklah temui aku di restorant tempat biasa kita bertemu. Itupun jika kau masih ingat", ujar davin dingin.
Davin masuk kedalam mobilnya meninggalkan maura ditempat mereka bicara. Davin sudah menyimpulkan jika maura mencintai vano. Dirinya dengan begitu mudah dilupakan maura sedangkan davin mungkin belum rela melepaskan maura meski kejadian itu sudah lama terjadi. Tetap saja perasaannya tak dapat dibohongi begitu saja.
Sedangkan ditempat lain maura tengah menatap mobil davin yang telah menjauh darinya. Dan lamunannya buyar ketika merasakan tangan yang menepuk pundaknya pelan.
"Ah! Kau mengagetkanku", pekik maura setelah berbalik menatap seseorang yang menepuknya."Kenapa melamun? Aku menunggumu didalam begitu lama", sahut vano mengelus pipi maura lembut.
"Aku bertemu davin. Aku akan menemuinya, tak apa kan?", tanya maura meminta izin.
"Tak apa. Itu jauh lebih baik. Davin harus diberi penjelasan agar dia mau mengerti dan bangkit", jawab vano lembut.
"Terima kasih, aku semakin mencintaimu", sahut maura memeluk vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...