Happy reading.
---
"Tidak bisakah kita cepat pulang? Cepat panggil dokternya suruh dia agar aku cepat pulang!" Rengek aufa untuk kesekian kalinya.
Davin baru saja keluar dari kamar mandi bahkan dari tadi sebelum dirinya masuk istrinya itu sudah terus mengoceh minta pulang. Davin menggosok handuk kecil dikepalanya.
"Aku heran kenapa kau jadi cerewet begini". Komentar davin membuat aufa cemberut.
Davin menaruh handuk kecilnya lalu menghampiri aufa yang duduk diranjang rawatnya masih dengan wajah cemberut. Davin menaruh kedua tangannya dikedua sisi wajah aufa, menekannya agak keras membuat aufa melotot dan menggeplak tangan kiri davin diwajahnya.
"Sakit!" Dengan bibir agak monyongnya aufa bicara.
"Tanpa kau suruhpun hari ini kita sudah diperbolehkan pulang, bersabarlah sedikit. Biarkan aku merapikan diri dulu". Davin mendekatkan wajahnya dan mengecup sekilas bibir mengerucut aufa. Lalu melepaskan kedua tangannya.
"Aku sudah bersabar dari lusa kemarin". Aufa mengelus kedua pipinya yang terasa kebas.
Davin menyisir rambutnya keatas dan meminggirkannya kesamping hingga tertata rapi seperti biasa. Tanpa mendengarkan celotehan aufa.
"Kau tidak ingin mandi? Kau ingin kita cepat pulang kan". Tanya dan beritahu davin.
Aufa menggeleng.
"Tidak. Aku malas mandi".Davin bergidik ngeri pasalnya sejak aufa dirawat dirumah sakit, aufa hanya mengelap sekitaran tubuhnya saja. Hanya untuk terlihat basah.
Davin menggeleng menolak perkataan aufa.
"Pokoknya kau harus mandi!". Perintah davin."Aku tidak mau!" Tolak aufa dengan kedua tangan yang disilangkan di dadanya.
"Badanmu pasti bau dan lengket karena sudah tidak mandi berhari-hari".
Aufa membaui badannya.
"Aku wangi". Jawabnya so polos.Davin menghela nafasnya.
"Ayo kau harus mandi". Davin kembali mendekati aufa."Aku kan sudah bilang tidak mau!".
"Tapi kenapa bisa hanya karena malas kau tidak mandi, malas itu tidak baik jika kau menurutinya makanya kau harus lawan rasa malasmu. Ayo aku akan menggendongmu kekamar mandi". Davin sudah mengulurkan tangannya dipunggung juga disekitar bawah lutut aufa.
Aufa mencengkram kerah baju davin.
"Aku mual mencium bau kamar mandi". Gumam aufa pelan yang dapat didengar davin. Aufa menunduk malu."Apa?!" Davin melotot gusar menatap aufa dan melepaskan tangannya yang akan menggendong aufa.
Aufa mengangguk membenarkan ucapan yang sebelumnya diucapkannya. Lalu kembali menatap davin.
"Aku hanya perlu ganti pakaianku saja dan selesai". Jawab aufa ragu karena melihat bagaimana ekspresi suaminya saat ini.
"Alasan macam apa itu!". Aufa menatap davin memelas.
"Dengar, aku tadi sudah dari kamar mandi dan pasti disana masih wangi karena bekas aku mandi". Bujuk davin yang berkacak pinggang.
"Tapi aku tidak bohong davin".
Davin menghela nafasnya. Dan menggeleng tegas.
"Pokoknya mandi, ayo!". Davin mengangkat aufa mengendongnya."Davin!" Pekik Aufa dan meronta pelan.
"Aku akan mual davin!". Beritahu aufa dengan wajah melasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
Ficção GeralPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...