Happy Reading.!
Maura keluar dari ruangan davin bersama davin dibelakangnya. Maura menoleh pada aufa yang masih berkutat dengan komputernya.
"Fa kenapa belum istirahat?" Tanya maura berhenti didepan meja aufa.
Davin diam tak banyak bicara memperhatikan. Davin merasa aneh pada mereka saling kenal dan tak mengetahui soal hubungan aufa dengannya.
"Sebentar lagi selesai. Tanggung jika aku tinggal" ujar aufa menatap maura juga davin.
"Padahal aku ingin mengajakmu makan siang bersama. Iyakan davin?" Jawab dan tanya maura yang menolehkan kepalanya pada davin.
"Kau mengenal sekertarisku?" Heran davin.
"Iya kami pernah bertemu dengannya ketika belanja itupun bersamamu"
"Benarkah?"
Aufa hanya tersenyum dengan menganggukan kepalanya.
"Jadi kau maukan makan siang bersama kami? Tinggalkan saja boss mu tidak akan marah. Tenang saja ada aku disini" canda maura.
"Davin jangan melototnya!"
"Aku tidak melotot!"
"Kalau begitu ajak dia supaya mau makan siang bersama kita!"
Davin menghela nafas atas rengekan maura temannya padanya.
"Ikutlah" ujar davin datar.
Aufa tersenyum ternyata begini rasanya. Davin berubah lagi jika ada maura. Jadi apa yang salah karena aufa ternyata melupakan perkataan davin padanya jika dirinya hanya status.
"Ayo jangan duduk terus!" Seru maura semangat. Menarik lengan aufa agar mengikutinya.
Ketika masuk kedalam lift davin bersama maura berdiri didepannya sedangkan aufa dibelakang mereka hanya mampu menatap punggung keduanya yang mengobrol akrab. Tersenyum hanya itu yang aufa bisa lakukan. Apa haknya ketika mengingat kenyataan. Tidak ada.
"Kemana rio?"
"Dia sedang bersama nenek dan kakeknya"
"Padahal aku merindukannya"
Aufa menatap sendu punggung davin. Merindukan? Davin merindukan anak maura. Aufa tak menyangka.
"Ya sudah lama kau tidak melihatnya. Memang harus merindukannya." Ujar maura tertawa pelan. Lalu menoleh pada aufa.
"Aufa lain kali kau harus bermain dengan rio. Kau pasti akan tertawa melihatnya, davin saja jadi sering tertawa bersama rio" jelas maura membuat aufa terkejut.
"Apa yang kau katakan" elak davin.
"Lihat! Dia malu" ujar maura tertawa ceria.
Aufa tersenyum saja, davin hanya bisa terbuka dan mengekspresikan dirinya mungkin hanya pada maura.
***
"Kau mau pesan apa?" Tanya davin pada maura.
"Aku seperti biasa saja, kau aufa?" Jawab maura.
"Aku samakan saja"
"Baiklah." Davin menyebutkan pesanan mereka lalu pelayan pun pergi.
"Apa davin sering menggodamu?" Tanya maura serius namun ada gurauan didalamnya.
Aufa mengernyitkan dahinya. Tanda tak mengerti.
"Jangan luluh padanya. Dia itu sudah beristri""Dia sudah mengetahuinya" ujar davin dingin.
"Mungkin saja kau menggodanya. Aufa itu cantik bahkan sangat cantik. Aku yakin kau tidak buta"
Davin hanya memutar bola matanya. Obrolan mereka terhenti karena pesanannya sudah datang dan makan dalan diam. Aufa yang merasa canggung dengan keadaan ini ingin memulai pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...