Aufa bangun dari tidurnya. Hari ini dirinya akan kembali bekerja, sama dengan davin. Aufa sengaja bangun lebih pagi karena harus menyiapkan perlengkapan kerja juga sarapan.
Setelah mandi aufa bergegas memakai baju kerja nya juga menyiapkan sarapan roti yang telah diolesi selai juga jus melon kental untuknya.
Aufa masuk kedalam kamar untuk melihat apa davin sudah bangun. Ketika masuk ternyata davin baru keluar kamar mandi.
"Pakaian mu sudah aku siapkan", ujar aufa lalu kemeja riasnya.
"Hm", jawab davin dingin.
"Bereskan bantal juga selimbutmu kelemari jika pagi" suruh davin lalu keluar dari kamar.
Aufa berbalik dan melihat baju yang disiapkannya tak dipakai davin. Aufa tersenyum miris. Mengambil baju nya untuk mengembalikannya kembali kedalam lemari.
"Pilihanku mungkin tak dia sukai", gumam aufa berpikir positive.Aufa duduk berhadapan dengan davin.
"Kita berangkat terpisahkan?", tanya aufa ragu setelah menghabiskan sarapannya."Kita berangkat bersama", jawab davin santai.
"Tapi aku punya mobil sendiri davin", tolak aufa.
"Kau akan pergi bersamaku karena orang tahu kita ini sudah menikah. Dan kau tidak akan pergi sendiri", kukuh davin setelah meneguk susu nya.
"Tapi.."
"Diam! Turuti aku. Ayo berangkat", tegas davin.
Aufa menatap davin yang pergi. Aufa tak dapat berbuat banyak jika pria itu sudah memaksa. Dirinya hanya mampu menuruti saja dan menghela nafas berat.
"Nanti tunggu aku. Kita pulang bersama", ujar davin ketika masuk mobil dengan aufa.
"Iya", jawab aufa.
***
Ketika mobil davin sampai dibasemant aufa keluar tanpa perlu davin membukakan pintu untuknya.
"Aku duluan", ujar aufa yang diangguki oleh davin."Afa!" Seru seorang gadis yang baru datang.
"Zahira", jawab aufa berdiri ditempatnya menunggu kedatangan zahira teman kantor aufa.
"Cieee pengantin baru, eh mana pak boss bu boss?", gurau zahira.
"Apaan sih kamu. Dia masih dibelakang", jawab aufa dengan senyumnya.
"Kok dibelakang? Didepan aja fa lebih enak", racau zahira cengengesan.
"Apaan sih nggak ngerti tahu", ujar aufa bingung.
"Heh gini nih kalo ngomong sama yang polos", sahut zahira.
"Ya emang aku masih polos", ujar aufa cekikikan.
"Polos? Dipolosin sama pak akbar mah iya", canda zahira membuat aufa cemberut.
Dikantor davin memang selalu dipanggil dengan nama tengahnya akbar karena menurut davin hanya orang terdekatnya saja yang boleh memanggilnya davin. Alasannya memang membingungkan.
Aufa maupun zahira tengah menunggu pintu lift terbuka dan davin juga datang berdiri disamping aufa.
"Pagi pak", sapa zahira yang dibalas anggukan."Fa?", bisik zahira.
"Hm?", jawab aufa pelan lalu menoleh pada zahira.
"Dia dingin gitu gimana begituannya?", tanya zahira.
Aufa yang mendengarnya pun merona karena zahira bertanya pasal itu ya itu. Aufa menggelengkan kepalanya.
"Ya gitulah", jawab aufa acuh."Gitu gimana?", tanya zahira.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...