Happy Reading.!
---
Aufa kecil berumur 6 tahun tengah memperhatikan ibunya memasak gorengan. Ibunya menjual berbagai gorengan diwarung kecil pinggir jalan dan aufa selalu membantu ibunya berjualan selepas pulang sekolahnya.
"Ibu ada yang beli" sahut aufa karena ada pembeli kewarung mereka.
Ibunya melayani pembeli dan aufa memperhatikan dan mengambil atau membungkus gorengan yang diperintahkan ibunya.
Ibunya duduk dengan wajah pucat dan kelelahan.
"Apa ibu lelah?" Tanya aufa kecil sendu.
Ibunya hanya menjawab dengan senyumannya.
"Nanti kalo aufa sudah besar aufa tidak akan membiarkan ibu susah dan lelah lagi" sahut aufa sambil memijit tangan ibunya.
"Ibu harap bisa melihatmu besar dan bahagia" jawab ibunya-linda dengan mengelus rambut sebahu aufa kecil.
Aufa mengangguk senang.
"Ibu pasti akan melihat aufa besar karena ibu tidak boleh meninggalkanku seperti ayah" ujar aufa dengan mimik wajah lucu nya.Ibunya kembali tersenyum.
"Aufa benar. Ibu memang akan melihat aufa besar""Jangan menangis lagi ya bu" pinta aufa kecil yang melihat airmata diwajah ibunya.
Aufa mengusap airmata ibunya dengan tangan kecil aufa. Ibunya memeluk aufa erat. Isakan terdengar oleh aufa.
"Kenapa ibu menangis lagi? Apa aufa menyakiti ibu?"
"Ibu takut tidak bisa membuat aufa bahagia. Ibu takut jika harus meninggalkan aufa"
Aufa kecil mengernyit tak mengerti namun tak bertanya. Pelukan ibunya yang erat dilepaskan karena ada pembeli lagi. Ibunya kembali melayani pembeli setelah membersihkan wajahnya.
Aufa berdiri disisi ibunya, entah kenapa aufa merasa ada yang sedang memperhatikannya. Akhirnya untuk memastikan aufa melihat kanan kirinya dan terlihatlah disisi kanan ada seorang pria seusia ayahnya berdiri dengan jas kerja. Pria itu terus menatap aufa.
Aufa terus memperhatikan pria itu, setelah menegenalinya aufa berlari menuju pria itu mengabaikan seruan ibu yang memanggilnya.
"Aufa!" Seru linda.
"Ayah!" Seru aufa terus berlari dan berteriak menyebut ayahnya yang jaraknya masih jauh.
Pria yang disebut aufa dengan ayah memang ayahnya Alfin. Ayah tetap ditempatnya berdiri dan menatap aufa yang berlari dengan kaki kecilnya. Namun bukan aufa yang ditunggu ayahnya melainkan wanita yang baru keluar dari toko kue dan menarik ayah aufa masuk kedalam mobil. Ayah aufa belum masuk dirinya masih menatap aufa yang berlari dan sedikit lagi akan sampai.
"Ayah jangan pergi!" Teriak aufa masih berlari.
Namun harapannya lenyap ayahnya masuk kedalam mobil meninggalkannya. Lagi.
Mobil mulai akan berjalan ketika aufa sudah sampai dipinggil kanan mobil ayahnya.
"Ayah jangan tinggalkan aku!"
"Ayah kenapa meninggalkan aku dan ibu!"
"Ayah apa salah aku!"
Aufa terus berteriak meski mobil itu sudah berlalu dihadapannya dan mulai menjauh. Aufa tersandung dan jatuh terduduk. Aufa menangis terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...