Aufa membersihkan bibir riana yang belopatan eskrim dengan telaten dan riana membalasnya dengan cengiran nya.
"Ri suka banget eskrim ya?", tanya aufa melihat bagaimana riana yang dengan semangat memakan eskrimnya."Iya aunty. Eskrim itu favoritnya ri tapi bunda suka larang terus", ujar riana agak memuncratkan eskrim dalam mulutnya.
Aufa hanya menganggukan kepalanya saja dengan senyumannya.
"Pelan-pelan makan nya", sahut davin dingin."Aunty suka eskrim nggak?", tanya riana.
"Suka. Kenapa ri mau suapin aunty?", jawab aufa dengan senyum menggoda pada riana.
"Aaaaa...", riana menyodorkan sesendok besar eakrim didepan mulut aufa.
Aufa memakan eskrim yang disuapi riana dengan senang hati lalu dirinya menatap davin yang diam saja tak menyentuh minumannya.
"Kau mau eskrim?", tawar aufa sambil menunjukan eskrim miliknya.
"Tidak", ujar davin singkat yang hanya melirik sekilas.
Aufa hanya mampu mendengus kesal, menyesal dirinya menawari davin.
Riana yang melihat tanggapan omnya pun langsung memberi penjelasan pada aufa.
"Om itu gak suka eskrim lho aunty soalnya kata bunda om itu udah dingin kalo di tambahin makan eskrim bakal tambah dingin", ujar riana polos.
Aufa tak sanggup menahan tawanya atas ucapan polos riana. Davin menatap tajam pada aufa yang tertawa terbahak-bahak.
"Jangan melotot seperti itu nanti matamu bisa copot", sahut aufa memberhentikan tawanya."Kau puas?", tanya davin dingin.
"Iya puas banget", jawab aufa senang.
Davin mendengus kesal menatap mereka menertawakan dirinya.
"Kapan aku bisa kerumah om dan tantemu?", tanya davin datar mengalihkan perhatian."Terserah kau saja", ujar aufa acuh.
"Baiklah lusa aku kesana", sahut davin tak kalah acuh.
"Ya ampun kenapa kau suka sekali buru-buru sih", seru aufa kesal.
"Kau bilangkan terserah jadi lebih cepat lebih baik", sahut davin santai.
"Iya untukmu tidak untukku", ujar aufa memalingkan wajahnya.
"Jadi kapan?", tanya davin mengalah.
Aufa membalikan wajahnya tersenyum senang akhirnya pria itu mengalah juga.
"Dua minggu lagi", sahut aufa."Apa? Tidak itu terlalu lama. Empat hari lagi", ujar davin tegas.
"Itu masih terlalu cepat empat belas hari", ucap aufa.
"Itu sama saja dengan dua minggu. Lima hari lagi", sahut davin.
"Satu minggu. Kau ambil atau kita sudahi sekarang!", tegas aufa final.
"Baiklah", sahut davin setelah menghela nafas beratnya. Daripada tidak jadi lebih baik menunggu satu minggu lagi pula waktu satu minggu tidak terlalu lama.
Setelah perdebatan alot mereka, ponsel davin bergetar.
Drttt.. Drtttt..
Davin mengambil ponsel disaku celananya dan melihat siapa yang menelponnya yang ternyata mamanya.
"Halo""Halo. Davin kamu masih disana ya? Nanti pulangnya kebutik tante anin ya",
"Iya. Davin nganter dulu ri sama aufa pulang duli nanti kesana"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...