Happy Reading.
Aufa menggeliat dalam tidurnya sambil mengeratkan selimut untuk menghangatkan tubuh polosnya bukan hanya selimut yang dirasakan aufa namun juga pelukan seorang yang erat memeluknya. Aufa mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya. Aufa melihat jam yang berada dimeja nakas. Masih pagi biasanya jam segini aufa baru selesai mandi tapi sekarang masih bergelung selimut karena hari weekend membuat aufa maupun davin masih malas keluar dari selimut sekarang.
Aufa berbalik menghadap davin yang masih terlelap dan juga sama polosnya seperti dirinya. Seulas senyum tercetak dibibir aufa melihat bagaimana lucunya davin ketika menutup matanya.
"Kau sangat lucu ketika tidur" gumam aufa pelan dengan kikikan kecil keluar dari mulutnya.
"Apa kau tahu kenapa aku masih mencintaimu sampai saat ini?" Ucap aufa pelan bicara sendiri karena tahu davin tak akan menjawab.
"Karena kau adalah davin akbar maqil. Kau membuat orang tahu jika kau orang yang begitu baik bahkan sangat baik." Lanjut aufa.
Aufa menatap lekat davin sebelum melanjutkan lagi ucapannya.
"Kau membuatku merasakan lagi kasih sayang ibu dan ayah. Terima kasih banyak" ujar aufa tersenyum manis."Sebenarnya aku tidak ingin memujimu tapi kau memang sangat tampan juga.."
"Berkarisma, dan berwibawa" potong davin masih dengan menutup matanya.
Aufa membulatkan matanya, pikiran aneh mulai berkecamuk diotaknya.
"Apa kau sudah bangun dari tadi?" Tanya aufa gugup.
Davin membuka matanya, tersenyum tipis.
"Mungkin, aku baru dengar saat kau bilang memujiku" jawab davin datar namun masih tetap memeluk aufa."A.. aku mau mandi dulu" ujar aufa terbata ingin menghindar karena malu.
"Kenapa terburu-buru? Ini masih terlalu pagi lagipula ini weekend"
Aufa merasa tidak sedang bicara dengan davin. Pria dihadapannya ini bisa bicara begitu padanya.
"Apa kau sakit?" Tanya aufa bingung. Satu tangan menempel didahi davin.
"Tidak panas" gumam aufa setelah melepas tangannya.
"Aku baik-baik saja, ayo tidur lagi" davin mengeratkan pelukannya hingga wajah aufa menempel pada leher davin.
"Aku ingin mandi dulu." Aufa berusaha melepaskan pelukan davin padanya.
"Kenapa? Kau memangnya mau kemana? Mandi jam segini" ujar davin setelah melonggarkan pelukannya dan menatap aufa.
"Aku ingin kemakam ibuku"
"Benar kau hanya ingin pergi kesana?" Tanya davin tak yakin.
Aufa hanya menganggukan kepalanya.
"Kau bisa mengikutiku jika tidak percaya"
"Baiklah sana mandilah" jawab davin setelah berpikir dan melepaskan pelukannya.
Davin turun dari ranjang lalu memakai celana nya yang berada dibawah lantai. Davin membuka gorden yang menutupi semua kaca diapartemennya. Davin keluar menuju balkon luar kamar untuk merenggangkan badannya yang tak memakai baju. Menarik nafas juga mengeluarkannya secara teratur.
Davin menggenggam erat pegangan dipagar balkon luarnya. Mengingat pertemuannya bersama maura, davin menghela nafasnya berat. Davin menatap lurus kedepan merasakan cahaya matahari pagi pada tubuhnya.
**
Davin tertawa bersama maura ketika mendengar celotehan rio yang tidak jelas.
"Aku akan beli minum dulu" ujar davin sebelum pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...