Davin menatap nanar sekeliling kamarnya yang tak berubah masih sama seperti terakhir kali dirinya pergi dari rumah keluarganya. Memilih menyendiri untuk menenangkan dirinya dari kekecewaan, mungkin davin sudah merelakan maura tapi tak mudah untuk melupakan semuanya begitu saja terutama rasa cintanya yang mungkin masih ada.
Davin menghela nafas berat menatap fotonya bersama maura masih ada dimejanya. Tak ada yang mengubah atau membuangnya bahkan davin pun akan tetap membiarkannya saja.
Davin mengambil salah satu foto seseorang, menatapnya penuh kekecewaan.
"Kau mengecewakan", ujar davin entah pada dirinya atau pada seseorang yang ada didalam foto itu. Davin meletakan kembali foto yang ternyata foto maura yang tengah tersenyum lebar menatap kedepan. Tak sengaja matanya menatap salah satu foto retak, davin melangkah menuju foto itu. Mengambilnya dengan tersenyum miring,"Kau tengah bahagia sekarang tapi tidak nanti, lihatlah yang bisa aku lakukan!", sahut davin dengan penuh tekanan didalamnya tersirat kemarahan dan kekecewaan. Davin menutup foto dirinya dengan vano kebawah mejanya hingga foto itu menelungkup.
Davin tak akan menyiksa aufa dengan fisik tapi dirinya akan menyiksa batin gadis itu untuk merasakan hal yang dirinya rasakan. Pura-pura seperti mencintai peduli lalu menghempaskannya begitu saja, biarkan gadis itu tahu rasanya tak dicintai, diabaikan, diacuhkan, dikecewakan, dan dilukai dalam sekali hempasan itu sudah cukup. Luka hati jauh lebih menyakitkan daripada luka berdarah benarkan?
Davin mulai merebahkan dirinya diranjang king size nya hingga tak terasa matanya menutup lelah pada pikirannya sendiri.
******
Lusa yang ditunggu telah tiba, aufa berharap boss nya itu tidak datang seperti hari kemarin. Ya kemarin davin tidak datang kekantor dengan alasan ada acara keluarga, davin boss nya dia bisa melakukan apapun selagi tak merugikan perusahaannya. Bukannya sedih tapi aufa merasa sangat senang, melihat pria itu setiap hari membuatnya tertekan itulah yang dirasakan aufa apalagi setelah insiden ciuman waktu itu. Namun doanya sekarang belum terkabulkan pria itu datang hari ini, hari dimana pria itu akan mengenalkan dirinya pada orang tua davin.
"Jangan lupakan malam ini", ujar davin santai fokus pada dokumen yang dibawa aufa tanpa menatap gadis itu.
Aufa tak menjawab pernyataan pria itu, ini masih dalam jam kerja posisi nya berbeda itulah yang dipikirkan aufa saat ini.
"Permisi pak", sahut aufa mengabaikan davin yang menatapnya lekat setelah memberikan dokumen yang telah ditanda tangani davin.
"Kau mengabaikanku!", seru davin tegas. Aufa yang pergi begitu saja sungguh davin tidak menyukainya.
Aufa membalikan badannya menatap boss nya yang juga tengah menatap lekat pada dirinya.
"Maaf tapi ini masih jam kerja", jawab aufa sopan."Kau akan jadi istriku dan mulailah terbiasa!", ujar davin tegas sarat akan perintah.
"Saya harus kembali bekerja. Permisi", aufa menatap tajam davin. Pria itu benar benar keterlaluan, apa hubungannya dengan terbiasa menjadi istrinya bahkan dirinya belum menyetujui apapun.
Aufa menghela nafas lalu melenggang pergi meninggalkan pria itu, lebih baik mendiamkan davin daripada banyak bicara dengannya tak akan menyelesaikan apapun malah mungkin akan memperburuk masalahnya.
******
Aufa sengaja mengambil jam lembur setidaknya dirinya memiliki alasan untuk menolak pria itu.
Ceklek..!!
"Kau tidak mau pulang?", tanya davin menatap aufa yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...