Aufa tak pernah menyangka bahwa pria yang dulu disukainya yang sekaligus menolaknya itu datang untuk mengajaknya menikah.
Entah apa yang dipikirkan pria itu hingga dirinya mau menikahinya tanpa terduga. Pria itu bernama Davin akbar maqil, dia sekarang sudah bekerja menggantikan ayahnya yang sudah pensiun menjadi Ceo diperusahaan ayahnya. Sayangnya entah takdir atau apa sekarang aufa juga bekerja diperusahaan tempat pria itu memimpin itupun karena memang aufa tidak tahu bahwa itu perusahaan milik ayahnya davin.
Sebenarnya sewaktu dirinya kuliahlah aufa mengagumi sosok davin mungkin hingga saat ini, diumurnya yang ke-22 tahun dirinya masih mengagumi pria itu atau mungkin karena pria itu cinta pertamanya? Entahlah aufa juga bingung. Mengingat masa lalu ketika pria itu menolaknya itulah yang kadang memang membuatnya sadar diri.
******
Aufa terus meyakinkan dirinya jika dirinya hari ini akan mengungkapkan perasaannya pada davin apapun resiko yang ia tanggung, dua tahun sudah aufa mengagumi sosok davin lalu sekarang aufa akan menyatakan kekagumannya itu atau mungkin ya aufa lebih tepatnya akan mengatakan perasaan cinta nya itu pada cinta pertamanya. Mau menerima atau tidak menurut aufa, davin tetaplah cinta pertamanya.
Aufa gelisah karena sudah melihat pria itu menuju kearahnya atau tepatnya menuju kelasnya.
"Maaf bisakah kita bicara sebentar? Aku ingin bicarakan sesuatu denganmu hanya berdua". Aufa tak mampu melihat wajah davin karena malu bahkan wajahnya saja sudah memerah.
"Kenapa tidak bicara disini saja? Bukankah lebih baik?". Davin sudah mengenal aufa meski tak terlalu akrab tapi davin tau jika aufa adalah gadis yang baik lagipula aufa itu sahabat temannya bagaimana davin mungkin bilang tidak mengenalnya."Aku pikir disini tidak masalah hanya saja kurang tepat jika aku bicara disini", aufa sumringah ya memang davin itu sangat sopan meski bicaranya sedikit.
"Kalo begitu kau ingin kita bicara dimana? Mungkin aku baru bisa menemuimu setelah kelasnya selesai, itupun jika kau mau", aufa mendongak tersenyum manis pada davin, aufa tak menyangka davin mau menerima ajakanynya.
"Sebenarnya aku ingin kita bicara ditaman belakang, apa kau tidak keberatan?"."Baiklah kita bertemu disana", sahut davin "ya sudah aku masuk dulu, sampai jumpa" davin melangkah pergi meninggalkan aufa yang masih ditempatnya berdiri melihat punggung davin. Aufa sangat senang meski ada perasaan cemas didalamnya, aufa pergi dengan semua sorot mata yang mecomoohnya, davin itu sosok pria yang populer dikalangan mahasiswi disini bahkan para mahasiswanya saja mungkin iri padanya.
Davin itu tampan, tinggi, memiliki tubuh tegap, pintar dan juga dari keluarga kaya. Hanya saja bukan semua hal itu yang membuat aufa mengagumi sosok davin, davin sosok sederhana tak membedakan banyak hal bahkan davin mau mengenalnya meski hanya sekedar mengenal itupun karena aufa itu sahabatnya teman davin.
Aufa menunggu davin dikursi taman belakang dengan perasaan gelisah. Davin datang dengan senyum tipisnya, duduk disisi kosong dekat aufa.
"Bukankah kau ingin membicarakan sesuatu?", aufa gugup bagaimana dirinya akan menyampaikannya dengan tepat ada rasa takut juga bagaimana jika davin malah ilfil padanya? Sudahlah dia harus mengatakannya daripada terlambat."Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu tapi kuharap kau tidak terkejut atau marah", davin menatap aufa bingung dengan kerutan didahinya kenapa gadis ini tidak to the point saja itu mungkin lebih mudah, ya menurut davin begitu.
"Tergantung apa yang kau katakan aku akan marah atau apapun reaksiku", davin acuh sebenarnya davin tau tidak akan jauh beda dengan yang lain pasti aufa akan menyatakan cinta padanya tapi sayangnya davin sudah memiliki kekasih yang sangat davin cintai siapa lagi jika bukan Maura kayla ardhani hanya gadisnya seorang."Sebenarnya aku menyukaimu, aku menyimpan perasaan ini selama dua tahun", aufa tak mampu melihat bagaimana reaksi davin padanya saat mengatakan itu padanya jadinya dirinya hanya menunduk.
Davin menghela nafas benar saja yang ia pikirkan, "terima kasih kau sudah menyukaiku bahkan sudah lama juga tapi apa kau tau jika aku tidak bisa mengatakan tidak jadi aku mengatakan terima kasih", sahut davin melihat kedepan davin tidak ingin menyakiti perasaan orang lain meski kenyataannya davin menolak cinta mereka.
"Apa kau tau? Kau itu gadis baik aku juga menyukaimu ya meski hanya sekedar suka saja. Sayangnya aku sudah memiliki kekasih. Sekali lagi terima kasih", davin mengatakannya dengan tulus benar benar tulus, davin menepuk puncak kepala aufa bahkan gadis itu masih menundukan kepalanya.
Aufa sudah menyangka memang akan seperti ini, tapi mau bagaimana lagi bukankah ia sudah bilang akan mengambil resiko apapun. Aufa mendongak tersenyum menahan airmata nya yang sudah siap untuk tumpah, davin tidak bisa disalahkan untuk apapun sayangnya.
"Aku tidak menyesal sudah mengatakan ini, terima kasih sudah membiarkanku mengatakan ini semua. Kalo begitu aku pergi dulu", aufa membalikan tubuhnya yang langsung airmata nya tumpah begitu saja berjalan menjauh dari davin.Bohong jika dirinya bilang tidak apa apa, tidak kecewa tapi dia tidak menyesal lagi pula pria itu menolaknya dengan lembut tak ada kata kasar didalamnya tak ada cemoohan didalamnya pikir aufa.
*******
Mengingat semua itu membuatnya kadang makin mengagumi sosok itu. Davin yang datang tiba tiba mengajaknya menikah itu sudah berubah menurutnya. Davin sekarang dingin tak ada lagi kelembutan seperti dulu, entah apa yang terjadi padanya hingga membuat pria itu berubah.
Aufa sudah duduk menunggu davin bosnya itu datang karena tadi menyuruhnya pergi untuk makan siang di restorant dekat kantornya.
"Aku harap kau akan mengatakan hal yang ingin aku dengar" davin datang duduk didepan mejanya, langsung bicara dengan dinginnya.
"Kenapa kau menyebalkan sekali, aku datang kesini karena kau yang menyuruh lalu sekarang aku juga harus menjawab semuanya sesuai dengan keinginanmu saja!", ketus aufa yang benar saja davin baru datang lalu bicara seperti itu bagaimana aufa tidak kesal."Lebih baik makan dulu, ini itu jam makan siang jangan buang buang waktu yang sempit ini. Kau ingin aku menjawabkan? jadi jangan biarkan aku menjawab dengan perut lapar nanti bisa bisa aku jawab hal yang tidak ingin kau dengar".
Pesanannya sudah datang karena tadi aufa sudah memesannya bukan hanya untuknya tapi juga untuk pria menyebalkan ini. Aufa melihat malas davin, pria itu hanya diam saja biarkan sajalah lebih baik ia makan.
"Apapun jawabanmu aku akan tetap menikah denganmu", tegas davin seperti perintah. Aufa tersedak mendengar perkataan davin buru buru mengambil minumannya.
Aufa melihat heran pada davin yang dengan santainya setelah mengatakan itu makan biasa saja. Lebih baik diam biarkan saja pria itu mau bilang apa nanti saja aufa jawab pikir aufa daripada menjawab nanti membuatnya tidak nafsu makan.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUGH for My Destiny✅
General FictionPengkhianatan membuat luka Ketulusan juga membuat sakit Lalu cinta? Apa arti cinta? Bersama kita dipermainkan. Tapi... Takdir menyatukan kita dan ternyata bahagia bersama untuk kita yang ingin bertahan dan memperbaiki. Entah aku, kau, atau kita yang...