36-- Berakhir

10.6K 298 3
                                    

Happy reading..

---

Ini Kejadian sebelum aufa pergi..

Aufa duduk dibangkarnya, suster sudah melepaskan infus yang dipakainya dan dokter juga sudah mengatakan jika keadaannya sudah sangat baik. Seperti yang diinginkan aufa sudah diperbolehkan pulang.

"Mama" panggil aufa ketika dahlia datang dengan damian yang sudah siap untuk dibawa pulang.

Dahlia membawa damian pada gendongan aufa dan membelitkan kain dibahu aufa.
"Jangan lupa sering-sering hubungi mama, uh pasti mama kangen banget sama damian". Ujar dahlia lalu mengecup pipi damian.

"Maaf ya ma".

"Tidak nak. Udah jangan melow terus ya, ayo byan udah nunggu".

Aufa keluar dengan dahlia dan diluar aufa ada arkan, danisya, byan juga nufa yang tengah hamil muda. Aufa tersenyum menatap keluarganya. Aufa menghampiri arkan lalu mengecup tangannya, beralih pada danisya yang akan memeluknya dan mengecup pipi damian.

"Riana pasti bakal nanyain damian" ujar danisya. Aufa hanya tersenyum untuk permintaan maafnya.

Aufa menatap nufa yang sudah menitikan airmatanya. Lalu memeluk aufa.

"Harusnya kamu disini saja jangan pergi". Ucap nufa yang tak rela.

"Aku pasti akan segera pulang".

Aufa kembali menatap keluarganya, tersenyum kecut.
"Maaf karena aufa memilih pergi. Maaf karena aufa begitu menyusahkan kalian semua. Aufa sangat bahagia bisa merasakan cinta dikeluarga ini, terima kasih banyak mama, papa, kak danisya, nufa, byan. Aufa pasti tidak akan lama". Pamitan aufa sebelum pergi.

Byan datang dengan senyum pahitnya melihat aufa yang sudah berpakaian rapi dan siap pergi bersama damian.

"Ini tiketnya, kamu dapat penerbangan kedua". Ujar byan menyodorkan tiket.

"Mama udah telpon om dan tante kamu, mereka sudah menyiapkan semuanya".

"Terima kasih, aufa sama damian berangkat sekarang. Aufa harap kalian tidak memberitahukan kemana aufa pergi". Pamit aufa lagi lalu pergi, melangkah pelan sembari kadang melihat kebelakang.

"Fa kopernya udah ada dibagasi, bawaannya dikit banget fa".

"Semua udah ada disana lagian kan dia juga punya anak laki-laki".

"Oh begitu syukurlah.". Byan hendak membukakan pintu mobil namun aufa malah tak masuk dan hanya diam.

"Fa" panggil seseorang yang membuat aufa diam.

"Vano". Jawab aufa tersenyum tulus.

"Bisa kita bicara sebentar? Kau mau pergi?". Aufa menatap byan.

Seperti mengerti byan menganggukan kepalanya.
"Hanya sebentar" beritahu byan.

"Kau ingin duduk?" Tanya vano.

"Tidak usah disini saja, aku tidak bisa lama". Vano mengangguk.

"Aku harap kau mau memaafkanku". Permintaan vano.

"Aku sudah memaafkanmu, jangan merasa bersalah begitu".

"Aku harap kau juga bisa memaafkan davin, dia juga korban dari masalah ini.". Aufa diam saja tak menyahut.

"Fa kau tahu, saat davin mengatakan tidak mencintaimu dia begitu terluka. Aku tahu tatapannya yang terpaksa mengatakan itu hanya untuk melindungi maura. Dia melakukannya karena dia tahu rasanya ditinggalkan". Jelas vano jujur.

LAUGH for My Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang