Damar, Yanet, Logan dan yang lainnya telah pulang dari sekolah sore itu. Sosok mereka terlihat samar dari kejauhan saat Ranan menyipitkan mata. Laki-laki itu kemudian memutar kursi rodanya, menghadap pada Tiara yang masih berada di dekatnya.Pandangan Tiara tidak sedang mengarah ke mana pun. Wajahnya tetap nanar seperti tadi, hanya saja sepertinya dia telah mampu mengontrol emosinya.
"Mereka sudah pulang," kata Ranan pelan. "Kau juga harus pergi."
Tiara menunduk sekilas sebelum beranjak pergi. Ranan melihatnya membuka pintu dan menutupnya lagi.
From: muhonduras@gmail.com
To: megacell.ran19@gmail.comAku punya dugaan lain daripada polisi-polisi pelosok yang banyak keriputnya itu. Mereka terlalu cepat menyimpulkan, lalu meremehkanku yang baru beberapa bulan di sini. Di lehernya ada bekas luka cakaran, asalnya dari kukunya sendiri. Apa yang kau lakukan semisal ada orang yang tiba-tiba mencoba menghabisi nyawamu dengan menjerat lehermu? Geraknya akan refleks mencoba melepaskan jeratan. Luka itu salah satu petunjuk. Hal yang membuatku penasaran adalah luka di kakinya. Lukanya kecil, tidak seberapa, seperti tertusuk sesuatu dan kulit sekitarnya ada bercak-bercak aneh seperti alergi. Ada dua luka seperti itu: yang satu luka tusuk yang dalam—seperti yang kubilang tadi, dan satu lagi sangat kecil hingga butuh ketelitian. Seperti luka tusuk.. yah.. misalnya seperti saat kau sehabis donor darah. Itu jenis luka yang membuatmu sangat tertarik kan?
Ranan membaca lagi email yang masuk pagi-pagi tadi. Salah satu kenalan Ranan bekerja di bagian penyelidikan kepolisian. Dia punya hutang yang harus dibayar seumur hidupnya sehingga Ranan bisa dengan mudah menggerakkan kendali boneka benangnya satu itu. Informasi yang membuatnya kembali bergairah, juga bisa menyusun ulang lagi apa yang dilakukannya pada setahun terakhir.
Dia masih ada di sini.
Iblis satu itu masih berkeliaran di sekitarnya.
Akan tetapi dalam benak Ranan timbul berbagai macam pertanyaan yang membuat laki-laki itu ragu. Gadis itu—korban tidak hanya menerima suntikan zat kimia itu satu kali, tapi sebelum dibunuh, kenapa dia masih bebas berkeliaran? Orang itu tidak menggunakan cara lama dengan membuat "kelinci"nya menghilang tanpa jejak selama berbulan-bulan? Kenapa dia terkesan sangat "bersih" kali ini? Tertabrak, menguburnya hidup-hidup, mendorongnya ke jurang—biasanya dia lebih suka cara seperti ini. Apabila mayat itu ditemukan entah di mana dan ditemukan berhari-hari setelahnya, dia akan lebih mudah menghapus jejak—alasan sebenarnya pemilik tubuh itu akhirnya dilenyapkan. Kenapa harus menghabisi gadis itu di rumahnya sendiri?
Masih segar benar ingatan akan wajah Tiara amat nanar—putus asa sekaligus penuh penyesalan—dalam benak Ranan. Dia tidak ragu dengan apa yang dikatakannya barusan. Tiara akan jadi salah satu alat yang bisa Ranan gunakan. Akan tetapi...
Laki-laki itu menghembuskan napas.
Entah Tiara mengetahuinya atau tidak, gadis itu akan berada dalam bahaya besar. Gadis itu akan lari dan bersembunyi apabila tahu. Tapi Ranan tidak akan membiarkan salah satu pionnya lepas. Tiara akan dimanfaatkan supaya tujuannya tercapai.
Ranan hanya harus menyingkirkan jauh-jauh kepeduliannya. Dia akan masuk ke liang kegelapan lebih dalam, tanpa rasa takut.
***
Yanet mempercepat langkahnya begitu masuk dan melihat Susan."Tiara mana?"
Susan menggeleng lesu. "Tante sudah tanya sama banyak tukang kebun, atau tetangga-tetangga di bawah, tapi nggak ada yang lihat Tiara."
"Apa dia keluar pagi-pagi? Bisa saja tidak ada yang lihat karena mereka semua belum bangun." Yanet berdecap sambil menyilangkan tangan.
"Gimana kalau sekarang kita berpencar?" usul Bagas. "Oh iya, dia nggak bawa hape yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Mystery / ThrillerStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."